4

1651 Kata
"Gimana semuanya sudah siap kan?" tanya Rangga kepada yang lainnya yang sudah berkumpul di ruang tamu. Mereka semua sudah siap dengan pakaian mereka. Semuanya pun mengangguk. "Yaudah kita berangkat sekarang saja" ujar Rangga, mereka pun akhirnya berangkat menuju ke restoran tempat dimana nanti mereka akan melangsungkan makan malam dengan keluarga Manendra. Saat ini mereka semua pun sudah berada di perjalanan ke restoran. Ishana hanya diam saja, pasrah dengan semua yang akan terjadi nanti. Seperti kata Anjani, dia banyak-banyak berdoa supaya datang malaikat yang menolongnya. Karena jujur saja, Dana tidak bisa Ishana lupakan begitu saja. Dana adalah pacar yang selama ini ia cari-cari dan dengan Dana, Ishana berharap bisa menikah nantinya. Mereka pun akhirnya sampai di restoran yang akan menjadi saksi bisu pertemuan keluarga Falisha dan Manendra untuk membahas acara lamaran dan pernikahan. Sebelumnya, Arjuna dan keluarganya sudah sampai di restoran. Tapi Arjuna pamit sebentar ke toilet sebelum keluarga Falisha datang. Di toilet Arjuna memikirkan berbagai cara supaya acara perjodohan yang akan terjadi itu dibatalkan. Tentu saja ia tidak aka siap dengan pernikahan ini, mungkin Opa nya benar jika ia sudah memiliki beberapa Cafe dan Restoran dan ia sudah bisa menghasikan uang sendiri. Namun tolok ukur pernikahan bukan hal itu. Melainkan siap atau tidaknya seseorang untuk melakukan pernikahan tersebut. Dan jujur saja untuk saat ini Arjuna masih belum siap, apalagi ia belum mengetahui dengan siapa ia akan menikah nantinya. Ini sangat sulit sekali baginya. Sementara itu, keluarga Falisha pun masuk ke restoran tersebut. Mereka bersalaman. "Wahh kamu cantiknya" ujar Mama Arjuna kepada Anjani yang saat ini memakai dress berwarna hitam. "Makasih tante" ujar Anjani. Kemudian Mama Arjuna beralih ke Ishana yang berada di belakang Anjani. "Wah ini pasti Ishana ya, cantik" ujar Mama Arjuna lagi. Mereka pun duduk, dan saat itu tiba-tiba Anjani ingin buang air kecil. Anjani pun berpamitan kepada mereka untuk pergi ke toilet. Setelah lega, Anjani pun keluar dari toilet. Saat Arjuna keluar dari toilet bertepatan dengan Anjani yang juga baru keluar dari toilet. Arjuna pun langsung memiliki ide agar perjodohan tersebut batal dan menarik Anjani tanpa permisi ke meja yang dipesan oleh keluarganya. "Lo maksudnya apa sih?" tanya Anjani kebingungan. "Lo diem aja. Bantuin gua sekali aja" ujar Arjuna. Anjani dan Arjuna masih belum sadar, jika sebelum di restoran ini mereka sempat bertemu di Mall Mega. Arjuna pun membawa Anjani sampai ke meja dimana keluarganya berada. Semuanya yang ada di meja tersebut terkejut melihat Arjuna datang membawa Anjani. Sementara Anjani pun juga terkejut karena tiba-tiba ia ditarik dan dibawa ke meja yang dipesan oleh keluarganya dan keluarga calo suami Ishana. Jangan-jangan..... "Maaf saya tidak bisa melanjutkan perjodohan ini. Karena saya sudah memiliki kekasih. Ini kekasih saya. Saya sangat mencintai dia. Jadi saya mohon agar perjodohan ini dibatalkan saja" ujar Arjuna sembari menggandeng Anjani. "Astaga Anjani seriosly? Kok lo ga bilang sih. Eh tadi bukannya kita juga ketemu ya waktu di Mall Mega. Wahhh makannya lo sama cowok itu saling tatap gitu tadi. Jadi dia cowok lo?" tanya Ishana sangat takjub. Karena jika cowok yang akan dijodohkan dengannya ini benar berpacaran dengan Anjani maka bisa dipastikan bahwa hubungannya dengan Dana akan baik-baik saja. "Eng.. " ujar Anjani namun terhenti ketika cowok tersebut mencium tangannya. "Iya, Anjani pacar saya" ujar Arjuna dengan penuh keyakinan. Sementara Anjani sudah mengumpat di dalam hati. Apa cowok ini ga sadar siapa gua dan siapa orang-orang yang ada disini. Batin Anjani ingin menangis rasanya jika terjadi kesalahpahaman yang nantinya akan berakibat fatal bagi kelangsungan masa depannya. "Anjani? Benar kamu pacaran sama Arjuna? Kenapa ga bilang. Kalo bilang kan Opa bakalan jodohin kamu sama Arjuna, bukan Ishana. Yasudah kalo begitu kita lanjutkan perjodohan ini tapi antara Arjuna dan Anjani bagaimana?" ujar Kakek Anjani. "Setuju aku Rangga, ternyata cucu kita emang berjodoh ya" ujar Yudha. "Bukan Opa, ini cuman salah paham Opa" ujar Anjani. Sementara Arjuna yang baru saja sadar jika melakukan sesuatu yang fatal pun langsung menatap ke arah Anjani yang berada di sampingnya. "Opa ini ga kayak yang Opa kira" ujar Arjuna yang juga berusaha untuk menjelaskan namun percuma sepertinya tidak akan ada yang percaya pada mereka. "Kalian ga keberatan kan Reika, Gema? Kalo Anjani akan menikah?" tanya Rangga kepada orangtua Anjani setelah Anjani dan Arjuna duduk. Anjani berharap jika Papa dan Mamanya menentang keras apa yang diinginkan oleh Opa nya itu. "Kami tentunya sangat senang Pa, apalagi ini Anjani sama Arjuna ternyata sudah pacaran. Kami ga nyangka karena Anjani ga pernah cerita kalo dia punya pacar" ujar Reika. Ya gimana mau cerita. Orang nyatanya ga punya pacar kok. Batin Anjani. Ishana yang saat ini bahagia pun berbisik lirih ditelinga Anjani. "Jan, ternyata Malaikat gua itu lo Jani. Thanks Jan. Lo penyelamat gua. Lagian kenapa lo ga bilang sih kalo dia pacar lo. Jangan-jangan lo ga tau juga ya kalo dia mau dijodohin sama gua. Iya sih pasti lo ga tau. Karena kalo lo tau, pasti lo dah nangis bombay" ujar Ishana dengan lirih yang didiamkan sama oleh Anjani. "Oke, jadi sepakat ya kalo minggu depan kita akan mengadakan lamaran. Dan sebulan lagi pernikahan akan dilangsungkan" ujar Mama Arjuna yang membuat Arjuna dan Anjani yang tadinya melamun pun menjadi terkejut. "Apa?!?" teriak Arjuna dan Anjani bersamaan. "Ihhhh kalian goals banget sih cocok deh" ujar Ishana. "Opa apa itu ngga terlalu cepat Opa?" tanya Arjuna meminta keringanan. "Opa rasa engga, apalagi ngeliat kalian yang memang sudah dasarnya berpacaran kan. Apalagi yang ditunggu?" ujar Yudha. "Baiklah. Sepertinya pembicaraan ini kita sudahi karena kesepakatan sudah disetujui. Lagipula hari juga sudah malam" ujar Yudha. Mereka pun ber siap-siap untuk pulang dengan bersalaman. "Opa, boleh ga kalo Anjani mau ngomong sama Arjuna. Nanti Anjani ditinggal aja" ujar Anjani yang membuat semua orang menjadi heboh. "Iya deh yang mau malam mingguan ya" ujar Reika. "Boleh. Arjuna. Tolong, saya titip Anjani" ujar Rangga. Yang lainnya pun sudah meninggalkan restoran tersebut. Saat ini yang tersisa hanyalah Arjuna dan Anjani. Sedari tadi, Anjani terus menerus melihat Arjuna dengan mata melotot. "Lo ga punya otak?" tanya Anjani. Namun Arjuna masih diam saja. "Lo juga b***k? Iya?" tanya Anjani lagi. Arjuna pun masih saja diam. "Lo ga pernah mikir gimana ribetnya hal yang bakalan terjadi setelah omong kosong lo tadi keluar? Pacaran? Hahahah gua mau ketawa tau ga. Kenal lo aja engga" ujar Anjani mengeluarkan segala keluh kesahnya. "Harusnya bukan gua yang nikah sama lo. Harusnya sepupu gua. Lo emang ga punya otak ya" ujar Anjani dengan mata berair. "Sorry" ujar Arjuna setelah Anjani mengeluarkan semua keluh kesahnya. Kata-kata tersebut membuat Anjani emosi dan langsung menampar Arjuna. "Iya Sorry? Lo cuman bisa bilang gitu doang kan. Basi" ujar Anjani yang kali ini air matanya sudah mengalir. "Lo bener-bener ga punya otak" ujar Anjani terakhir kali dan langsung pergi meninggalkan Arjuna. Arjuna yang tau jika Anjani pergi pun mengejarnya. Karena walau bagaimana pun ini sudah malam, Anjani juga belum hapal jalanan di sekitar sini. Lagi pula, Arjuna sudah berjanji kepada keluarga Anjani untuk menjaga Anjani. "Anjani tunggu Jan" ujar Arjuna sembari mengejar Anjani dan menarik tangannya. "Minggir. Lepasin tangan gua" ujar Anjani. "Lo mau kemana?" tanya Arjuna. "Mau gua kemana kek itu bukan urusan lo. Lo siapa? Kenal aja ngga sok sokan akrab" ujar Anjani langsung berjalan lagi. "Gua anterin pulang" ujar Arjuna yang langsung menarik Anjani untuk naik ke mobilnya. Anjani pun memberontak tak ingin bersama dengan Arjuna. Namun akhirnya mereka pun pulang bersama dengan Arjuna yang mengendarai mobilnya. Mereka pun akhirnya sampai di kediaman keluarga Falisha. Sesampainya disana, Anjani tidak langsung keluar. Anjani ingin mengatakan sesuatu kepada Arjuna. "Gua ga mau tau, pokoknya pernikahan ini harus batal. Kalo perlu dari lamarannya udah batal" ujar Anjani penuh penekan. "Gua usahain" ujar Arjuna. "Lo jangan cuman usahain lo harus janji kalo kita ga bakalan nikah" ujar Anjani menangis lagi. "Gua ga bisa janji, sorry" ujar Arjuna kepada Anjani. Anjani pun langsung keluar dari mobil Arjuna tanpa berpamitan. Setelah itu Anjani langsung masuk ke halaman rumah. Namun ada yang aneh karena lampu yang hidup hanyalah lampu depan saja. Sewaktu Anjani ingin membuka pintu, ternyata pintu itu terkunci. Anjani pun segera membuka handphonenya, dan ternyata kabar buruk lagi datang. Keluarganya pulang dulu ke Bandung, karena tetangga yang sudah dianggap keluarga oleh Opa Rangga meninggal. Mereka menyuruh Anjani untuk tidur di rumah Arjuna terlebih dahulu, orangtua Arjuna juga sudah mengijinkan. Anjani tentunya tidak mau berurusan dengan Arjuna lagi. Anjani pun kembali ke pos satpam dan membangunkan satpam yang sedang berjaga. "Pak, orang rumah ga ada yang nitip kunci ya?" tanya Anjani. "Waduh gaada Neng" ujar Pak Satpam. "Yaudah pak, makasih ya pak. Kalo hotel di sekitar sini dimana ya pak?" tanya Anjani. "Neng bisa keluar dari komplek terus nanti didepan indotoko ada hotel neng" ujar Pak satpam tersebut. Anjani pun berterimakasih kepada pak satpam tersebut dan keluar lagi dari rumah. Sementara itu, Arjuna yang dari tadi masih melihat Anjani pun heran karena Anjani keluar dari rumahnya. Ia pun saat ini mencoba untuk mendekati Anjani tersebut karena ia ingin bertanya, karena walau bagaimanapun juga, Anjani tetap tanggungjawabnya saat ini karena ia puang bersama dengan Arjuna. Dengan segera Arjuna turun dari mobilnya dan mendekati Anjani. "Mau kemana ?" tanya Arjuna. Dia ga nyuruh gua buat ke rumahnya. Berarti dia ga tau kalo gua disuruh ke rumahnya. Bagus deh. Batin Anjani. "Bukan urusan lo" ujar Anjani yang langsung berjalan lagi. "At least lo bilang mau kemana gua anterin. Gua udah janji bakal jaga lo" ujar Arjuna lagi. Namun tak lama kemudian, Arjuna mendapatkan pesan dari Mamanya. From: Mama •Jun, kalo udah selesai malmingnya bawa Jani ke rumah ya. Keluarganya pada pulang ke Bandung. Dia dititipin ke keluarga kita nanti Jani nginep dirumah. Tentunya hal itu langsung membuat Arjuna menatap ke arah Anjani. "Lo pasti udah tau seharusnya lo kemana, karena keluarga lo nyuruhnya ke rumah gua. Jadi ikut gua" ujar Arjuna. "Gua ga mau. Gua mau nginep di hotel" ujar Anjani. "Lo harus ikut" ujar Arjuna. "Ga... " jawab Anjani namun terhenti ketika handphonenya berdering dan terdapat satu nomor yang belum Anjani ketahui. Anjani pun langsung menerima telfon tersebut, takut jika telfon itu penting. Dan ternyata telfon itu berasal dari....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN