Suara Haykal yang tengah merayuku terdengar jelas dari HP-ku, langsung membuat sepi ruangan yang tadinya riuh. Semua mendengarkan, seolah tak ada ingin yang terlewat. Sesekali mereka, menatap Haykal.
"Yang." Haykal memanggilku, 'Yang, karena namaku Mayang. "Kamu sebenarnya sungguh-sungguh cinta aku atau tidak sih? Kita kan sudah lama pacaran, tapi kamu tidak mau juga tidur denganku." Suara Haykal terdengar memohon, dan aku yakin semua yang mendengar rekaman ini beranggapan begitu.
"Kita kan belum nikah, Kal. Kalau kamu ingin lakukan denganku, seharusnya kamu nikahin aku dulu. Bukannya minta melakukannya dulu baru nikah."
Saat itu, dia menggenggam tanganku, dengan tatapan memohon dan sungguh-sungguh agar aku percaya.
"Aku janji setelah aku membuktikan kamu masih perawan, aku pasti nikahi kamu. Aku tidak mau kalau ternyata gadis yang aku nikahi sudah tidak perawan lagi. Aku tidak mau tertipu."
"Intinya kamu nuduh aku pernah melakukannya, Kal."
"Bukannya nuduh. Tapi aku perlu bukti. Kalau ternyata kamu keluar darah yang artinya kamu masih perawan, aku bakal nikahi kamu. Aku hanya akan menikahi perempuan yang dia benar-benar masih perawan. Membutikan dia perawan dulu lalu menikahinya. Kabulkan keinginanku ya, Yang? Kalau kamu masih perawan, aku akan langsung persiapkan pernikahan kita."
Sebenarnya, masih ada percakapan di mana aku menolak keras, tapi aku memotong dibagian itu. Aku merekam suaraku sendiri, lalu menggabungkannya menjadi rekaman yang utuh.
"Baik, tapi kamu beneran janji bakal nikahin aku ya, Kal. Aku mau melakukannya agar kamu percaya padaku.*
Dan rekaman yang kuperdengarkan mati, sudah berakhir. Aku merasa beruntung waktu itu aku sedang merekam suaraku sendiri yang sedang menyanyi untuk masa dering saat Haykal datang setelah pulang kerja, untungnya rekaman tidak kumatikan.
Haykal bangkit duduk, dia menatapku dengan wajah tak terima. Ha ha. Aku ingin tertawa melihat wajah kesalnya itu sampai sudut bibirnya berkedut menandakan dia sangat marah. Aku seolah menfitnahnya. Bukan seolah tapi, memang memfitnahnya. Di sampingnya, Yeni menunduk dalam, mungkin ia malu karena orang-orang memandanginya, sebagian mencibir. Tentu dari rekaman yang kuperdengarkan, orang-orang akan langsung tahu jika Yeni sudah tidak perawan. Direkaman Haykal mengatakan jelas hanya akan menikahi perempuan yang telah ditidurinya, yang masih perawan.
"Bisa-bisanya kamu memfitnahku, Yang! Padahal aku sudah kembalikan uang itu! Dan aku tidak tidur denganmu! Kamu menolak saat itu!" Tangannya menuding wajahku, dengan d**a turun naik menahan amarah. Ayahnya yang masih berang, mengepalkan tangan lalu meninju wajah Haykal, sekali, dia kali, berkali-kali. Kapok. Aku tersenyum dan tertawa dalam hati, tapi mataku mengeluarkan air mata. Aku tak suka ia disakiti, karena aku mencintainya, tulus. Tapi ia malah mengkhianatiku, ya sudahlah. Aku memang mencintainya tapi masih bisa berpikir logis. Sakit hati ya harus dibayar dengan sakit hati. Itu prinsipku. Kehilangan kekasih ya cari lagi, semudah itu.
"Kamu benar-benar fitnah aku, Yang! Kalian semua dengar baik-baik! Demi Allah aku sudah kembalikan uangnya juga tidak tidur dengannya!" Nadanya meletup-letup, terlihat begitu geram. Ayahnya hendak melayangkan tinju lagi, tapi ibu Haykal mencegah dengan cara memeluk lengan suaminya sambil terisak.
"Ini jadi bukti, Kal. Kalau kamu tidur sama aku." Kubuka tas tangan, lalu melempar alat tes kehamilan ke wajahnya. Salah seorang meraihnya, lalu menatap Haykal tak percaya.
"Dia hamil," kata lelaki sepantaran Haykal, mungkin saudaranya. Orang-orang semakin tak percaya, langsung mendekat untuk melihat sampai membentuk lingkaran. Ayah Haykal, sudah seperti emoticon marah saja, membara wajahnya, menatap anaknya penuh benci. Aku tertawa puas dalam hati. Pembalasanku akan berakhir sebentar lagi.
Yeni terisak-isak di samping Haykal, dan Haykal mencoba menenangkannya tapi berkali-kali Yeni menepis tangannya. Bahu perempuan itu berguncang-guncang oleh tangis dan riasannya jadi jelek. Ah kasihan sekali teman terbaikku itu.
"Aku hamil dengannya, dan dengan seenaknya dia nikah dengan perempuan lain. Karena waktu itu aku sempat menolak waktu kami akan melakukannya tapi dia memaksa, aku punya cctv-nya, maka aku akan adukan ke polisi kalau sampai dia menikahi perempuan itu. Benar-benar aku akan memenjarakannya kalau dua nikahi perempuan itu!" Tegasku, aku menuding Haykal dan Yeni yang tampak syok lalu aku pergi sambil tersenyum kecil. Penuh kemenangan, melangkah keluar dari rumahnya dengan gaun pengantin menyapu lantai. Apa gunanya gaun pengantin yang kupakai ini? Ada. Ini untuk jaga-jaga kalau besok Haykal datang ke rumahku. Apa coba? Pokoknya sesuatu yang tidak ada dalam bayangan semua orang. Jelas salah jika kamu berpikir, aku akan menikah dengannya.
Dengan follow akun Innovelku Soh dan subscribe atau love cerita ini kalian akan dapat notif tayang setiap cerita ini up.