Vivian POV Mengawasi Prima dari layar monitor seperti kebiasaan baru bagiku. Tanpa sadar sedikit demi sedikit, obsesiku padanya semakin bertambah. Mulai dari sekadar ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengannya, sampai begitu ingin tahu apa yang ia kerjakan selama dua puluh empat jam seminggu penuh. Kurasa aku benar-benar telah menjadi penguntit sesungguhnya. Tanganku bahkan tengah membuka lembar demi lembar riwayat hidup Prima yang kuminta Melani selidiki. "Vivi, kamu nakutin tahu tidak? Lain kali kalau sedang lihat yang kayak begitu, kunci pintunya. Takutnya saudaramu yang lain main masuk saja," tegur Melani, menyadarkanku kembali ke alam nyata. Di mana tidak ada bayangan wajah masa kecil Prima. Aku memberinya tatapan mengintimidasi, menunjukkan kalau aku tidak suka dia se