10. Ego yang Tak Bisa Memilih

1253 Kata
"Aku mengerti, Jev. Tidak apa-apa." Kiyoko berkata pelan setelah beberapa saat dia terdiam. Kiyoko mencoba tersenyum saat Jevais selesai mengatakan semua hal yang menurutnya perlu dikatakan. Kiyoko tahu, akhirnya akan seperti ini. Hubungannya dengan Jevais bukanlah hubungan permanen, ini hanya hubungan semusim yang cepat atau lambat akan berakhir. Sebuah hubungan yang dia sendiri pun tidak yakin apakah ini perasaan cinta sejati atau hanya karena cinta lokasi yang didukung euforia penonton setia sinetron yang dilakoninya bersama Jevais. Sebuah kisah yang ditulis oleh penulis skenario dan membuatnya terbawa perasaan. Dia dan Jevais selalu bersama dan beradegan romantis, dan orang-orang, terutama fans mereka mengatakan bahwa mereka seharusnya bersama. Bodoh. Kiyoko merutuki dirinya sendiri. Selama ini, dia bukan perempuan lugu, tapi untuk menjadi perusak rumah tangga orang, itu hal yang tidak pernah dia bayangkan. Akal sehatnya jelas mengatakan bahwa hubungannya ini adalah suatu kesalahan, tapi, Jevais adalah lelaki yang berada di sisinya di saat terberatnya. Hubungannya dengan Kai tidak berjalan dengan baik, dan Jevais adalah seseorang yang menyembuhkan luka hatinya. Kini, lelaki itu berpamitan, dan tidak ada yang bisa Kiyoko lakukan selain menyetujui ucapan selamat tinggalnya. Kiyoko tahu, dia tidak berhak sama sekali terhadap Jevais. Lelaki itu, adalah milik Frey. Jevais menatap Kiyoko. Dia tidak menyangka tanggapan Kiyoko akan setenang ini. Tanpa pergolakan, tanpa penolakan. Dia pikir, Kiyoko akan marah, berteriak atau mungkin melayangkan tamparan lalu menangis tersedu-sedu, saat dirinya mengatakan akan kembali pada Frey. Tapi justru tanggapan Kiyoko yang begitu tenang ini mengusiknya. Mengapa Kiyoko begitu mudah menerima ini semua? Apakah Kiyoko tidak mencintainya? Jevais tahu, hubungannya bersama Kiyoko adalah hubungan terlarang, dan tidak sepatutnya terjadi, tapi tetap saja, melihat Kiyoko sangat mudah menerima perpisahan ini, Jevais merasa egonya terluka. "Kamu tidak mengatakan apa pun atau keberatan jika kita mengakhiri semuanya?" tanya Jevais. "Aku? Apa perasaanku perlu dibahas? Aku adalah pihak ketiga yang pantas dihujat, Jevais. Bagaimana perasaanku tentu tidak penting. Semua hanya kembali pada tempat asalnya, kamu kembali pada Frey dan aku berterima kasih karena kamu sudah menemani aku selama ini." "Kalau memang ada yang menghujat, aku juga pantas dihujat, Kyo. Lagipula, aku yang berkhianat. Akulah yang membuat komitmen dengan Frey, dan aku juga yang mengkhianatinya. Semua ini salahku." "Kalau kamu menyadari bahwa ini semua kesalahan, berarti kamu harus memperbaiki semuanya dan kembali bersama Frey adalah langkah yang benar." Jevais mengambil tangan Kiyoko dan menggenggamnya. "Kamu tidak apa-apa?" Kiyoko berusaha melepaskan genggaman tangan Jevais. Tidak apa-apa? Sebuah pertanyaan yang naif. Apakah seseorang akan baik-baik saja jika ditinggalkan oleh seseorang yang mulai dia cintai? "Apa aku harus mengatakan apa pun yang aku rasakan? Aku hanya merasa bahwa hubungan kita dari awal bukanlah hubungan permanen. Aku sudah memikirkan hal ini. Suatu hari, kamu akan menyadari bahwa hubungan ini adalah suatu kesalahan. Anggap saja, selama ini, aku dan kamu adalah teman." "Teman?" Jevais mengulangi kata-kata Kiyoko. "Kyo, tidak ada teman yang berbagi kehangatan ranjang!" ketus Jevais. Keadaan berubah menjadi panas bagi Jevais. Seharusnya dia yang mengucapkan selamat tinggal pada Kiyoko dan merasa bersalah karena meninggalkan perempuan itu dan memilih kembali pada Frey, tapi sekarang, rasanya, justru Kiyoko yang membuang Jevais begitu saja. "Anggap saja, teman dengan sejumlah keuntungan. Friends with benefit, Jev. Kamu mendapatkan keuntungan dan aku juga, tidak ada yang dirugikan. Simbiosis mutualisme. Aku rasa hal seperti ini sudah umum di lingkungan kita." "Jadi, kamu tidak pernah mencintai aku selama ini?" "Well, apa aku harus menyatakan perasaanku saat kamu mengucapkan selamat tinggal?" "Kamu masih berharap pada Kai?" "Aku tidak harus mengatakan apapun padamu, Jev." Jevais mengusak wajahnya frustasi. Meninggalkan Kiyoko dan mengucapkan selamat tinggal ternyata tidak mudah. Bagaimana dia bisa kembali pada Frey dan melupakan Kiyoko jika dia masih saja bertemu Kiyoko dan berinteraksi intens dengan wanita itu? Jevais hendak mengatakan sesuatu, tapi Kiyoko lebih dulu mengeluarkan kata-katanya. "Pergilah, Jev. Frey dan anak-anak kamu, Bianca dan Basil, merindukan kamu. Mereka membutuhkan kamu. Kamu adalah suami dan ayah mereka. Kehadiran kamu adalah segalanya bagi mereka. Kamu tidak boleh membuat mereka bersedih." "Kyo...." Kiyoko tersenyum lagi, dia benar-benar tidak menunjukkan keresahan atau kegalauan karena Jevais meninggalkannya. "Kisah kita sudah usai, Jev. Terima kasih, kamu menemani hari-hari sulitku kemarin. Aku baik-baik saja, dan kita akan tetap menjadi teman." Kiyoko mengulurkan tangan dan mengajak Jevais bersalaman. Jevais menatap Kiyoko, dan meraih tangan Kiyoko, bukan sekedar bersalaman tapi dia menarik Kiyoko dalam dekapannya dan mencium bibir wanita itu dengan penuh perasaan yang mendalam. Kiyoko kaget dengan apa yang Jevais lakukan padanya, sebulir air mata mengalir, meruntuhkan pertahanannya. Akan tetapi, Kyo tidak membiarkan Jevais menyadari hal itu, dengan segenap tenaga yang dimilikinya, Kyo mendorong Jevais menjauh, dan membuat jarak di antara mereka. "Jev...kamu tahu ini salah. Stopped it now," ucap Kiyoko, kali ini dengan suara gemetar dan d**a yang bergerak naik turun menahan perasaan yang dia sembunyikan. Aktingnya selama beberapa menit terakhir runtuh karena kecupan yang Jevais berikan. "Frey dan anak-anak menunggu kamu di rumah." Kiyoko menyelesaikan kata-katanya dengan cepat dan berlari meninggalkan Jevais yang masih penasaran dengan sikap Kiyoko. Adakah cinta Kiyoko baginya, ataukah selama ini, hanya dirinya yang mencintai wanita itu? Sedangkan Kiyoko masih mencintai Kai, mantan kekasihnya. Pertanyaan Jevais tidak mendapatkan jawaban, hanya sepi yang ada. *** "Bagaimana? Semua lancar kan?" Chena bertanya pada Jevais akhir minggu itu. "Aku sudah mengatakan pada sutradara kalau kamu ingin cuti dan penulis skenario bisa menyesuaikan naskah, membuat kamu tidak terlihat untuk seminggu sampai dua minggu ke depan. Dua minggu cukup untuk menyelesaikan urusanmu dengan Frey kan?" "...." "Jev! Jangan diam saja saat aku menanyakan jadwal." Chena berkata kesal. "Kamu tidak tahu bagaimana sulitnya membicarakan cutimu pada sutradara. Aku harus memastikan suasana hatinya baik dan aku harus melakukan banyak hal agar sutradara menyetujui permintaan cutimu!" "Chen, apa kamu mendengar sesuatu soal Kiyoko?" "Kiyoko? Aku kira kamu sudah menyelesaikan sesuatu dengannya? Kenapa masih bertanya soal dia?" "Saat aku mengatakan bahwa aku tidak bisa lagi bersamanya dan akan kembali pada Frey, dia dengan mudah menerimanya. Dia sama sekali tidak marah atau melakukan sesuatu yang seharusnya dia lakukan saat aku memutuskan hubungan ini." "Bukannya itu hal yang bagus? Kiyoko melakukan hal yang sangat baik. No drama. Mungkin dia merasa bahwa apa yang dia lakukan salah, jadi dia sepakat untuk menyelesaikan semua ini." "Apa dia kembali pada Kai?" "Kalaupun dia kembali, aku rasa itu bukan urusanmu, Jev. Biarkan saja dia. Aku rasa, Kyo juga berhak bahagia, meski tanpamu. Fokus saja pada keluargamu, Frey dan anak-anak. Ingatlah saat kamu dan Frey akan menikah, berapa banyak cinta yang kalian punya dan pengorbanan yang Frey berikan untukmu. Bahkan, karirmu saat ini juga karena campur tangan Frey. Dia mengenalkanmu pada semua kolega potensialnya. Ingat saja waktu kamu bersama Frey mengawali semuanya dan temukan kembali rasa cinta di antara kalian." "Aku tidak percaya Kiyoko melupakanku begitu saja. Apa selama ini dia tidak merasakan apa-apa untukku? Apa aku ini hanya pelarian saja?" "Sudahlah, Jev. Seharusnya kamu bersyukur Kiyoko melepaskanmu dengan damai. Dia bisa saja tidak terima karena kamu memilih Frey, dan mengacaukan semuanya, tapi Kyo cukup bijaksana untuk menerima keputusanmu. Satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan sekarang adalah pulang, dan melakukan apa pun yang bisa membuat Frey memaafkan kamu dan memperbaiki pernikahan kalian." "Lupakan Kiyoko, Jev. Karirmu sudah bagus, kamu punya keluarga yang sempurna, istri yang cantik, anak-anak yang lucu. Jangan sampai, kamu membuat kekacauan yang lebih besar. Cobalah berpikir dan bertindak bijaksana." Semua yang dikatakan Chena sebagai manajer dan sebagai sahabat Jevais benar, tapi Jevais tidak mampu mencerna semua itu dengan baik karena pikiran dan hatinya terlalu penuh dengan ego. Dia merasa terusik saat Kiyoko tidak menahan kepergiannya. Tapi dia juga tidak bisa bersama Kiyoko saat Frey menawarkan pilihan padanya. Frey dan Kiyoko adalah dua wanita yang tidak bisa Jevais pilih salah satunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN