Linda menyentuh bibirnya, pintu di tutup dari dalam tanpa membiarkan ada orang masuk bahkan pemilih rumah itu sekalipun. Jika tidak salah tadi Linda merasakan sesuatu di permukaan bibirnya, apa itu nafas buatan yang Nelvan berikan? Kedua bola mata Linda membola, mau nafas buatan atau apapun itu yang jelas lelaki tadi telah mengambil first kissnya.
Dan Linda juga tidak mengira Nelvan akan memberikan perintah untuk membuka baju, meskipun Nelvan yang meminta dengan sendirinya tapi Linda masih waras untuk tidak melakukan tindakan seperti itu.
Selain tidak sopan membuka baju orang lain, ia juga tau Nelvan adalah pria normal, jangan sampai sentuhan yang tanpa sengaja Linda lakukan berhasil membuat lelaki itu bangun dan bersikap agresif.
Linda segera menggeleng dan segera membersihkan tubuhnya sebelum berganti pakaian kering, jangan sampai ia sakit atau Nelvan akan memakinya semakin banyak lagi.
“LINDA! Apa yang kau kerjakan! Di mana makan siangku!” seru Nelvan.
Linda terkejut, ia baru saja selesai memakai baju dan belum menyisir atau mengeringkan rambutnya, dengan buru-buru Linda mengeringkan rambut seadanya lalu keluar menghampiri Nelvan yang sudah duduk di kursi roda menatap Linda kesal.
“Akan saya siapkan segera Tuan Xander” jawab Linda.
Gadis itu mulai mengeluarkan sayuran dari kulkas, buru-buru membuat masakan agar Nelvan tidak marah-marah, Nelvan memperhatikan Linda melihat dari kaki sampai kepala di mana rambutnya Linda yang masih sedikit basah di gulung dengan sebuah jepit rambut kupu-kupu.
Manis sekali, tapi segera Nelvan mengenyahkan pikiran tersebut. Linda tetaplah seorang pelayan yang harus memenuhi kebutuhannya, jika tidak maka gadis itu tidak perlu ada di rumah ini lagi.
Tapi ada hal yang membuat Nelvan sedikit heran, Linda bisa mengerjakan pekerjaan rumah termasuk memasak, sebagian rumah yang di bersihkan oleh Linda memang lebih bersih bahkan taman juga rapih.
Pekerjaan Linda sebenarnya cukup cepat meskipun dia seorang diri, tapi rumah ini begitu besar kenapa gadis itu tidak menyerah saja untuk bekerja, tapi ini justru lebih bagus lagi karena Nelvan bisa memanfaatkan Linda dan membuat gadis itu merasakan neraka berupa pekerjaan yang tidak ada habisnya.
Keterampilan Linda saat memasak juga bagus, Nelvan menyukai masakannya walaupun baru pertama kali ia menyantap makanan yang di buatkan oleh Maid karena biasanya seorang koki khusus akan datang untuk memasak.
“Apa yang tidak bisa kamu kerjakan?” tiba-tiba kalimat itu terucap dari bibirnya.
Linda menoleh, keningnya mengernyit lalu terlihat berpikir, hal apa yang tidak bisa ia lakukan.
“Kenapa Anda ingin tau apa yang tidak bisa saya lakukan?” tanya Linda balik.
Nelvan tidak suka pertanyaan di atas pertanyaan lain, wajahnya mengeras membuat Linda susah payah meneguk salivanya, “Saya tidak bisa banyak hal, termasuk melakukan perintah yang Anda inginkan setelah membantu saya yang tenggelam di kolam” jawab Linda sambil menunduk.
“Memang apa yang saya perintahkan setelah kejadian tadi?”
Linda terdiam untuk beberap detik dengan menatap Nelvan, “Apa pria itu mengalami sebuah penyakit yang tiba-tiba lupa dengan kejadian beberapa saat lalu?” batin Linda.
“Tidak ada, anggap saja saya tidak mengatakan apapun” Linda kembali membuat masakan, Nelvan tersenyum miring.
“Lain kali aku tidak ingin kau menolak satupun perintah yang aku ucapkan” katanya sebelum berbalik meninggalkan Linda yang sedang memasak.
Tubuh Linda menegang, tidak mungkin Nelvan memintanya untuk memandikan pria itu lagi kan? Kepalanya di gelengkan dengan cepat lalu ada sebuah panggilan masuk dari Allexin.
“Linda, apa kau yang kamu lakukan sekarang!” tanya Allexin dengan suara tidak sabaran.
“Aku sedang memasak, kenapa menghubungiku, apa kamu tidak belajar?” Linda mengapit ponsel dengan lengannya di saat ia berusaha mengambil bumbu masakan dari lemari.
“Jangan lupa untuk makan, aku tidak ingin kau sakit, katakan padaku jika boss mu bertindak jahat, aku akan membalasnya” ucap Allexin.
Linda terkekeh, “Baiklah-baiklah tuan boss yang baik hati, aku akan menghubungimu jika berada dalam masa tidak baik, kamu jangan lupa makan, aku tidak ingin karena mencemaskanku kau juga lupa untuk makan”
“Tenang saja, sekarang aku sedang menikmati makanan bersama teman-temanku, kalau begitu berhati-hatilah dengan boss m***m, dia banyak berkeliaran di luar sana” kemudian panggilan dari Allexin di matikan.
Linda jadi kepikiran, Boss m***m? Apa Nelvan termasuk dalam ketegori panggilan seperti itu?.
Ia tidak tau seperti apa sifat Nelvan sebenarnya, Linda baru mengenal lelaki itu selama kurang lebih tiga hari dan dengan waktu seperti itu ia tidak akan bisa langsung mengetahui sifat seseorang antara baik atau buruk.
Beberapa masakan di siapkan ke atas meja makan, di saat itu Nelvan datang kemudian meminta Linda membantunya duduk di kursi meja makan dengan susah payah.
“Tuan Xander, akhir pekan nanti apa aku boleh pulang?” tanya Linda.
“Akhir pekan masih tiga hari lagi, kenapa bertanya sekarang?” tanya Nelvan balik.
Linda tidak mau mengatakan alasannya jika itu mengenai emosi Nelvan yang mudah marah, dan jangan sampai Nelvan mengetahui sosok Allexin. Jika sampai Allexin tau boss nya seperti ini kemungkinan anak itu akan langsung meminta Linda keluar dari pekerjaan.
“Hanya ingin mengatakan sebelum aku lupa” jawab Linda.
“Kalau tidak ada yang ingin kamu lakukan kenapa harus pulang, masih banyak hal yang harus kamu lakukan di sini dari pada membuang waktumu sia-sia di rumahmu”
Linda menghela nafas ia tidak mengatakan apapun lagi, Nelvan menyantap makanan dengan tenang tanpa menawarkan Linda untuk ikut makan juga, Linda akan makan setelah Nelvan selesai, itulah yang di pikirkan oleh Linda karena boss dan pelayan tidak di ijinkan untuk makan di satu meja bersama.
Selesai makan siang, Linda kembali membantu Nelvan ke kursi rodanya dan mendorong kursi itu kembali ke ruang kerja, Linda tidak tau pekerjaan Nelvan seperti apa tapi yang pasti Nelvan sangat kaya.
“Lanjutkan pekerjaanmu”
Linda mengangguk lalu ia pergi untuk makan siang juga, Linda harus memasak lagi karena masakan yang ia buat untuk Nelvan telah di habiskan oleh lelaki itu, sebenarnya Linda senang makanannya di sukai tapi ia harus kelaparan karena harus memasak lagi sebelum makan.
Beberapa saat kemudian setelah memasak dan makan, Linda berhasil mendapatkan energinya kembali lalu ia membersihkan beberapa hal sebelum menghampiri Nelvan, pintu di ketuk beberapa kali oleh Linda sebelum masuk.
“Tuan Xander, apa Anda ingin saya melanjutkan menguras kolam?” tanya nya.
“Tidak perlu, aku tidak ingin menolongmu lagi saat kau tenggelam jadi lakukan saja pekerjaan yang lain”
“Baik” jawab Linda lalu keluar dan tak lupa menutup pintunya kembali.
Melihat pintu yang tertutup kembali membuat Nelvan menghembuskan nafas panjang lalu menyandarkan bahunya ke kursi dengan nyaman, “Apa ini tindakan benar untuk membuat orang lain sengsara karena kemarahanku pada Bella?” gumamnya.
Kelopak mata Nelvan terpejam, hembusan nafas berkali-kali di tarik dan di hembuskan, setelah merasa lebih tenang Nelvan kembali membuka matanya, kemungkinan sifatnya yang suka marah tidak akan pernah ada jika penghianatan yang di lakukan Romy bersama Bella tidak pernah terjadi.
Rasa di khianati benar-benar tidak bisa termaafkan oleh Nelvan, kekayaan memang bukan segalanya tapi kepercayaan yang sudah ia bangun untuk seseorang di hancurkan tepat di hari pernikahan demi harta.
Membayangkan kejadian itu kembali membuat kepalanya memanas, rasanya belum puas telah membuat Romy dan Bella menderita di luar sana, mereka masih hidup dan Nelvan akan merasa tenang jika mereka sengsara sampai tidak bisa hidup lagi.
Meski tau itu adalah perbuatan kejam tapi merekalah yang memulai lebih dulu.
Nelvan masih bersandar, ia terbayang akan sosok Linda yang tenggelam di kolam dengan ke dalaman dua meter, jika gadis itu mati di kolam dengan cara seperti tadi pasti suatu saat Nelvan akan merasa sangat bersalah telah membunuh gadis yang tidak tau penyebab Nelvan bersikap kasar.
Bibir gadis itu, Nelvan menyentuh bibirnya juga, “Kenapa aku memberikan nafas buatan dengan cara seperti itu tanpa pikir dua kali, meski niatku menolong tapi itu tetaplah sebuah ciuman”, ia memijit keningnya.
“Aku ini kenapa, dia baru bekerja beberapa hari di sini, jangan sampai aku mulai mengasihani gadis seperti itu."
___
Bersambung...