Diandra menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong di meja kerja yang berada di ruang guru pagi hari ini. Ya. Diandra masih dapat mengingat dengan jelas semua kalimat yang keluar dari sang suaminya malam tadi. Diandra benar-benar merasa tidak dengan semua hal itu hingga detik ini. Semua kalimat yang keluar dari bibir merah tanpa nikotin itu benar-benar sangat membuat Diandra merasa terkejut hingga membelalakan kedua bola mata dengan sempurna karena perasaan tidak percaya wanita cantik itu dengan ucapan sang suaminya yang lebih menuju kepada ungkapan perasaan laki-laki tampan itu.
Naya yang baru saja masuk ke dalam ruang guru menautkan kedua alisnya saat melihat ekspresi sahabat baiknya itu di tempat duduknya saat ini. Banyak tanya di dalam benak Naya tentang apa yang sedang ada di dalam pikiran Diandra hingga sahabat baiknya itu tampal sedang melamun pagi hari ini.
Naya yang merasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi kepada Diandra lantas memutuskan untuk bertanya kepada wanita cantik itu. Naya melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti beberapa saat yang lalu.
“Kenapa kamu melamun Di? Apa yang sedang mengganggu pikiran kamu saat ini?” tanya Naya dengan nada lembut saat telah duduk di samping Diandra.
Diandra yang masih berada di dalam lamunannya itu tidak mempedulikan apa yang diucapkan oleh Naya sedikit pun saat ini. Diandra bahkan sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya sedikit pun ke arah Naya.
Naya menghela nafas berat untuk memenangkan diri dan mengendalikan emosi saat melihat sikap Diandra yang benar-benar tidak menanggapi ucapan dirinya kali ini. Ya. Naya tabu jika sahabat baiknya itu tampak sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja saat ini. Naya memang merasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi kepada Diandra. Naya ingin tabu karena wanita yang memiliki lesung pipi itu ingin tahu dan membantu Diandra. Namun Diandra tampak masih berada di dalam lamunannya sehingga Naya memutuskan untuk memberikan kepada wanita cantik itu melamun dengan puas pagi hari ini.
Suasana hening menyelimuti di antara Diandra dan Naya saat dua wanita yang saling bersahabat dengan baik itu masih dalam keadaan diam tanpa ada yang berani mengeluarkan suara sama sekali saat ini.
Suasana ruang guru yang mulai tampak riuh karena satu demi satu guru masuk ke dalam ruangan yang berukuran besar itu sama sekali tidak mengganggu Diandra yang masih tetap berada di dalam lamunannya hingga detik ini.
Helaan nafas berat kembali keluar dari bibir Naya yang mulai merasa bosan dengan keadaan saat ini. Naya memutuskan untuk memulai pembicaraan kembali dengan Diandra pagi hari ini.
“Kenapa kami sih Di? Kenapa kamu diam saja dari tadi? Apa kamu sedang ada masalah di rumah? Kalau kamu sedang ada masalah di rumah. Kami bisa menceritakan semuanya kepada aku seperti biasanya kan Di? Biar kamu merasa lebih tenang Di. Kamu tidak boleh memendam semuanya sendiri. Aku tahu sifat dan karakter kamu. Kamu juga tahu kan bagaimana sifat dan karakter aku? Semua rahasia kamu pasti aman do tangan aku. Kamu tahu kan hal itu?” ucap Naya sembari melontarkan pertanyaan dengan bertubi-tubi kepada Diandra. Tidak lupa Naya menyentuh bahu Diandra dengan lembut.
Diandra terkesiap saat merasakan ada yang menyentuh bahunya dengan lembut saat ini. Sontak Diandra menyadarkan diri dari lamunannya dan mengalihkan perhatian ke arah samping di mana tampak sahabat baiknya itu sedang duduk dan menatap ke arah dirinya dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Kenapa kamu ada di sini? Apa kamu yang menyentuh bahu aku tadi?” tanya Diandra tanpa menjawab apa yang diucapkan oleh Naya kepada dirinya.
“Aku duduknya kan memang di sini. Tidak salah kan aku berada di samping kamu saat ini? Bukan aku yang menyentuh bahu kamu. Tapi hot daddy impian kamu yang menyentuh bahu kamu tadi,” jawab Naya dengan nada kesal kepada Diandra.
Satu pukulan diberikan oleh Diandra di lengan Naya dengan cukup keras sehingga sahabat baiknya itu mengaduh kesakitan.
“Awwww.. Kenapa kamu mukul lengan aku sih? Apa salah aku sama kamu? Sakit tahu,” ucap Naya dengan sedikit teriak.
“Berisik tahu. Kalau kamu ngomong itu disaring. Jangan sampai ada orang yang dengar terus salah tangkap. Ucapan kamu tadi,” balas Diandra.
“Ngomong disaring?” ucap Naya sembari menautkan kedua alis dengan penuh rasa bingung saat mendengar apa yang diucapkan oleh Diandra.
Diandra menganggukkan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh Naya tanpa mengeluarkan satu patah kata pun untuk menjawab ucapan Naya beberapa saat yang lalu.
“Apa maksud kamu? Aku perasaan bicara biasa saja deh. Jadi tidak ada ucapan yang harus aku saring Di,” ucap Naya lagi.
“Kamu coba pikirkan semua yang telah kamu katakan kepada aku tadi. Kita akan membahas semua hal ini di cafe biasa setelah selesai ngajar nanti. Tidak enak kalau kita bahas semua hal itu di sini. Kamu juga tahu dinding punya telinga kan di sini?” balas Diandra dengan nada dingin dan datar kepada Naya.
Naya yang dapat mengerti dengan maksud ucapan Diandra lantas menganggukkan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh sahabat baiknya itu.
“Iya Di. Aku ngerti apa maksud kamu. Aku mau sarapan dulu deh. Lapar. Biar ngajarnya fokus hari ini,” sambung Naya candaan khasnya kepada Diandra.
“Kebiasaan buruk kamu itu harus di buang jauh Nay. Bukan dipelihara dengan baik,” seru Diandra dengan sengaja meledek Naya.
“Biarin j deh kebiasaan buruk aku tetap dipelihara. Aku kan belum menikah. Aku belum memiliki suami. Jadi aku masih bisa bebas melakukan kebiasaan buruk apa pun itu tanpa ada yang melarang dan ngomel ria. Kalau aku sudah menikah pasti kebiasaan buruk itu aku akan menghilangkan jauh dari hidup aku. Aku ingin menjadi istri yang baik buat suami aku. Aku ingin berbakti kepada suami aku nanti. Suami itu imam istri. Jadi aku harus menurut dan patuh sama suami untuk semua hal baik. Kalau suami melakukan hal buruk. Aku harus mengingatkanku dan menegur suami nanti. Suami aku juga boleh melakukan hal yang sama kepada aku jika aku melakukan sebuah kesalahan di dalam rumah tangga kita nanti. Benar seperti itu kan Di?” balas Naya dengan nada dan sikap cueknya.
Diandra diam seribu bahasa setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Naya. Ya. Tidak dapat dipungkiri oleh Diandra jika ada kalimat Naya yang sangat menohok relung hatinya paling dalam pagi hari ini. Diandra bahkan merasa bersalah kepada suaminya karena dirinya telah melakukan sesuatu yang tidak baik kepada laki-laki tampan itu.
"Apa aku harus minta maaf Kepada Pak Darren?"