02 - Owl

1325 Kata
          Alamat pada berkas yang baru saja diberikan oleh Jerome cukup jauh dari tempat di mana sebelumnya Sayuri berada, ia membutuhkan waktu selama dua hari untuk sampai ke tempat itu. Saat ini, ia sedang menggunakan kapal cepat untuk sampai di pulau di mana ia harus menjalankan tugasnya.           Tempat di mana ia harus menjalankan tugasnya sangat jauh dari keramaian. Sebuah Villa yang berada di kaki gunung, di sebuah pulau pariwisata kecil. Tidak ada libur panjang dalam beberapa hari ke depan, sehingga pulau itu sangat sepi dikunjungi oleh orang – orang yang ingin berlibur di sana. Bahkan, saat ini hanya ada lima orang yang sedang menaiki kapal cepat bersamaan dengan Sayuri.           Baru kali ini Jerome memberikannya tugas semudah ini. Biasanya, Sayuri harus menghabisi saingan Jerome ketika ia sedang berada di tengah – tengah kota, bahkan pernah ketika targetnya sedang menggelar pesta di sebuah kapal pesiar yang berada di tengah – tengah laut, di mana penjagaannya sangat ketat.           Merasa tugasnya kali ini terbilang cukup mudah, entah kenapa Sayuri malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Firasatnya seakan mengatakan kalau apa yang akan ia lakukan dapat membahayakan hidupnya.           Ia menggenggam kalung dengan liontin berbentuk hati yang terbuat dari kaca berwarna merah, senada dengan mata milik Sayuri yang disebut mirip dengan batu rubi. Kalung itu diberikan oleh Nyonya Agnes ketika Sayuri diadopsi oleh keluarga Boyd. Nyonya Agnes bilang, kalung itu ia temukan bersama dengan Sayuri yang masih berumur beberapa bulan saja di depan pintu panti asuhan. Yang berarti, kemungkinan besar kalung itu milik ibunya.           Seakan ada sesuatu yang berbisik padanya, tubuh Sayuri bergerak sendiri untuk melepas kalung yang terus ia gunakan selama dua belas tahun ini. Tidak sampai di sana, ia membungkus kalung itu dengan sapu tangan miliknya, kemudian memasukkannya ke dalam kantong anti – air.           Ketika kapal cepat yang ia naiki berlabuh di dermaga tujuannya, Sayuri langsung pergi menuju toilet umum terdekat dan menyembunyikan kalung itu di balik wastafel yang ada di sana, merekatkannya dengan perekat berwarna hitam agar tidak mudah ditemukan oleh siapa pun. Setidaknya, jika memang ada seseorang yang berniat untuk mencarinya, orang itu harus memasang matanya dengan baik untuk menemukannya.           Ketika Sayuri keluar dari toilet umum itu, sebuah tawa keluar dari mulutnya tanpa sadar. Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Kenapa ia melakukan hal semacam itu hanya karena didorong oleh firasatnya?           Namun, meski Sayuri pikir apa yang baru saja ia lakukan itu tidak masuk akal, ia tetap meninggalkan kalungnya di sana dan pergi menuju alamat di mana ia harus mengerjakan tugasnya.           .           .           “Suatu kehormatan bisa bertemu denganmu secara langsung, ‘Red Lily’.”           Sayuri mendecakkan lidahnya sebelum ia memutar tubuhnya menatap ke sumber suara. Baru kali ini, firasatnya bekerja dengan baik. Baru kali ini ia merasa menyesal karena tidak mengikuti firasatnya itu.            Saat ini, Sayuri berada di salah satu kamar pada Villa di mana target yang seharusnya ia lenyapkan berada. Namun, tidak ada seorang pun di sana. Terlihat jelas kalau sejak awal ia masuk ke dalam perangkap seseorang.           Sepertinya latihan yang ia jalani masih kurang, karena dengan mudahnya seseorang berada di balik punggungnya tanpa ia sadari. Sayuri melihatnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tentu saja, seseorang yang memanggil dirinya dengan sebutan ‘Red Lily’ pasti bukanlah seseorang yang berbaik hati untuk membiarkannya tetap hidup.           Ia tidak pernah meluangkan waktunya untuk mengingat wajah mau pun ciri – ciri setiap pembunuh bayaran yang memiliki peringkat di ‘Abyss’. Ia hanya memeriksa peringkat itu ketika ia merasa bosan.           Entah kebetulan atau tidak, entah Sayuri bisa mengatakan kalau ia beruntung atau tidak karena mengenali orang yang saat ini sedang berada di depannya, karena orang itu merupakan salah satu pembunuh bayaran yang memiliki peringkat tinggi di ‘Abyss’. Seseorang yang memiliki nama kode ‘Owl’.           “Hm, aku yakin kau memiliki target yang berbeda denganku, Owl,” balas Sayuri.           Sebagian wajah Owl ditutupi oleh kain, sehingga Sayuri hanya bisa melihat matanya saja. Tapi, dari jauh ia bisa melihat kalau Owl benar – benar merasa senang ketika Sayuri memanggil nama kodenya.           “Oh! Bahkan kau mengetahuiku. Ah~ Aku akan mengabadikan saat ini dan akan kuceritakan pada anak cucuku kelak kalau seorang ‘Red Lily’ mengenalku!” sahut Owl sambil menepuk kedua tangannya beberapa kali.           Sayuri menyebarkan pandangannya ke sekitar. Satu – satunya jalan keluar hanyalah pintu yang terkunci di balik punggungnya, beberapa jendela yang masih tertutup dan jendela yang sudah ia buka yang saat ini dihalangi oleh Owl.           “Lalu, apa yang membuat seseorang sepertimu berada di sini?” tanya Sayuri. Ia masih berusaha untuk mencari celah.           Kedua mata Owl langsung terfokus pada Sayuri. Dari balik mantel panjang yang ia gunakan, Owl mengeluarkan senjata berbentuk cakar.           Sayuri tertawa satu kali, kemudian memiringkan kepalanya ke samping dan bertanya, “Melihatmu menggunakan senjata seperti itu sedikit aneh. Kenapa Abyss memberikanmu nama kode ‘Owl’? Kenapa tidak ‘Wolverine’ atau sejenisnya?”           “Aku juga tidak mengerti. Mungkin seseorang yang memberikan nama kode padaku saat itu sedang mabuk,” kekeh Owl pelan. “Sangat disayangkan jika menghabisimu secara langsung, Red Lily. Bagaimana jika kita bermain sebentar? Dengan kemampuanmu yang saat ini, mungkin kau bisa menyelamatkan diri jika kau memiliki sebuah keberuntungan.”           Ah … tentu saja. Ia benar – benar masuk ke dalam sebuah perangkap. Tapi, siapa? Siapa yang menjebaknya? Sayuri baru mendapatkan tugas ini dua hari lalu, dan untuk menyewa seseorang seperti Owl pasti harus dilakukan jauh hari. Tentu saja tugas yang ia dapatkan pasti dijaga dengan sangat baik dan tidak akan mudah bocor, karena Jerome tidak akan pernah membiarkan rencananya gagal.           Kecuali …           Sayuri mengeluarkan sepasang belati dari balik punggungnya. “Sebuah keberuntungan tidak akan cukup untuk lari dari seseorang yang memiliki kemampuan hebat sepertimu, Owl.”           “Ah … apa kau baru saja merayuku?” tanya Owl, ia kembali terkekeh pelan. “Hm … mungkin aku akan membiarkanmu tetap hidup jika kau berhasil lari dariku setelah tujuh puluh dua jam ke depan. Bagaimana?”           Tujuh puluh dua jam, ya? Itu berarti Owl hanya dikontrak selama tiga hari saja. Berhasil atau tidaknya, setelah tiga hari berlalu, Owl tidak akan memiliki hubungan apa pun dengan dirinya.           “Siapa yang menyewamu?” tanya Sayuri.           “Oi, oi. Gadis manis, apa kau menanyakan hal itu karena sudah menyerah dengan hidupmu dan kau ingin tahu siapa yang ingin membunuhmu sebelum kau mati?” tanya Owl. “Atau kau sangat percaya diri bisa lari dariku dan akan balas dendam pada orang yang menyewaku?”           Sayuri mengangkat kedua bahunya, kemudian menjawab, “Tentu saja, pilihan yang kedua.”           Kedua mata Owl langsung terbuka lebar, sedetik kemudian ia tertawa terbahak – bahak sambil memegangi perutnya. “Ah! Karena kau benar – benar menghiburku, aku akan mengatakannya padamu! Jerome Boyd, orang itu bernama Jerome Boyd.”           …           Ah … dugaannya benar.           Kenapa? Kenapa Jerome melakukan hal ini padanya?           Apa akhirnya Jerome berpikir kalau dirinya tidak lagi berguna?           Apakah dia sudah sadar kalau Sayuri sedang menajamkan pisaunya untuk diarahkan pada lehernya?           “Gadis manis, aku tidak tahu apa yang membuat seseorang dari keluarga Boyd mengincarmu. Namun, meski kau berhasil selamat dari genggamanku, akan ada banyak puluhan pembunuh bayaran lain yang akan mengincarmu nanti,” kata Owl. “Karena, jika aku gagal menghabisimu, seluruh informasi mengenai ‘Red Lily’ akan tersebar di Abyss bersamaan dengan harga kepalamu yang sebesar lima puluh juta dollar.”           “Jangan panggil aku gadis manis,” gumam Sayuri pelan.           Owl sedikit memiringkan kepalanya ke samping, kemungkinan besar ia tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan oleh Sayuri.           “Jangan panggil aku gadis manis. Apa kau sadar kalau umurku sudah hampir tiga puluh tahun?” desis Sayuri. Entah kenapa rasa kesalnya pada keluarga Boyd ia curahkan pada panggilan ‘gadis manis’ yang diucapkan oleh Owl.           Owl kembali tertawa terbahak – bahak sambil memegangi perutnya. “Sesuai janji, meski pun harga kepalamu itu menggiurkan, aku akan melepasmu jika kau berhasil lari dariku selama tiga hari. Lagi pula, bayaran yang aku dapat sebelumnya sudah cukup besar.” []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN