Tidak seperti sebelumnya, kali ini ada yang berbeda di Claydale. Entah bagaimana ceritanya, di tengah alun – alun desa tersebut ada beberapa orang di sana. Dilihat dari perlengkapan yang mereka gunakan, dan indikator berbentuk lingkaran berwarna hijau di atas kepalanya, mereka merupakan pemain yang membentuk tim yang terdiri dari empat orang.
Karena ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh keempat pemain itu di Claydale, Sayuri memilih untuk melihat apa yang akan mereka lakukan terlebih dahulu dari jauh. Namun, belum sempat Sayuri menemukan tempat sembunyi yang tepat, ia mendengar suara Wat yang berteriak dengan kencang.
“Sudah kukatakan, pergi dari sini! Sepertinya petualang seperti kalian …” Wat terbatuk beberapa kali sebelum melanjutkan, “petualang seperti kalian memang tidak bisa membaca! Cukup satu petualang saja yang membantu kami!”
“Ayolah Pak Tua~ jangan seperti itu. Manusia merupakan makhluk sosial. Siapa pun tidak akan bisa hidup sendirian,” kata seorang pemain yang dari jauh terlihat memiliki profesi Gladiator, Sayuri bisa tahu karena ia melihat dari pedang dua tangan yang besar di balik punggungnya. “Apa lagi mengerjakan sebuah misi di tengah – tengah zona di mana monster dengan level yang cukup tinggi muncul.”
“Fein, jaga omonganmu,” kritik seorang Cleric di sebelahnya.
Seorang pemain yang bernama Fein ini melipat tangannya di d**a, kemudian membalas, “Emil, bukankah terlihat jelas kalau NPC ini sedikit berbeda? Pasti dia akan memberikan kita sebuah Quest! Lagi pula, lihat keadaan desa ini. Terlihat jelas mereka membutuhkan bantuan! Kau juga lihat NPC tua itu? Dia terus batuk tanpa henti, mungkin profesi Cleric sepertimu bisa membantunya?”
“Sayangnya Emil belum mendapatkan buku Skill untuk penyembuhan, kau tahu itu,” balas seorang Berserker sambil menggelengkan kepalanya. Ia menyimpan senjatanya yang berbentuk cakar Wolverine ke dalam tasnya. “Perkenalkan, namaku Kyle aku seorang pemain— maksudku petualang dari Ander.”
“Aku tidak mau tahu hal itu, cepat pergi dari sini! Apa kalian tidak bisa mengerti bahasa manusia? Ha?” Wat yang suasana hatinya tidak pernah baik semakin memburuk karena keadatangan ke empat pemain tersebut.
“… sudahlah, kita lebih baik pergi dari tempat ini. Sepertinya seseorang sudah menjalankan Quest yang hanya bisa dilakukan satu kali,” usul seorang Assassin di dalam tim tersebut.
Seseorang yang bernama Kyle mendesah panjang sambil mengusap bagian belakang lehernya. “Sebenarnya kenapa kalian ingin sekali memainkan ini, sih? Bukankah lebih baik kalian berlatih lebih giat?”
Fein mendesis pelan, kemudian membalas, “Ayolah! Aku mencium aroma kekayaan ketika melihat Lord’s Regime baru dirilis! Lagi pula, kita juga bisa berlatih gerakan kita di tempat ini. Bukankah begitu, Kai?” tanyanya pada Assassin yang berdiri di belakangnya.
Kai menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Fein. “Penggila latihan sepertimu pasti tidak membaca berita tentang sistem permainan ini. Kudengar nanti akan ada sebuah pembaruan di mana semua pemain dapat bergerak dengan bebas tanpa harus mengikuti gerakan dasar dari skill sesuai sistem Gaia. Itu berarti, kita bisa berlatih di tempat ini sambil beristirahat di dunia nyata, ‘kan?”
Amarah Wat yang dari tadi coba ia tahan akhirnya meledak karena para ‘petualang’ ini mengabaikan perintahnya dan malah berbicara sendiri. Ia kembali masuk ke dalam rumahnya dan keluar dengan sebuah sapu di tangan.
“Pergi! Pergi dari sini!” sahutnya kesal sambil memukulkan sapu itu ke tubuh Fein.
Sayuri kira, sapu yang terlihat sangat biasa itu akan langsung rusak karena digunakan untuk menyerang seorang Gladiator yang menggunakan equipment lengkap dengan poin Def yang tentu saja cukup tinggi. Namun tidak seperti perkiraannya, sapu itu tidak rusak sama sekali. Tidak sampai di sana, tulisan -54 berwarna merah melayang di atas kepala Fein.
“Ah! Sapu macam apa itu!? Apa itu sebuah sapu kelas Rare? Atau Unique? Kenapa bisa mengurangi HPku sebanyak 12%!? Bahkan serangan dari monster level 5 saja tidak sebanyak ini!” sahut Fein sambil berlari menjauh dari Wat yang saat ini sedang menghunuskan sapu itu seperti seorang ahli pedang legendaris.
Tidak hanya pada Fein, Wat juga mulai menyerang ketiga pemain yang lain. Membuat mereka mulai panik karena khawatir poin HP mereka akan habis dan harus mati konyol dengan alasan diserang oleh NPC tua di desa kumuh Claydale.
Sayuri yang memiliki poin HP kecil dan Def tipis bila dibandingkan oleh seorang Gladiator dengan level di atasnya merasa beruntung karena ia tidak dipukul oleh jurus sapu legendaris dari Wat itu … jika sampai ia terkena serangan dari Wat, Sayuri yakin ia langsung dikirim menuju kuburan.
Melihat keempat pemain itu berlari ke arahnya membuat Sayuri lupa kalau ia akan bersembunyi. Kehidupan sebelumnya membuat dirinya tidak mudah percaya pada orang yang tidak ia kenali, tidak hanya itu ia selalu berpikir kalau semua orang yang tidak ia kenal pasti memiliki tujuan untuk merugikan dirinya.
Karena itu, Sayuri berpikir bila mereka tahu kalau saat ini ia sedang menjalankan sebuah Quest unik yang hanya dapat dikerjakan satu kali, mereka akan mengganggunya dan membuat dirinya gagal dalam menyelesaikan Quest tersebut.
Sayangnya Sayuri kalah cepat dari mereka. Keempat orang itu sama – sama sadar dengan kehadiran Sayuri yang baru saja memasuki zona Claydale.
Namun tidak seperti perkiraannya, seorang pemain bernama Kai menyahut padanya dari jauh, “Kau … pemain yang ada di sana! Cepat pergi dari tempat ini! NPC di desa ini sepertinya sudah kehilangan akal mereka!”
“Sepertinya dia pemain baru dengan profesi Assassin? Dari jauh dia terlihat manis! Undang dia masuk ke tim kita!” kata Fein.
“Jangan memikirkan hal yang tidak – tidak. Dasar otak udang! Seharusnya kau menggunakan nama itu untuk karaktermu!” kritik Emil.
“Kau ini, apa kau sebenarnya punya masalah denganku, ha? Kenapa kau selalu menyerangku, sih!?” protes Fein. “Lagi pula, kenapa tidak ada satu pun di antara kalian yang menggunakan nama alias di permainan ini? Kenapa kalian semua menggunakan nama asli kalian!?”
“Tolong berkaca lah sebelum mengatakan hal itu!”
Sayuri yang melihat mereka berlari sambil berdebat entah kenapa merasa takjub. Kemudian sebuah jendela hologram tiba – tiba muncul di depannya.
[Sistem: Pemain ‘Kyle’ mengundang anda untuk masuk ke dalam tim. Terima/Tolak.]
Tentu saja, Sayuri menolaknya.
“Kenapa?” tanya Kyle dari jauh dengan wajah yang bingung.
Ketika Sayuri berjarak beberapa meter lagi dari mereka, ia menjawab, “Karena aku akan offline di tempat ini. Semoga kita tidak bertemu lagi.”
Mereka yang awalnya ingin berhenti dan mengajak Sayuri untuk lari bersama mereka membatalkan niatnya karena saat ini Wat sudah berada di belakang mereka dengan sapu legendaris di tangannya.
“Ah! Jangan menangis pada kami bila kau kehilangan poin EXPmu karena dibunuh oleh NPC gila!” sahut Fein yang sudah keluar dari zona Claydale, disusul oleh ketiga temannya yang lain.
Wat yang terengah – engah sambil menggenggam sapunya dengan keras hanya bisa melihat keempat pemain itu dari batas zona Claydale.
Seorang NPC yang terikat dengan sebuah Quest tidak akan bisa keluar masuk zona yang sudah ditentukan oleh sistem Gaia dengan bebas. Karena Sayuri belum menyelesaikan Quest darinya, Wat jadi tidak bisa pergi ke mana pun, begitu pula dengan NPC yang lain.
“Sepertinya hanya kau yang memiliki otak yang sehat dari seluruh petualang yang berkunjung ke Atrea, Red Lily,” geram Wat pelan, ia terbatuk dan terengah – engah dalam waktu yang bersamaan.
Sayuri hanya bisa tersenyum miris, kemudian membantu Wat dengan membopongnya untuk kembali ke rumahnya. Ia berusaha untuk melihat status dari sapu yang ada di tangan Wat, namun ia hanya bisa melihat tanda ???? pada jendela hologram yang muncul di depan sapu tersebut.
…
Mungkin bukan sebuah sapu kelas Rare atau Unique, tetapi sapu dengan tingkatan yang lebih tinggi dari pada itu? Legendary? Atau mungkin Myth?
…
Tidak mungkin, ‘kan? Lagi pula Sayuri tidak pernah ingat ada sebuah topik mengenai sebuah equip tingkat tinggi seperti itu di desa Claydale.
“Ah … ah … para petualang itu membuat tekanan darahku tinggi,” gerutu Wat sambil mengusap bagian belakang lehernya dengan wajah yang dikerutkan.
“Biar aku yang bawakan sapu itu,” usul Sayuri.
Wat tertawa pelan, kemudian memberikan sapu itu pada Sayuri. Namun, sebuah tarikan yang luar biasa membuat Sayuri langsung berlutut di atas tanah.
“??????”
Saat ini di atas kepala Sayuri hanya dipenuhi oleh tanda tanya. Bagaimana bisa sebuah sapu lebih berat dari pada ratusan buah Iaves Cherry di tasnya?
Wat kembali tertawa, kemudian mengambil sapu yang dipegang oleh Sayuri dengan mudah. Seketika indikator berwarna merah berlambang tas di sisi kiri atas yang mengganggu pandangannya menghilang.
…
Sapu itu benar – benar mengerikan …
“Kau sudah kembali sebelum matahari terbenam … apa kau berencana untuk istirahat terlebih dahulu?” tanya Wat. “Atau kau menyerah karena tidak menemukan pohon di mana Iaves Cherry tumbuh?”
Sayuri menggelengkan kepalanya pelan, kemudian membantu Wat untuk duduk di kursi meja yang ada di dalam rumahnya dan membalas, “Justru sebaliknya. Aku kembali karena telah mengumpulkan Iaves Cherry yang cukup. Karena saat ini seluruh penduduk lebih membutuhkan Iaves Cherry agar batuk mereka tidak lebih parah, aku berpikir untuk memberikannya terlebih dahulu kepadamu.”
[Quest telah aktif. 200/100 Iaves Cherry | 0/200 bahan makanan untuk menyelesaikan Waktu sampai Quest berakhir: 20:02:05]
“Oh … oh!!” sahut Wat setelah melihat ratusan Iaves Cherry yang tiba – tiba muncul pada meja di depannya. “Bukankah ini lebih dari pada apa yang kuminta!?”
“Lebih baik banyak dari pada kehabisan, ‘kan? Kalau begitu, aku akan kembali ke rumah Rubia terlebih dahulu untuk memberikan beberapa Iaves Cherry padanya. Kau bisa memberikan Iaves Cherry itu pada penduduk yang lain.”
[Sistem: Hubungan pertemanan dengan Wat (NPC) meningkat!]
Kedua alis Sayuri langsung terangkat. Padahal, ia belum menyelesaikan misinya. Namun hubungannya dengan Wat tiba – tiba meningkat. Meski pun ia terlihat galak, sepertinya Wat memiliki hati yang lembut.
.
.
Setelah Sayuri dapat melepas dirinya dari Rubia yang terus memeluk kakinya untuk memperlihatkan seberapa besar rasa terima kasihnya ketika Sayuri memberinya 50 buah Iaves Cherry, Sayuri kembali keluar zona Claydale untuk menyelesaikan misi yang diberikan oleh Wat dan juga Dean.
Namun, pemain yang sebelumnya lari ketakutan oleh jurus legendaris dari sapu Wat ternyata masih berada tepat di luar desa Claydale.
“Oooh, dia masih hidup! Sepertinya benar, orang ini yang mendapatkan misi NPC tua yang gila itu!” sahut Fain.
Kedua mata Sayuri langsung sedikit menyipit, melihat mereka satu persatu dengan pandangan curiga. Sepertinya perkiraannya benar, mereka menunggu Sayuri di luar zona aman Claydale untuk memaksanya menggagalkan Quest itu.
Emil memukul bagian belakang kepala Fein, kemudian membungkukkan punggungnya beberapa kali pada Sayuri dan berkata, “Kami bukan seseorang yang mencurigakan …”
“Justru orang yang mencurigakan selalu berkata seperti itu, Emil,” komentar Kai sambil terkekeh pelan. Kemudian ia menoleh ke arah Sayuri dan berkata, “Kau, dilihat dari equipment yang kau gunakan … sepertinya kau masih level 0? Bagaimana caranya kau sampai ke tempat ini?”
“… Aku hanya beruntung,” balas Sayuri singkat. Dengan level yang ia miliki saat ini, dan ia tidak memiliki satu pun skill … sepertinya ia tidak akan bisa keluar dari situasi ini dengan aman. Untung saja saat ini Level Sayuri masih 0 dan poin EXP 0%.
Kyle mendesah panjang sambil menggelengkan kepalanya pelan. “Bisakah kalian tutup mulut kalian dulu? Apa yang kalian katakan benar – benar terdengar mencurigakan dan seperti seorang bandit yang ingin merampas harta benda seseorang.”
Dengan dramatis Fein menutup mulutnya dengan kedua tangannya. “Tunggu. Nona manis, kami tidak memiliki niat seperti itu. Jadi tenanglah, ya?”
“Apa sebaiknya kita melaporkan orang ini pada polisi? Dia terdengar seperti seorang om – om hidung belang yang sedang menggoda gadis di bawah umur,” kritik Emil sekali lagi.
“Kau ini … kau tahu aku memiliki pangkat yang tinggi dari pada polisi— ah, itu tidak penting. Yang jelas, kami menunggumu untuk meminta bantuan padamu!” kata Fein.
“Bantuan?” tanya Sayuri. Tentu saja, kecurigaannya pada mereka belum berkurang.
“Sepertinya kau memiliki hubungan yang cukup baik dengan Kepala Desa Claydale yang bernama Wat itu,” kata Kyle sambil memberikan sebuah item pada Sayuri dari dalam tasnya. “Kami mendapat sebuah Quest untuk mengirim pesan kepada Kepala Desa Claydale. Tapi belum sempat kami memberikannya … kau tahu kejadiannya.”
Sayuri menerima sebuah item Quest yang diberikan oleh Kyle. Karena saat ini Sayuri tidak menerima Quest tersebut secara langsung, ia jadi tidak bisa melihat Quest apa yang sedang dijalankan oleh mereka.
…
Sepertinya orang – orang ini tidak memiliki maksud yang Sayuri kira sebelumnya. Di dalam hati, ia meminta maaf kepada mereka semua.
Kyle mengusap bagian belakang lehernya, kemudian menambahkan, “Aku akan menyerahkan item Quest ini padamu. Terserah kau ingin membantu kami atau membuang item Quest tersebut. Lagi pula, hadiah Quest benda ini tidak terlalu berharga.”
“ … aku akan memberikannya pada Wat nanti. Aku harus pergi ke suatu tempat terlebih dahulu,” balas Sayuri sambil memasukkan item Quest itu ke dalam tasnya. Saat ia melakukan hal itu, buku Skill yang sebelumnya ia dapatkan menarik perhatiannya. “Ah, kebetulan … apa kalian tertarik dengan sebuah buku skill?”
Kedua alis Kai langsung terangkat. “Kau memiliki sebuah buku Skill? Buku apa? Jika kau menanyakan hal itu pada kami, sepertinya profesi Assassin tidak bisa menggunakannya.”
“Ya. Buku skill ‘War Cry’, tipe skill aktif. Tim kalian memiliki Gladiator dan Berserker yang dapat menggunakan skill ini. Mungkin salah satu dari kalian tertarik?” tanya Sayuri. “Aku akan menjualnya seharga 1 perak 50 tembaga. Atau jika kau memiliki buku skill untuk Assassin, kalian bisa menukarnya.”
“Aku mau! Aku mau! Kai, kau memiliki dua buah buku skill yang sama, ‘kan? Kenapa kau tidak memberikan salah satunya pada nona manis ini?” tanya Fein dengan kedua tangan yang disatukan mencoba untuk terlihat imut.
“Kyle, gunakan buku skill itu. Kau lebih baik dalam mengendalikan monster dengan jumlah yang banyak dan sadar dengan keadaan di sekitar,” kata Kai, sambil mengeluarkan buku Skill dari dalam tasnya.
“Oi, kenapa!?” protes Fein.
Sayuri melihat deskripsi buku skill yang diberikan oleh Kai sebelum ia menerimanya.
[Buku Skill: Stealth
Deskripsi Skill: Pengguna bersembunyi di balik bayangan, membuat dirinya tidak terlihat dan terdeteksi dengan mudah.
Tipe Skill: Aktif.
Cooldown Skill: 1 menit.
Batasan Pengguna: Assassin, Caster, Hunter. Dapat dipelajari oleh faksi mana pun.]
Buku skill Stealth! Skill yang ia cari dan butuhkan untuk menjalankan rencana selanjutnya. Sepertinya keberuntungannya untuk hari ini belum habis.
“Setuju,” balas Sayuri. Ia mengambil buku skill tersebut dan memberikan buku skill War Cry miliknya pada Kyle.
“Tapi seorang Assassin level 0 dengan buku skill … sepertinya kau tidak mendapatkannya dari item yang dijatuhkan oleh monster,” gumam Kai pelan. “Dari sebuah kotak, ya?”
“… sisanya rahasia bisnis,” balas Sayuri sambil mempelajari buku skill tersebut. Ketika ia melihat jendela status karakternya, sebuah Stealth skill ditambahkan pada kolom skill aktifnya. “Kalau begitu, aku akan pergi.”
“Tunggu! Nona manis, bagaimana jika kita saling menambah daftar teman? Hm? Mungkin kau akan tertarik untuk ikut bersama kami masuk ke sebuah Dungeon untuk mencari senjata dan alat pelindung, hm?” tanya Fein.
“ … sepertinya kalian memiliki tim yang tetap. Mungkin teman di dunia nyata?” Sayuri balik bertanya. “Kalau begitu, hanya salah satu dari kalian saja sudah cukup. Kau, seseorang yang dipanggil Kyle. Aku hanya akan menambahmu ke daftar pertemananku.”
“Tentu,” jawab Kyle dengan senyuman tipis di wajahnya. Membuat Fein mengerutkan kening serta hidungnya terlihat tidak senang sedikit pun.
“Hih! Tidak di dunia nyata, atau di dunia maya. Sama saja! Sekalinya melihat yang lebih tampan, pasti mereka lebih baik pada orang itu,” cibir Fein sambil melipat tangannya di d**a.
Mendengarnya perkataan Fein, Sayuri bukannya merasa tersinggung tetapi malah tertawa satu kali. “Itu benar, Kyle memang tampan. Tapi kau juga cukup tampan, Fein.”
Wajah Fein yang berkerut kesal langsung berubah cerah seketika. Tapi, perkataan Sayuri selanjutnya membuat wajahnya kembali seperti sebelumnya. “Sayangnya sikapmu tidak sebagus wajahmu. Lain kali, perbaiki sikapmu terlebih dahulu sebelum kau menilai orang lain.”
Emil dan Kai langsung tertawa terbahak – bahak sambil memegangi perut mereka. “Ya! Sikapmu itu yang jadi masalah! Itu benar, siapa namamu? Assassin pemula! Hahaaha! Lain kali aku akan membawa kaca untuk mengingatkanmu, Fein!”
Kyle ikut tertawa setelahnya, kemudian menganggukkan kepalanya satu kali pada Sayuri. “Maaf, mereka memang seperti itu. Kami tidak bermaksud untuk … merendahkanmu atau semacamnya. Salam kenal, Red Lily. Kau sudah tahu namaku, panggil saja Kyle.”
“Tidak masalah. Kalau begitu, aku akan pergi terlebih dahulu, Kyle,” balas Sayuri kepada Kyle. Kemudian melihat ke arah Emil dan Kai yang masih tertawa terbahak – bahak meledek Fein yang meringkuk di atas tanah. []