Chapter 1. Parasit
Pernikahan tinggal sebentar lagi, semua persiapan termasuk tempat acara di gelar juga sudah siap, waktu sumpah janji pernikahan akan di ucapkan dua jam lagi tapi Nelvan justru melihat dengan mata kepalanya sendiri jika calon istrinya sedang menyiapkan hal yang paling tidak Nelvan duga selama ini.
Tadinya Nelvan berniat untuk menemui wanita yang akan menjadi istrinya, setidaknya Nelvan bisa melihat wajah calon istri sebelum berhadapan mengucap sumpah janji pernikahan. Tapi, tanpa sengaja Nelvan mendengar pembicaraan calon istrinya dengan seorang pria dan kedua orang itu berbicara sesuatu yang benar-benar membuat hati Nelvan panas.
Nelvan diam di tempat nya saat ini, membiarkan dia orang di dalam sana berbicara. Kalimat yang mereka ucapkan sungguh berhasil membuat emosi Nelvan sampai ubun-ubun.
“Ingatlah jika kamu hanya akan mempertahankan pernikahan ini dalam waktu yang tidak akan lama, kuasai hartanya dan setelah itu urus surat cerai, lalu kita akan menikah kemudian hidup dengan bahagia.”
"Tenang saja, kau percayakan itu padaku." jawab suara Bella, calon istri Nelvan.
Tangan Nelvan mengepal, itu adalah suara Romy dan Bella, pria yang juga telah memperkenalkan Nelvan kepada Bella sehingga hubungan antara Nelvan dan Bella sudah sampai ke hari pernikahan. Nelvan bahkan merasa bahagia karena hari ini adalah hari pernikahannya bersama Bella. Tapi, setelah mendengar ucapan Romy barusan sungguh benar-benar membuat Nelvan emosi.
Emosi itu bertambah besar ketika Nelvan melihat dan mendengar sendiri Bella menjawab.
“Tenang saja, lagi pula apa yang di harapkan dari pria cacat seperti Nelvan jika bukan karena hartanya, aku tidak akan sudi untuk menikahi pria seperti itu jika bukan demi masa depan antara kita.” jawab Bella.
Telinga dan ubun-ubun Nelvan semakin panas, ia telah di manfaatkan oleh temannya sendiri. Nelvan pikir Romy selama ini adalah orang baik begitupun juga dengan Bella, tapi siapa sangka kedua orang itu ternyata adalah parasit yang harus segera di basmi.
Tangan Nelvan mengepal kuat sampai urat tangannya menonjol, “Kita lihat apa yang akan aku lakukan,” batin Nelvan kemudian pergi dari tempatnya saat ini berada atau telinganya akan meledak mendengar pembicaraan kedua orang tersebut.
Para tamu undangan juga telah hadir memenuhi kursi yang tersedia dan kini tinggal menunggu waktu beberapa saat lagi sampai sumpah pernikahan di lakukan. Namun, wajah Nelvan sama sekali tidak menunjukkan kebahagiaan sama sekali.
Nelvan melihat tangan lalu posisinya yang sedang duduk di kursi roda, kenapa begitu sulit mendapatkan ketulusan seseorang tanpa mengharapkan sesuatu?. Nelvan tersenyum miring, di jaman sekarang sangat sulit menemukan ketulusan tanpa berharap sesuatu.
“Tuan, saya akan mengantar Anda ke tempat acara.” Ucap pengawal untuk mendorong kursi roda yang Nelvan duduki.
Sekarang Nelvan berada di Altar dengan seorang Pastor, tamu undangan yang sudah mengetahui kondisi Nelvan merasa kagum dengan ketampanan Nelvan namun tak sedikit pula dari mereka mencibir dalam hati atas kondisi yang Nelvan alami, sedangkan dari ujung karpet merah terlihat Bella yang sedang di gandeng lengan oleh ayahnya tersenyum berjalan ke arah Nelvan.
‘Senyum palsu.’ batin Nelvan.
Seandainya Nelvan tidak mendengar apa yang Bella dan Romy bicarakan tadi kemungkinan sekarang Nelvan pasti tertipu dengan senyum Bella yang secantik namanya. Nelvan mengalihkan pandangan ke arah para tamu sampai ia melihat keberadaan Romy yang sedang duduk dengan pandangan takjub ke arah Bella.
Sungguh, Nelvan sangat ingin mencekik lelaki seperti itu, memanfaatkan kekasihnya demi harta kekayaan adalah hal paling rendah yang pernah Nelvan lihat. Tanpa sadar ketika mengingat pembicaraan Bella dan Romy, kedua tangan Nelvan kembali mengepal.
Ayah Bella memberikan telapak tangan Bella pada Nelvan sambil mengatakan sesuatu tapi Nelvan tidak peduli dengan apa yang ayah Bella katakan karena yang pasti Nelvan tidak akan melanjutkan hubungannya dengan Bella ke jenjang yang lebih serius.
“Apa sudah siap, kalau begitu saya akan memulai.” ucap sang Pastor pada kedua mempelai.
“Nelvano Xander, apakah engkau bersedia menerima Arabella sebagai istrimu, baik senang maupun susah, duka maupun suka dan-“
“Berhenti.” sahut Nelvan, Bella terkejut dengan ucapan Nelvan yang tiba-tiba menghentikan sumpah perjanjian, para tamu juga terlihat bingung, Nelvan melepaskan tangan Bella yang ia pegang lalu memutar kursi rodanya ke arah para tamu. Terlihat beberapa keluarga Nelvan dan keluarga Bella terlihat kebingungan menatap Nelvan.
Dari para tamu yang hadir, tatapan Nelvan sekilas terarah pada Romy, tak bisa menyembunyikan kekesalan pada orang yang pernah menjadi temannya. Seolah ada kilatan api di mata Nelvan saat melihat Romy, segera tatapan Nelvan pun di alihkan untuk melihat yang lain. Tanpa menarik nafas panjang, Nelvan langsung berkata.
“Saya, Nelvano Xander membatalkan pernikahan kepada Bella dengan sangat yakin!” seru Nelvan yang tentunya membuat para tamu semakin bingung dan heran.
“Nelvan apa kamu gila? Kenapa tiba-tiba membatalkan pernikahan kita?” tanya Bella. Di waktu yang sangat penting seperti ini tak mungkin Nelvan membatalkan pernikahannya ‘kan? Bella sudah tinggal selangkah lagi mendapatkan lelaki itu tapi kenapa Nelvan membatalkan pernikahan secara tiba-tiba?
Nelvan menoleh ke arah Bella sambil tersenyum sinis, “Aku rasa kamu tau alasanku kenapa tiba-tiba mengatakan hal ini.” tangan Nelvan terangkat memerintahkan penjaga untuk membawanya keluar dari tempat acara.
Untuk saat ini Nelvan tidak ingin berbuat banyak untuk mempermalukan Bella meskipun dirinya bisa melakukan hal itu. Kursi rodanya di dorong oleh penjaga untuk kembali ke Mansion.
“Nelvan! Apa kau gila!” seru Romy datang menghampiri.
“Gila? Aku memang gila lalu kau ingin aku bagaimana?” Nelvan memutar kursi rodanya menghadap Romy, “kau ingin aku menikahi Bella? Tapi aku sudah tidak menyukainya jadi aku memberi kejutan untukmu sampai di sini saja oh dan satu lagi aku tidak ingin melihatmu di rumahku lagi mulai sekarang.” ucap Nelvan dengan wajah dingin.
“Penjaga! Usir Romy keluar dari Mansion dan jangan biarkan lelaki ini menginjakkan kaki di area Mansion dengan alasan apapun!” ujar Nelvan dan tak lama beberapa penjaga datang menarik Romy.
Romy menepis tangannya yang siap di geret paksa, “Tunggu sebentar!” katanya, Nelvan tersenyum.
“Sebenarnya kenapa kau tiba-tiba seperti ini?” tanya Romy. Dia tidak tau saja jika pembicaraannya dengan Bella telah di dengar semua oleh Nelvan. Jika saja penghianatan tidak di lakukan Romy pasti kini Nelvan telah terjebak.
Namun Nelvan hanya mengedikkan bahu, “Hanya ingin, kau kira aku tidak bisa melakukan hal seperti ini pada Bella? Tenang saja aku adalah orang yang di kenal tak punya hati jadi untuk membuktikan itu benar akhirnya aku membuktikannya di depanmu.” Jawabnya terdengar santai meski pada nyatanya Nelvan ingin meninju Romy saat ini juga.
Romy mengepalkan tangan sembari berjalan ke arah Nelvan tapi para penjaga segera menahan Romy, sekali lagi pria itu menepis tangannya yang akan di tarik paksa oleh penjaga, “Aku bisa jalan sendiri!” ujarnya, kemudian keluar dari rumah Nelvan tanpa mengatakan apapun lagi.
Nelvan tersenyum miring melihat kepergian Romy, “Untuk saat ini hanya akan keluar dari rumahku tapi lain kali kau juga akan keluar dari banyak tempat yang tidak terduga.” gumam Nelvan penuh dengan ancaman.
Kejadian hari ini membuat Nelvan semakin sulit untuk mempercayai siapapun, Nelvan semakin yakin jika ketulusan tidak pernah ada di dunia ini jikalaupun ada kemungkinan sangat kecil menemukan hal seperti itu.
Setelah memastikan Mansion sudah kosong dari orang-orang toxic, akhirnya Nelvan berdiri dari kursi rodanya di mana orang yang ada di belakangnya langsung terkejut.
“Kau akan mati jika mulutmu berani berbicara sesuatu mengenai apa yang terjadi di dalam mansion ini.” ancam Nelvan tanpa menoleh, orang yang ada di belakangnya mengangguk cepat.
Nelvan menggulung lengan kemejanya sampai siku lalu mendial nomor seseorang, “Carikan aku beberapa orang maid, pastikan dia adalah orang baru yang belum berpengalaman, setelah kau dapatkan segera bawa ke mansion karena aku ingin memilih sendiri mana yang aku butuhkan,” setelah itu Nelvan menyimpan ponsel ke saku celana dan menoleh sejenak ke penjaga yang bertugas mendorong kursi rodanya.
“Tutup mulutmu atau kau tidak akan pernah bisa menutupnya sama sekali.” ancam Nelvan untuk di tujukan pada seseorang yang kini masih terkejut melihat Nelvan dengan santai berjalan menggunakan kedua kaki.
_____
Bersambung...