Aris Pov
"Ris, Dokter Dharma mengundang Bapak untuk acara selamatan rumah baru nya di Bintaro. Acara nya sabtu lusa. Bapak ada Operasi, tolong wakilkan bapak dong. Nggak enak kalo nggak datang. Beliau Dokter senior di Rumah sakit Bapak, lagi pula dia juga adik kelas Bapak waktu kuliah", Bapak membuka pembicaraan dengan ku tadi pagi waktu kami bertemu.
"jam berapa pak, Aris praktek juga di area sana. Tapi jam 4 baru selesai"
"Undangannya jam 11, tapi kamu datang aja sebisa nya. Pulang praktek juga nggak apa-apa. Yang penting datang mewakili bapak"
"Baik pak, nanti Aris datang. Kirim aja alamatnya ke WA Aris"
"Ya nanti bapak kirim. Terimakasih ya Ris"
"Ya pak"
Lalu aku mengganti channel TV di hadapan kami. Pagi ini aku mampir ke rumah Orangtuaku setelah 2 hari tidak ketemu karena kesibukanku yang selalu dimulai pagi sekali dan berakhir di malam hari. Aku praktek di 2 Rumah sakit berbeda. Yang 1 Rumah sakit swasta, yang 1 lagi Rumah sakit pemerintah. Setiap Senin hingga Rabu jadwal ku selalu mulai jam 8 pagi hingga jam 8 malam. Ada jeda 2 jam antara jam 11 hingga jam 1 siang. Kalau kamis dan Jumat pagi aku juga mengajar di almamaterku.dan praktek di sore hari . Sabtu aku hanya praktek mulai jam 1 siang hingga jam 4 sore. Sabtu pagi biasa nya aku melakukan operasi.
"Gimana pesta pernikahan sabtu lalu Ris, aman kamu dari drama perkenalan anak-anak teman ibu mu? "tanya Bapak
"Aman pak, ibu ngobrol sama temannya aku melipir.. Hahaha. Ibu sampai kesal setengah mati kayaknya. Tapi pas pulang sempat juga dikenalin 1, untung nggak pakai lama karena wagyo udah sampe di Lobby, jadi udah nggak banyak ngomong. Cuma salaman kasih senyum sedikit trus pulang, aman deh "jawabku senang.
"Belum aman kamu kalo belum menikah lagi. Tetap akan ibu perkenalkan dengan anak-anak teman ibu" tiba -tiba saja Ibuku muncul bergabung dengan kami.
Tepok jidat deh.
"Nanti aku cari sendiri bu, firasatku nggak akan lama lagi jodoh itu akan datang"
"Ibu sudah sering dengar itu, kalo nggak salah dari 3 tahun lalu kamu ngomong gitu Ris" ucap ibu sambil mengalihkan tatapan nya ke arah TV.
Aku nyengir sambil menatap bapak minta pertolongan. Bapak malah buru-buru melihat Hape nya.
Yaelah pak, gitu amat sama anaknya. Tolongin kek. Mendingan kabur aja deh. Mulai nggak enak nih topiknya.
"Aris pulang dulu ya, mau siap-siap nih. Belum mandi juga. Assalamualaikum" Aku sempat menghabiskan jus wortel di depan ku dan melangkah pulang.
"waalaikumsalam" Bapak dan ibu menjawab bersamaan.
¤ ¤ ¤
"Dok, tadi pasien terakhir untuk hari ini ya" Suster Nani memberi info kepadaku.
" oke, terimakasih Sus. Siap-siap beberes deh, saya mau langsung pulang ya. Ada undangan dari Dr Dharma, saya harus mewakili Bapak saya untuk datang" ucap ku.
"Baik Dok, selamat malam minggu ya. Semoga Malam minggu nya berkesan" suster Nani mulai mengusili ku.
"Berkesan apa nya sus, saya cuma mau ke acara selamatan, paling sebelum maghrib sudah sampai rumah lanjut movie marathon terus tidur, Nggak ada kesan, plain"
"Turut prihatin ya dok " Suster Nani menahan senyum dan memperlihatkan muka khawatir yang palsu.
"s**u segar rasanya juga plain Dok, tapi kalau dikasih sereal atau coco crunch malah jadi enak"
"Sayangnya saya lebih suka Jus dari pada s**u " Aku masih meladeni nya.
"Sebahagia Dokter aja deh, yang penting Malam minggu saya akan berkesan karena mau jalan-jalan sama suami, selamat Weekend ya Dok"
Aku tertawa sebagai reaksi pada ucapan Suster Nani.
Di Lobby Rumah sakit aku sempat ngobrol dengan teman sejawat sambil menunggu Wagyo supir ku. Tidak berapa lama sedan hitam berlabel Mercy sudah ada di depanku. Aku masuk dan duduk di kursi belakang.
"Langsung pulang pak? " tanya Wagyo membuka pembicaraan.
"Nggak, kita ke rumah Dr Dharma dulu karena ada acara selamatan, Bapak minta saya datang. Sepertinya sih dekat dari sini di jalan Taman Ubud X nomor 6. Kalo lihat dari maps sih dekat toko buah Sari manis gyo, dibelakangnya ada komplek perumahannya. "
"baik pak"
"Tumben pak mau datang acara sendiri, biasanya kalo nggak menemani bapak atau ibu sepuh, bapak nggak pernah datang" tanya Wagyo agak penasaran.
"Ini temen Bapak, saya nggak enak juga di mintai tolong sama Bapak. Lagian acaranya tadi siang gyo, kita datang juga pasti sudah sepi jadi Saya nggak perlu takut tersesat dikeramaian "jawabku sambil tertawa.
"Bisa aja bapak"
Tidak terlalu sulit mencari rumah Dr Dharma karena memang cluster perumahannya cukup besar dan mudah dicari dengan bantuan Google maps. Setelah melewati gerbang perumahan, terlihat tenda yang masih terpasang dan sesuai perkiraan, sudah sepi.
Aku turun dari Mobil dan masuk halaman menuju pintu utama. Rumah nya termasuk besar dengan konsep rumah Bali, sesuai dengan nama jalannya.
"Permisi, saya bisa bertemu dengan Dr Dharma? "sapaku kepada seseorang memakai baju kaos hitam dengan gambar lidah menjulur dan ada tulisan Rolling Stones.
"Pak dokter ada di dalam pak, silahkan masuk dulu, saya panggilkan sebentar"
"Assalamualaikum Om, maaf saya baru datang sore karena tadi siang masih praktek" sapa ku ketika melihat Dr Dharma keluar dari ruangan dalam menuju ruang tamu tenpat aku duduk.
"Waalaikumsalam, MasyaAllah Mas Aris menyempatkan datang, o*******g sekali lho. Kemarin bapak bilang nggak bisa datang karena jadwalnya padat dan akan diwakili mas Aris, om kira kamu nggak akan muncul karena dari tadi nggak kelihatan. " sapa Dr Dharma yang biasa aku panggil Om karena beliau teman Bapak.
"Assalamualaikuuumm... Rani keponakan kesayangan dataaang yuhuuuuu"
Tiba-tiba ada suara yang lumayan nyaring diiringi penampakan yang sungguh indah, Seorang wanita berkulit putih dengan potongan rambut pendek, memakai kemeja Biru dongker lengan panjang sedikit oversize dan lengan baju di gulung 1/3 lengan dan celana panjang skinny berwarna khaki, dia memakai tas selempang yang casual dan hanya memakai lipstik warna bibir sepertinya tanpa polesan make up lainnya. Sangat Fresh dan membuatku betah melihatnya.
Eh maaf.. Kirain gak ada tamu.. Hehe.. Permisi, aku ke belakang dulu om nyari tante" Dia kelihatan bergegas mau meninggalkan ruang tamu itu,mungkin merasa malu karena habis teriak-teriak. Tapi ditahan sama Om Dharma. Dan memperkenalkan ku dengan dia. Namanya Rani, keponakan Om Dharma dan sudah punya anak 2. Ah sial.. Hilang 1 kesempatan. Ternyata sudah punya orang. Nggak mungkin aku jadi pebinor seperti yang dilakukan suami dari mantan istriku dulu.
Tiba-tiba masuk seseorang yang memberitahu Om Dharma bahwa ada Pak RT datang mencari. Tinggal lah kami berdua setelah om Dharma keluar menemui tamu nya.
"Mas nya sudah makan? Aku belum nih, laper banget. Aku lihat kedalam sebentar ya. " tanpa sempat menjawab dia langsung berjalan ke dalam.
"Mas Dokter, ini aku racikin bakso sekalian, makan ya. Enak lho racikan kuuu pasti bikin pengen nambah hehe " tiba-tiba dia datang membawa 2 mangkok bakso.
"Makasih ya, sebenarnya nggak usah repot-repot" jawabku
"Nggak repot kok, aku juga sekalian buat. Nggak enak juga kalo aku makan sendiri, masnya cuma ngeliatin aja" jawabnya dengan nada ceria. Lalu kami menikmati bakso bersama.
Aku suka.. " ucapku
"eh suka apaan? "
""bakso nya"
"Owh kirain suka sama aku" sahutnya sambil nyengir yang bikin aku gemes setengah mati. Duh dosa nggak sih kalo nyerobot lahan orang lain. Alamat ngangenin nih orang.
" Tenang aja, Aku inget kok kata Dokter Dharma, kamu ibu dengan 2 anak, kalo aku suka nanti dimarahin sama bapaknya anak-anak" Sahut ku cepat.
Dia cuma tersenyum tipis hampir tidak terlihat, Pelit banget senyumnya neng.
Setelah itu kami hanya ngobrol soal pekerjaan. Pada akhirnya aku minta nomer telponnya dengan alasan siapa tahu nanti aku mau investasi. Aku nggak Perduli deh itu nomer akan di hubungi kapan, yang penting Aku simpan dulu.
Tidak berapa lama dia pamit pulang, sepertinya dia baru teringat harus segera jalan menjemput anak-anaknya. Sempat terlontar kalimat agak nekat yang keluar dari mulutku tanpa sempat di tahan.
"Mau aku antar? " Apa coba pake mau main antar aja. Jelas-jelas dia bawa mobil ke sini. Kok aku sudah mengarah ke pebinor nih kayaknya. Astagaaaa Ampuni aku ya Allah.
Yang lebih mengejutkan dan menggembirakan adalah kalimat selanjutnya yang keluar dari bibir om Dharma,
"Keponakan saya ini suaminya meninggal setahun yang lalu, anaknya masih kecil, makanya saya suka khawatir, tapi yang di khawatirkan malah cuek aja" Omaigaaat, ini kah jodohku??
"ehm tante mana ya.. Aku mau pamit," terlihat dia agak salah tingkah dengan penjelasan om Dharma kepadaku.
Sepertinya aku harus segera menyiapkan diri untuk mendekati wanita yang baru saja pergi dari hadapanku setelah mengucapkan salam, mungkin saja dia jodohku kan?
"ehm Om, apa benar Rani tidak ada suaminya? Maaf kalo saya lancang bertanya " tanyaku agak nekat ke Om Dharma
"iya betul Ris, suaminya meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan lalu lintas, Apa kamu tertarik dengan Rani Ris? Kalo iya Om dukung kamu, pendekatan aja Ris. Saran om agak dipepet ya, ini anak agak ngeyel soalnya.. Haha" jawab om Dharma.
Aku tersenyum sambil mengusap leher belakangku, pasti terlihat seperti orang salah tingkah, tapi ya sudahlah, Sudah terlanjur nekat juga
"Ya semoga bisa pendekatan dulu Om"
Tidak lama kemudian aku pun pamit kepada om Dharma dan diperjalan aku mulai sibuk dengan fikiran bagaimana caranya bisa ketemu lagi dengan dia, sambil melihat namanya yang tersimpan di HP ku. Telp nggak.. Telp nggak.. Duh baru berpisah sebentar kok aku kangen pengen ketemu lagi ya..kacau ini.
Tut..tut.. Nada sambung pada saluran telpon ku. Belum ada tanda-tanda diangkat. Jantungku berdebar salah tingkah tidak karuan. Kenapa jadi kayak anak remaja yang lagi jatuh cinta sih ini.
"Halo .." jawaban suara di seberang sana
" Halo.. Ran ini Aris"
"Mas Dokter? "
"Iya, kamu lagi dimana? "
"Ini masih di tempat latihan anak-anak di area Bulungan mas"
"Owh dekat dong, Mas lagi di dekat Gandaria. Kita makan malam bareng yuk" ajakku
"hm.. Gimana ya. Aku nggak tau anak-anak mau atau nggak. Mau makan di mana emangnya? "
"Daerah sana aja, Anak-anak aja yang suruh pilih mau dimana. Aku menyusul Paling 10 menit sampai"
Terdengar samar-samar dia bicara sama anak-anaknya.
"katanya mau makan di Yoshinoya aja mas, tinggal nyebrang aja nih" ucapnya.
"kamu parkir dimana? "
"Depan GOR mas, HRV hitam"
"Tunggu disana sebentar ya"
"Ok" jawab di seberang sana.
Luar biasa, benar-benar gerak cepat kan.
"Gyo, kita parkir depan Gor Bulungan ya. Nanti Ada mobil HRV hitam kita parkir dibelakangnya. " instruksi ku kepada Wagyo supirku.
"Baik pak"
Tidak berapa lama aku tiba di depan GOR yang dimaksud dan parkir di belakang Mobil Rani. Aku langsung keluar mobil dan menghampiri mereka. Ku ketuk kaca mobilnya. Dan Dia menurunkan kaca jendelanya.
"Yuk turun " ajakku.
"Ya sebentar" lalu dia menutup kembali kaca jendelanya dan mematikan mesin mobil. Dia membuka pintu mobil dan disusul dengan kedua anaknya di sisi yang berbeda.
"Hai, Aku Om Aris, temen Mama kalian. Nama Mu siapa? " aku langsung memperkenalkan diri dan menyalami anak-anak Rani.
"Aku Owie om " jawab remaja yang lebih tinggi dari yang 1 nya.
" Aku Nino " si lebih kecil menjawab sambil mencium punggung tangan ku juga seperti kakaknya tadi.
"Mau ke Yoshinoya kan, yuk kita nyebrang" Aku meraih tangan Nino sambil menoleh ke kanan dan ke kiri melihat lalu lintas. Sedangkan Owie mememegang tangan Rani. Boleh tukeran gak wie.
Menyeberangi jalan dengan lebar 10m saja aku sudah berasa lagi jalan sama keluarga kecilku. Ya Tuhan semoga dikabulkan harapanku ini.
Setelah mengambil makanan yang di pesan, Kami memilih duduk agak pojok di lantai 2. Malam Minggu begini suasana agak ramai.
"Mas kok bisa ada di area sini? " tanya Rani membuka pembicaraan.
"Aku tinggal di dekat sini Ran, tadi Aku telpon kamu karena katanya kamu mau ke arah sini untuk jemput anak-anak"
"Owh"
"Kamu tinggal di mana Ran? "
"Aku di Bintaro, beda sektor aja sama Om Dharma"
"Wah lumayan jauh juga dari sini"
"Ya lumayan sih. Tapi kalo nggak macet 40 menit sudah sampai Rumah"
"Berapa kali seminggu kamu harus antar ke sini"
"3 kali seminggu. Rabu sabtu minggu"
"Selalu malam begini? " tanyaku mulai mengkhawatirkannya.
"Nggak, biasanya sabtu dan minggu pagi, kalo Rabu sepulang sekolah jam 3 sampai jam 5. Ini tadi tambahan aja, Aku mau tanding nih Minggu depan Om, jadi hari ini ada latihan dan briefing ya A" jawab Rani sekaligus membahasakan dirinya mewakili anak-anak.
"O ya.. Wah keren. Om boleh nonton pertandingannya nggak nanti? Om juga suka basket lho. Waktu sekolah dulu Om ikut tim Basket juga. Sekolah Om di depan itu dulu" sahut ku
"Kamu anak 70?" tanya Rani
" Iya , jangan bilang kamu juga sekolah disana" jawabku
"Nggak, aku mojang Priangan, anak Bandung euuy" Dia tertawa.Renyah banget.
"Kapan-kapan main Basket sama kita dong Om" sahut Nino
"Wah dengan senang hati. Nanti bisa main di rumah Om juga, ada lapangan basket setengah lapangan sih. Buat berempat aja cukup" Aku menjelaskan dengan semangat.
"Beneran Om, Nino mau, Aa mau juga kan? " Nino meminta persetujuan Owie kakaknya yang di panggil Aa sepertinya.
"Mau, kalo Mama bolehin"
"Boleh kan Ma? " Lagi-lagi Nino minta persetujuan
"Nanti Mama pikirkan"
"Kok mau main Basket aja pake mikir Ma? " Skak... Hehe Rani keliatan kesal menatapku.
"Mama lagi mikir, Hm.. Om Aris ini kan sibuk, mungkin...... mungkin lho ya ini.. Mungkin akan sulit buat Om Aris main Basket sama Nino " jawab Rani agak lambat. Terlihat Dia memikirkan jawaban yang tepat.
"Tinggal diatur aja, kita cocokkan waktu nya nanti ya " ucapku menyudahi kegalauan Rani.
Selanjutnya kami berbincang bincang yang ringan-ringan saja. Hingga tidak terasa sudah jam 8 Malam.
"Kayaknya kami harus pulang deh Mas, udah Malam. Besok mereka akan latihan jam 9 pagi"
"Biar Aku yang setirin aja. Nanti supirku mengikuti dari belakang"
"Ih.. Bolak balik begitu mas. Kan rumah mas sudah dekat. Ngapain gitu balik lagi ke Bintaro. Bikin capek badan aja, lagian baru jam 8 malam. Jalanan juga masih rame"
"Nggak apa-apa, yang penting aku tenang kalo kamu sudah sampai dirumah dengan selamat"
"Beneran deh mas, nggak apa-apa kok. Udah biasa juga"
Aku hanya diam tidak mau berdebat. Sambil keluar Resto cepat saji ini Aku meminta kunci mobil nya dan Dia cuma bisa mendengus.
"Gyo, ikutin saya dari belakang ya. Kita mau ke Bintaro lagi mengantar bu Rani "
"Baik pak "
Lalu Kami memasuki mobil Rani.
"Beneran ini Mas, Nggak capek"
"Ya beneran lah, kasih tau aja jalannya ya. Aku kan belumTau rumah kamu"
Yesss, No telpon sudah, kenalan sama anak-anaknya sudah dan sebentar lagi alamat rumah. Tinggal usaha mengambil hati nya saja nih. Kalau kata Om Dharma harus di pepet... Ahsyiaaap Om.
""