Masuk Kerja

1069 Kata
Derren memutar kemudi mobil dengan kecepatan sedang meninggalkan rumah mereka berdua menembus jalanan ibu kota yang tampak menang pagi hari ini. Ya. Derren menepati janji untuk mengantarkan sang istri ke tempat kerjanya hari ini. Derren tampak fokus dengan kemudi dan ke arah jalanan depan dirinya saat ini. Sedangkan, Diandra yang duduk di kursi penumpang samping suaminya tampak diam seribu bahasa sembari menatap ke arah jalanan di luar melalui kaca jendela mobil di samping kirinya. Derren sesekali melirik ke arah istrinya yang masih tampak diam hingga detik ini. Senyuman manis nan hangat terukir di wajah tampan laki-laki itu saat melihat sang istri yang tampil sangat cantik itu. “Aku jemput kamu nanti. Aku tidak ada meeting hari ini. Aku tidak menerima penolakan,” ucap Dereen membuka pembicaraan di antara dirinya dan sang istri. Diandra yang sedang berada di dalam lamunannya seketika tercengang saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang suaminya itu. Diandra menyadarkan diri dari lamunannya lalu mengalihkan perhatian ke arah sumber suara di mana tampak suaminya itu sedang menatap ke arah dirinya sembari mengulas senyuman manis nan hangat di wajah tampannya. “Iya Pak Derren. Terserah Pak Derren. Saya juga tidak punya pilihan lain lagi kan Pak Derren. Jadi saya ngikut Pak Derren saja hari ini,” balas Diandra dengan nada dan sikap tenangnya. “Istri yang baik. Aku tahu kita menikah belum ada cinta. Tapi aku pasti kamu itu wanita yang baik. Aku yakin cinta itu akan tumbuh di antara kita nanti. Aku akan menjemput kamu siang nanti. Kamu tidak boleh pulang sebelum aku datang,” sambung Derren. Diandra diam seribu bahasa tanpa menjawab apa yang diucapkan oleh sang suaminya itu. Diandra kembali menatap ke arah luar jendela. Derren mengulas senyuman manis nan hangat saat melihat sikap yang ditunjukan oleh wanita cantik yang telah menjadi istrinya itu. Entah kenapa semua sikap Diandra kepada dirinya tampak lucu bagi indera penglihatannya. *** Naya mengusak mata saat melihat sosok wanita yang tidak asing bagi dirinya sedang duduk di kursi kerja yang berada di ruang guru pagi hari ini. Naya bahkan memicingkan mata untuk memastikan apa yang sedang dilihat oleh dirinya itu benar adanya dan bukan hanya sebuah mimpi dan halusinasi dirinya saja saat ini. “Di.. Apa beneran ini kamu?” ucap Naya saat telah berada di samping Diandra. “Menurut kamu?” Bukan menjawab apa yang diucapkan oleh sahabat baiknya itu. Namun Diandra melontarkan pertanyaan kembali kepada Naya yang telah duduk di samping dirinya. Naya berdecak kesal saat mendengar apa yang diucapkan oleh Diandra. “Kamu itu selalu saja begini. Kalau ditanya selalau bertanya balik terlebih dahulu tanpa menjawab apa yang di tanyakan orang tadi. Kamu itu ngeselin tahu Di.” Naya menjawab apa yang ditanyakan oleh Diandra dengan nada sewot dan kesal. Diandra mengedikan baju menanggapi jawaban yang diberikan oleh Naya. “Emang aku pikirin. Kamu pikir saja jawabanya pertanyaan itu sendiri.” Naya kembali mendecakan lidah dengan kesal karena jawaban yang diberikan oleh Diandra tidak memuaskan bagi dirinya saat ini. “Ok deh. Terserah kamu mau jawab pertanyaan aku apa tidak. Aku senang kamu akhirnya kembali ke sekolah ini lagi Di. Kamu akhirnya masuk kerja lagi Di. Aku pikir kamu tidak akan masuk kerja lagi setelah peristiwa tempo hari. Aku pasti akan merasa sedih kalau kamu sampai keluar dari sini. Kamu itu guru yang baik dan berkompeten Di. Aku berharap kamu tidak akan pernah mendengarkan apa kata orang lagi ke depan nanti. Aku akan selalu berada di pihak kamu, Di,” balas Naya dengan penuh perasaan bahagia. “Terima kasih untuk semua dukungan kamu. Aku minta sama kamu untuk tidak pernah membocorkan dan memberi tahu kepada siapa pun itu juga tentang apa yang kamu tahu itu. Kalau sampai ada yang tahu tentang aku saat ini. Semua itu kamu yang membongkarnya karena yang tahu tentang semua ini hanya keluarga dan sahabat dekat aku. Apa kamu paham Naya?” sambung Diandra dengan penuh penekanan di dalam kalimat yang diucapkan oleh dirinya sembari memberikan ultimatum kepada Naya. Naya mengangguk-angguk kepala yang menandakan jika dirinya dapat mengerti dengan semua kalimat yang keluar dari bibir Diandra. “Tidak mungkin aku akan membocorkan rahasia kamu itu. Kamu tenang saja dan tidak usah merasa khawatir Di. Semua aman,” seru Naya dengan nada tegas dan penuh percaya diri kepada Diandra. Diandra hendak membuka mulut untuk menjawab apa yang diucapkan oleh Naya. Namun Diandra mengatupkan mulutnya kembali saat suasana ruang guru mulai ramai karena satu demi satu rekan kerja mereka berdua itu datang dan masuk ke dalam ruangan yang memiliki ukuran luas itu. *** Rendra menautkan kedua alis saat melihat sahabat baik sekaligus atasannya itu sedang duduk di kursi kebesarannya pagi hari ini. Banyak tanya di dalam benak laki-laki yang memiliki lesung pipi itu dengan keberadaan Derren di perusahaan sahabat baiknya itu karena Rendra tahu jika laki-laki tampan itu baru saja menikah tempo hari. Rendra yang tidak ingin berspekulasi lantas memutuskan untuk melanjutkan langkah kakinya masuk ke dalam ruang kerja pribadi Derren. “Kenapa kamu sudah masuk kerja hari ini?” tanya Rendra setelah duduk di kursi yang berada di hadapan Derren. “Diandra masuk kerja Ren. Jadi tidak mungkin kan aku berdiam diri di rumah sendirian? Tidak enak tahu Ren,” jawab Derren. Rendra tercengang saat mendengar jawaban yang diberikan oleh sahabat baiknya itu. “Kamu tidak usah becanda bro. Tidak mungkin istri kamu itu masuk kerja setelah kalian berdua menikah kemarin.” Derren berdecak kesal dengan semua jawaban dari Rendra. “Kenapa aku harus becanda dan bohong sama kamu? Apa kamu pernah melihat aku becanda selama kita kenal?” Derren melontarkan pertanyaan dengan nada kesal kepada Rendra. Rendra menggaruk tengkuk yang tidak gatal lalu meringis menunjukan cengiran khasnya kepada Derren. “Kamu memang tidak pernah becanda sama aku. Sorry.. Aku hanya merasa tidak percaya saja dengan apa yang kamu katakan tadi. Kamu dan istri kan baru menikah kemarin. Kamu dan istri masih pengantin baru. Bukannya kalian berdua seharusnya bulan madu. Kenapa istri kamu sudah berangkat kerja hari ini? Apa ada pekerjaan yang sangat penting untuk istri kamu?” Derren menggelengkan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh Rendra. “Aku tidak tahu Ren. Aku lebih baik memenuhi apa yang diminta sama Diandra daripada kita berantem nanti. Bukannya aku takut sama istri. Tapi aku pikir tidak masalah juga Diandra masuk kerja. Semua itu hal positif juga kan? Kita di rumah juga tidak ada pekerjaan Ren." "Iya bro. Apa yang kamu katakan semua benar juga bro.. Istri bahagia kita pasti senang kan bro," balas Rendra. "Iya Ren.."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN