Prolog
Pernah dengar istilah ignorance is a bliss? Ketidaktahuan itu berkat, setidaknya aku menganggap begitu. Semuanya begitu baik-baik saja tanpa cacat dan cela, dunia berputar seperti seharusnya saat aku tidak tahu apa-apa. Kehidupanku nampak begitu sempurna, setidaknya itu menurutku, meski beberapa orang menganggap kehidupanku tidak sesempurna itu. Tapi aku tidak peduli terhadap pendapat orang lain, aku lah yang menjalani kehidupanku.
Ya, aku adalah Frey Avariella, artis yang terkenal dan selalu menjadi lead female dalam beberapa sinetron yang selalu hits, juga di film. Aku populer, banyak orang menjadikan aku idola, terlebih saat kedekatanku dengan Sakala Achazia, aktor papan atas Indonesia, tersebar ke media. Semua orang menganggap aku dan Saka adalah pasangan yang sangat serasi, mereka menantikan berita pernikahanku dengan Saka, padahal nyatanya, aku dan Saka hanya teman, tidak lebih.
Hingga suatu hari, aku jatuh cinta pada Jevais Sidharta. Tidak ada yang salah tentang jatuh cinta, tapi masalahnya, semua orang menganggap Jev bukanlah pasangan yang sepadan untukku. Jev hanyalah aktor kelas dua, dia tidak pernah mendapatkan peran utama dan tidak semua orang tahu tentang dirinya. Dia tidak cukup populer dan bergengsi untuk menjadi pendamping seorang Frey Avariella menurut semua orang, termasuk juga keluargaku.
Keluargaku tidak setuju aku menikah dengan Jev. Dia tidak populer dan tentu saja, hal itu berpengaruh terhadap pendapatannya. Bahkan, pendapatan Jev tidak lebih banyak dari separuh pendapatanku, membuat keluargaku mengkhawatirkan aku. Bagaimana kehidupanku setelah menikah nanti? Jevais sepertinya tidak akan sanggup membiayai hidupku dan aku tidak akan bahagia menikah dengannya. Orangtuaku menginginkan aku menikah dengan aktor yang sama populernya seperti aku, minimal setara dengan Saka, atau lebih bagus lagi kalau aku bisa menikahi pewaris perusahaan atau konglomerat negara ini. Tapi maaf saja, aku tidak tertarik dengan mereka semua, aku hanya mencintai Jevais. Kalau Jevais tidak bisa membayar makeupku atau pakaian atau apa pun itu, aku yang akan membayarnya, toh, aku sudah punya banyak uang hasil dari karirku selama ini, dan itu sudah cukup. Aku tidak memerlukan pria kaya untuk bersamaku, aku hanya menginginan Jevais. Bahagia tidak sama dengan punya banyak uang, bukan?
Aku sangat persisten dan keras kepala, jadi, pada akhirnya aku menikah dengan Jevais, dan merasa bahagia meski fansku jumlahnya merosot drastis, bahkan sebagian dari mereka menjadi hatersku, karena keputusanku menikah dengan Jev, begitu informasi yang kudapat dari Lea, manajerku. Aku tidak peduli, mereka boleh saja berkomentar apa pun, tapi ini hidupku, keputusanku. My life, my rule, terdengar sangat tegas dan berani, bukan?
Akan tetapi, keberanianku sekarang mulai terkikis perlahan, setelah aku mengetahui semuanya, sedikit demi sedikit dan tiba-tiba, semua informasi yang kudapat sudah menjadi bukit yang sangat besar, aku bisa menghabiskan tiga hari jika mendakinya.
Sebenarnya, aku tidak ingin mencari tahu tentang apa pun, tetapi sepertinya semesta menginginkan aku tahu tentang segala sesuatu, terutama tentang Jev, atau memang semua istri begitu? Mereka memiliki semacam radar atau intuisi soal suami mereka dan segala hal yang berkaitan dengan suami bisa ditemukan oleh istri, baik secara sengaja atau tidak. Begitu pun yang terjadi denganku.
Oh ya, aku lupa mengatakan soal ini. Setelah aku dan Jev menikah, aku hamil dan melahirkan anak kembar, laki-laki dan perempuan, aku dan Jev memberi mereka nama Basil dan Bianca. Mereka berdua adalah anugrah terindah dalam hidupku dan aku mempertaruhkan segalanya untuk Basil dan Bianca. Sejak melahirkan, aku berhenti berkarir, dan memilih untuk mengasuh Basil dan Bianca, memastikan tumbuh kembang mereka sempurna dan mendapatkan asupan gizi yang baik, meski keputusan itu membuat Lea mencak-mencak. Menurut Lea, sayang sekali jika aku harus melewatkan tawaran syuting film, sinetron, dan iklan, itu artinya, aku membiarkan uang ratusan juta lewat begitu saja di depan mata.
Tapi lagi-lagi, karena aku keras kepala, Lea mengalah, dia membiarkan saja aku menolak tawaran pekerjaan, meski wajahnya bersungut-sungut tidak rela. Yah, apa boleh buat, Basil dan Bianca tidak akan selamanya menjadi bayi, dan waktu tidak akan bisa diulang kembali. Aku tidak ingin kehilangan waktu dan momen bersama Basil dan Bianca, aku tidak ingin, baby sitter adalah orang pertama yang mengetahui kemajuan pesat anak-anakku.
Lagipula, rejeki bisa datang dari mana saja. Saat aku melewatkan banyak kontrak kerja demi menjaga anak-anak kesayanganku, di saat yang sama Jev mendapatkan beberapa kontrak kerja baru. Perlahan tapi pasti, namanya naik dan semakin populer, sampai dia membintangi sebuah sinetron berjudul Pelakor Bayaran, namanya semakin bersinar dan tentu saja, pundi pundi uang yang Jev miliki juga semakin penuh.
Aku dan Jev bahagia. Keluarga kami dilimpahi banyak berkat, sampai saat sinetron yang dibintangi Jev semakin digandrungi orang-orang sampai gila. Kenapa aku mengatakan gila? Ya karena, mereka menganggap apa yang ada di layar kaca adalah hal yang nyata. Kemesraan Jev dan lawan mainnya, Kiyoko Forest dianggap benar adanya, bukan sekedar akting semata. Fans sinetron itu mulai membahas soal kemesraan Jev dan Kyo di sinetron, dan lama-lama mereka berandai-andai bagaimana jika Jev dan Kyo benar-benar jatuh cinta.
Sinting! Jev adalah lelaki beristri dan beranak dua, tapi fans sinetron Pelakor Bayaran itu menjodohkan Jev dengan Kyo. Awalnya, aku sama sekali tidak terusik. Biarkan saja para fans berhalusinasi, itu artinya akting Jev dan Kyo sangat baik dan meyakinkan, buktinya para penggemar sampai menganggap semuanya nyata. Lagipula, Jev tidak pernah terlihat mencurigakan, Kyo juga bukan tipe perempuan genit, dan lagi, dia juga sudah memiliki kekasih, seorang anak konglomerat negri ini, Kai Sankara Sjahrir, aku berani bertaruh jika Kyo tidak akan melepaskan Kai, apalagi hanya untuk mendekati Jev. Jika sampai Kyo melakukan hal itu, berarti dia bodoh akut.
Sayangnya, sepertinya Kyo memang bodoh akut. Aku akan menceritakannya nanti, sekarang, aku akan membahas soal bagaimana media sosial atau dunia maya itu mempengaruhi hidupmu. Awalnya, aku menganggap media sosial atau dunia maya tidak akan menyentuhku, atau mempengaruhi apa pun dalam kehidupan bahagiaku, sampai, komentar-komentar jahat menyerangku. Well, itu hanya tulisan, tidak berarti apa-apa, seharusnya aku tidak usah membacanya dan mengabaikannya saja, tapi entah bagaimana, kadang aku penasaran dan membaca semuanya lalu berakhir dengan aku merasakan sakit hati, secara ajaib tulisan itu seperti hilir mudik di benakku, membuatku merasa down. Perasaanku menjadi berantakan dan aku tidak bisa konsentrasi mengurus anak-anakku.
Jev mengatakan padaku untuk mengabaikan semua hal yang ada di dunia maya dan berhenti menggunakan media sosialku agar pikiranku tidak kacau karena membaca komentar-komentar konyol orang-orang. Aku pikir, Jev benar, jadi aku melakukan apa yang dia sarankan. Awalnya semua berjalan cukup baik, kehidupanku kembali tenang, dan bahagia, aku sibuk dengan Basil dan Bianca. Aku tidak tahu apa-apa, dan tidak pernah mencurigai Jev. Dia bekerja seperti biasa, shooting dan menyelesaikan sinetron bersama Kyo, dan menghadiri berbagai acara bersama Kyo, karena kehadiran mereka memang magnet untuk semua orang. Aku tidak masalah, aku tahu gimmick seperti itu di dunia entertaintment. All is well, sampai tiba-tiba saja, aku menemukan banyak hal tentang Jev dan kebohongan-kebohongannya yang membuatku terluka setelah semua pengorbanan yang kuberikan untuknya. Dari balik layar kaca, dunia nyataku mendadak tidak lagi baik-baik saja.