SKA 9

3036 Kata
Laki-laki tampan menyusuri koridor sekolah membuat siapapun yang melihatnya pasti jatuh hati pada pandangan pertama, semua tiada hentinya melihat kepada laki-laki tersebut yang kini memasuki ruang kelas gadis yang sering kali di ganggu olehnya. "Lif, bebeb lu noh," kata Hani sambil menyenggol sahabatnya yang kini mengikuti arah pandang sahabatnya. Alifa sontak terdiam dengan mata yang melihat dengan lekat. Eron memasuki kelas Alifa dengan senyum yang mengembang di bibirnya. "Alifa, kok enggak ke kantin si?" tanya Eron membuat Alifa yang masih ingin menyuap bekalnya mengurungoan niatnya. Eron kini duduk tepat di bangku depan Alifa, namun gadis tersebut tidak menggubris kehadiran sosok tersebut. "Lif, mau dong," kata Eron yang tiba-tiba saja mengambil bekal makan Alifa dan langsung melahapnya. Alifa yang melihat jelas menatap jengah ke arah laki-laki dihadapannya, sedangkan Hani menatap terkejut. "Lu enggak ada sopan santunnya ya?" tanya Alifa dengan serius. "Kan udah bilang mau," balas Eron. "Terus menurut lu, gue nawarin lu enggak?" tanya Alifa dengan sorot mata yang tajam, Eron menggelengkan kepalanya pelan. Gadis tersebut beranjak berdiri membuat Hani dan Eron menatap bingung. "Lif mau kemana?" tanya Hani. "Kantin," kata Alifa singkat membuat Eron beranjak berdiri Eron menyela, "Lu kok gitu si?! Enggak ngehargain gue banget, gue kesini kan buat ketemu lu, lu malah mau ke kantin." Alifa yang sudah mencapai didepan kelas jelas menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya menatap lurus ke arah Eron yang seolah merajuk terhadap gadis tersebut. "Ngehargain lu? Emang lu siapa minta gue hargain? Lagi juga enggak ada yang nyuruh lu kesini, bukannya itu atas kemauan lu sendiri," kata Alifa dengan sarkas. Laki-laki tersebut terdiam membisu ia mengepalkan tangannya. "Siyalan banget nih cewek! Lu harus takluk dan gue balas nanti," batin Eron dengan sorot mata yang sendu, ia benar-benar dibuat malu berulang kali oleh perkataan gadis yang sama. Gadis tersebut kembali membalikkan badannya dengan niat kembali melanjutkan langkah kakinya. "Kenapa si lu enggak ngelihat perjuangan gue?! Gue benaran sayang sama lu Lif!" seru Eron membuat Alifa kembali menghentikan langkah kakinya, semua yang berada dikelas tersebut sontak mendengar perkataan laki-laki yang menyandang status mostwanted sekolahnya. "Enggak cape lu malu-maluin diri sendiri," cetus Alifa tanpa menoleh, ia melanjutkan langkah kakinta keluar dari kelasnya namun tujuannya kini bukan ke kantin melainkan ke toilet. Eron terdiam atas sikap penolakan gadis tersebut, ia menatap serius dengan senyum menyeringai seolah sedang merencanakan sesuatu. Laki-laki tersebut memutuskan untuk keluar dari kelar tersebut mencari keberadaan gadis yang secara tidak langsung menolaknya. "Ya Allah Alifa, Alifa dikasih cowok ganteng kok malah di tolak," gumam Hani sambil menggelengkan kepalanya pelan atas drama yang barusan ia lihat tersebut, "tapi Eron benaran suka Alifa ama cuman trik doang biar gampang dapetin Alifa," lanjut Hani. Hani lalu menghendikkan bahunya seolah tidak ingin tahu lebih lanjut, ia melanjutkan aktifitas makannya kembali. Sedangkan di sisi lain Alifa melangkah dengan cepat menuju kamar mandinya namun langkahnya terhenti ketika ia dihadang oleh beberapa orang dihadapannya, ia mendongak menatap lurus ke mereka yang menatap dirinya seolah ingin menerkam. "Well, ini yang di gosipin dikejar sama Eron," kata gadis dengan rambut hitam pekat bergelombang. "Iya Jes, dia juga yang udah nolak dan bikin malu Eron." Alifa menatap ke arah nametag diseragam gadis tersebut 'Jeselyn' yaps itu nama yang tertera di awal namanya. "Kenapa lu lihat-lihat?" tanya Jeselyn dengan galak. "Gue punya mata," balas Alifa dengan savagenya. Jeselyn jelas terkejut ketika mendengar jawaban dari lawan bicaranya tersebut. "Berani banget lu jawab, lu enggak tahu gue siapa?!" seru Jeselyn. Alifa menjawab, "Lah gue punya mulut."  Jeselyn menatap nyalang ke arah gadis yang ia ketahui adalah adik kelasnya, ia melayangkan tangannya dengan niat ingin menampar Alifa namun sangat tidak disangka gadis tersebut menagkapnya. "Kenapa, mau nampar gue? Enggak malu dilihatin banyak orang? Apa merasa jadi sok jagoan kalau di lihatin kaya gitu? Berkuasa banget emang lu?" tanya Alifa dengan kata-kata yang nyelekit membuat Jeselyn tiba-tiba membeku terlebih tatapan meremehkan dari gadis tersebut. Siswa-siswi yang melihat sontak menjadikan mereka tontonan yang gratis, banyak yang tidak percaya akan sikap berani Alifa yang melawan Kakak kelas dan terlebih Jeselyn adalah geng pembully di sekolah tersebut tidak ada yang berani, bahkan Genanda sekalipun. "Lu!" seru Jeselyn. Alifa menghempaskan tangan gadis tersebut dengan kasar membuat Jeselyn sedikit termundurkan langkahnya. "Jes, lu enggak papa?" tanya salah satu temannya. "Berani banget ya lu sama Kakak kelas!" seru salah satunya sambil menunjuk Alifa dengan tegas, gadis tersebut menatapnya jengah lalu tersenyum menyeringai ke mereka. "Cuman Kakak kelas kan? Jadi jangan meras paling di takutin," kata Alifa dengan ssntainya, ia melanjutkan langkah kakinya meninggalkan segerombolan Kakak kelasnya yang menatap sengit atas perkataannya. "Berani banget tuh orang!" seru Jeselyn dengan mengepalkan tangannya dan sorot mata yang menatap elang ke arah punggung gadis tersebut. Gadis dengan sorot mata yang masih kesal, ia mengepalkan tangannya hingga masuk ke dalam toilet, ia menghentikan langkahnya di wastafel panjang yang terdapat kaca. Alifa menatap lurus dirinya dari pantulan kaca tersebut, ia mencengkram erat pinggiran wastafel. "Gue enggak akan kaya orang lain yang di tindas diam saja!" seru Alifa. Alifa mencuci tangannya, lalu setelahnya mencuci mukanya untuk menyegarkan dirinya serta pikirannya. Sedangkan di sisi lain Eron kini kembali ke kantin dengan raut wajah datar yang membuat ketiga sahabatnya saling mengerutkan keningnya lalu menatap akan kehadiran Eron yang kini duduk bersama mereka. "Kenapa? Kena tolak lagi?" tanya Aldy sambil menaikkan kedua alisnya. Laki-laki tersebut tidak menggburis perkataan sahabatnya, ia kini menyeruput minuman yang sudsh tidak terasa dingin lagi. Tian berkata, "Jeselyn berulah lagi." "Kenapa lagi tuh cewek?" tanya Aldy dengan raut wajah penasaran. "Ron," panggil Tian membuat Eron menatap sahabatnya sambil mengangguk ke atas seolah bertanya. "Kenapa? Malah diam," kata Eron. "Jeselyn berulah nih," cetus Tian. Eron bertanya, "Apa urusannya sama gue?" "Masalahnya dia berulah sama Alifa," kata Tian membuat Eron kini menatap serius ke arah sahabatnya, begitu juga dengan Aldy dan Kiky sambil mengerutkan keningnya penasaran. Eron mengambil handphone Tian tanpa ijin, ia melihat video yang menampilkan kejadian di lorong sekolah saat Alifa berhadapan dengan Jeselyn. Laki-laki tersebut tersenyum menyeringai membuat ketiga sahabatnya saling menatap satu sama lain. "Lah lu kenapa malah senyum?" tanya Kiky dengan heran. Laki-laki tersebut kembali memberikan handphone kepada Tian. "Gue kira cupu, ternyata suhu," kata Eron membuat kedua sahabatnya yang belun melihat sontak langsunf mengambil handphone Tian dan melihat. "Gila, berani banget anju si Alifa," kata Aldy. Kiky menggelengkan kepalanya pelan seolah menatap kagum dan tidak percaya. "Benaran suhu ini mah," kata Kiky membuat Eron tersenyum simpul mendengarnya. "Terus lu bakal apain tuh Jeselyn?" tanya Tian dengan raut wajah penasaran. Eron menyela, "Diamin aja, toh dia juga bisa lawan tuh cewekkan, jadi gue enggak perlu bertindak." "Tapi lu tahukan mantan lu yang satu itu nekatnya naujubillah," cetus Tian membuat ketiga sahabatnya terdiam sejenak saling menatap. "Eh iya, benae juga tuh," kata Aldy. Kiky menimbrung, "Tapi menurut gue si Alifa enggak akan tunduk gitu saja si." *** Waktu cepat berlalu, kini bell pulang sudah terdengar di telinga para penghuni sekolah sontak semua berhamburan keluar kelas setelah melihat guru yang mengajar keluar terlebih dahulu. "Lif, ke mall yuk," kata Hani sambil membereskan buku-buku yang berada di ataa mejanya. Alifa melirik ke arah jam ditangannya. "Boleh, ganti baju dulu enggak?" tanya Alifa membuar Hani terdiam sejenak sebelum membalas, "Ganti baju dulu lah." "Ketemuan di mall aja berarti ya," kata Alifa membuat Hani mengangguk pelan menjawabnya. Setelah selesai memasukkan semua peralatan sekolahnya, mereka berdua beranjak keluar kelas lalu menuju parkiran sambil sesekali berbincang hingga tertawa. Gadis tersebut langsung menuju motornya membuat Hani berkata, "Kalau gitu kita ketemuan di Mall, nanti kabar-kabarin lagi ya." "Oke doki," balas Alifa, gadis tersebut melambaikan tangannya untuk berpamitan sambil membunyukan klakson, Hani melambaikan tangannya mengiringi laju motor sahabatnya. Hani kini melangkahkan kaki ke menuju motor yang terparkir sedikit jauh dari sahabatnya tadi. Sedangkan di sisi lain, laki-laki yang kini berada di area parkiran mengerutkan keningnya ketika melihat Hani yang hanya berjalan sendiri saja tanpa Alifa di sampingnya, tanpa pikir panjang ia menghampiri dan bertanya, "Han, kok sendirian? Sahabatnya mana?" "Eh lu Ron, dia udah balik duluan tadi," balas Hani membuat Eron menghela nafasnya kecewa. Eron menyela, "Yah kenapa pulang duluan dia." "Gue sama dia mau janjian ke mall, makanya dia ganti baju duluan," jelas Hani membuat Eron menatap lekat ke arah lawan bicaranta tersebut. "Mall mana?" tanya Eron dengan raut wajah penasaran, Hani sontak mengerutkan keningnya mendengarnya. Hani menjawab, "Paling mall XT kali, soalnya yang paling dekat di antara kita." "Oke oke." Eron lalu melangkah menjauh dari hadapan Hani membuat gadis tersebut jelas mengernyitkan dahinya bingung, setelahnya ia menghendikkan bahu tak memperdulikan. 20 menit berlalu, Alifa kini telah sampai di garasi rumahnya ia memarkirkan motornya, setelahnya ia melangkah masuk ke dalam rumah dan tidak lupa mengucapkan salam, "Asalamuallaikum." Ia melirik kesana kemari namun tidak ada sahutan yang membalas salamnya. "Bu, Kakak pulang," kata Alifa. Namun tidak ada sahutan sama sekali membuat gadis tersebut mengerutkan keningnya. "Ibu kemana?" tanya Alifa dengan bingung, ia melanjutkan langkah kakinya menaiki anak tangga menuju kamarnya. Alifa menghirup aroma udara yang berada di kamarnya, ebtah kenapa itu menenangkan. Ia melangkah lebih masui setelah menutup kembali rapat pintu kamarnya, Alifa langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur king size sebelum memutuskan untuk berganti baju. "Telepon Ibu dulu deh," gumam Alifa sambil memposisikan dirinya untuk duduk. Gadis tersebut langsung menelepon sang Ibu. "Halo Bu," kata Alifa. "Halo Kak, kenapa?" Alifa bertanya, "Ibu dimana? Kakak dirumah kok enggak ada siapa-siapa." "Loh Bibi kemana emang?" "Entahlah." "Ibu dirumah nenek, kemungkinan pulang malem sayang, kamu enggak papakan sendiri? Atau mau nyusul aja." Gadis tersebut menghela nafasnya sejenak sebelum berkata, "Kirain kemana Bu. Enggak deh, aku mau pergi sama Hani Bu." "Yasudah, hati-hati. Jangan pulang malem-malem ya Kak." "Iya Bu, salam sama nenek ya." Aning mematikan teleponnya setelah membalas perkataan sang anak. Gadis tersebut meletakkan handphonenya di atas kasur, ia beranjak untuk berganti pakaian namun sebelumnya ia mencuci muka terlebih dahulu untuk menyegarkan kembali wajahnya. 10 menit kemudian, Alifa kini sedang di depan kaca besar yang ada di kamarnya. Ia mengelosekan lip balm di bibirnya sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Gadis tersebut keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga, style yang ia gunakan benar-benar biasa saja memakai levis biru laut, lalu baju hitam polos lalu tas selempang berwarna hijau army untuk manaruh handphone serta dompetnya. "Non, sudah pulang?" tanya Bi Cece yang sedikit terkejut ketika melihat anak majikannya menuruni anak tangga. "Sudah Bi, aku mau pamit main ya Bi, sudsh telepon Ibu juga tadi," kata Alifa dengan senyum di wajahnya. Bi Cece membalas senyuman tersebut sambil menjawab, "Iya Non, hati-hati ya dijalan." Alifa mengangguk pelan lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya menuju motor yang belum lama ia tinggali tadi. Gadis tersebut memakao gardigan terlebih dahulu karena cuacanya masih mentereng panasnya, ia memakai airpods untuk mendengarkan lagu, dan terakhir ia menggunakan helmnya sebelum melajukan motornya keluar dari perkarangan rumahnya. Di satu sisi, Eron yang kini baru sampai rumahnya bergegas langsung masuk ke dalam rumah dan sedikit berlari menaiki anak tangga membuat dua wanita yang berada di ruang keluarga sontak melihat satu sama lain. "Abang kamu kenapa Kil?" tanya Jiya. Akila menghendikkan bahunya sambil berkata, "Kebelet karena panggilan alam kali." Jiya yang mendengar perkataan sang anak kedua sontak tertawa pelan, lalu setelahnya menggelengkan kepalanya pelan. Eron kini masuk ke dalam kamar, ia melepas kancing seragamnya perlahan setelah melempar tasnya ke sofa yang berada di kamar. Laki-laki tersebut memilih pakaian yang akan ia gunakan, entah kenapa ia ingin terlihat tampan dan rapih hari itu juga. "Ini udah sering," kata Eron ketika memegang baju hitam. "Udahlah pakai apa saja, gue udah ganteng dari lahir si," ujar Eron. *** Alifa telah sampai di mall XT tempat janjian ia dengan Hani, gadis tersebut melangkah masuk dan menunggu di timezone yang terletak di lantai paling atas sejajaran dengan bioskop. Ia melirik handphonenya setelah mengirim pesan kepada sahabatnya. "Mending main dulu deh," kata Alifa yang kini melangkah masuk ke dalam area timezon. Gadis tersebut membeli beberapa koin dan melakukan permainan, hingga ia kini berada di permainan basket dan berhasil memasukkan beberapa bola ke ring membuat ia kegirangan. Sosok laki-laki yang sedari tadi sudah sampai di mall tersebut, karena jarak yang terbilang dekat bahkan sangat dekat dari rumahnya. "Alifa dimana si?" tanya Eron dengan bingung, ia menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal sambil melihat kesana kemari. "Ah udah lah, gue main time zone aja dulu, mereka belum datang kali," kata Eron yang kini melangkahkan kakinya ke lantai atas menuju area time zone. Laki-laki dengan kaos putih polos dengan luaran memakai jaket bahan parasut, serta celana hitam polos membuat siapapun yang melihat pasti tergiur akan visual tampannya tersebut. Tak jarang banyak yang melirik Eron dari atas hingga bawah karena style yang ia gunakan juga sangat cocok untuknya. Eron memasuki area permainan dan membeli beberapa koin, ia melangkah untuk mencari permainan mana yang akan ia mainkan. Namun, ia memicingkan matanya ketika melihat ada sosok gadis yang ia kenal. "Kaya Alifa?" tanya Eron, ia penasaran dan melangkah mendekat. "Alifa." Gadis tersebut yang ingib melempar bola basket ke dalam ring sontak menoleh ke arah sumber suara, Alifa terkejut ketika mengetahui Eron ada di hadapannya. "Lu bisa main basket juga?" tanya Eron membuat gadis tersebut tidaj menggubrisnya, Alifa melanjutkan melempar bolanya dan masuk ke dalam ring. "Mau tanding?" tanya Eron sambil menaikkan kedua alisnya. Alifa menoleh ke arah laki-laki tersebut yang kini tersenyum manis ke arahnya. "Boleh," jawab Alifa yang membuat Eron terkejut pasalnya ia tidak menyangka kalau gadis tersebut akan menerima tantangannya. Mereka berdua kini mulai bermain permainan bola basket dengan sangar seru, bahkan kedua insan tersebut menjadi pusat perhatian yang berada di area timezone tersebut. "Kalau gue menang, lu harus ngajak gue nonton ya," kata Eron. Alifa menjawab, "Ya buktiin aja dulu." Eron yang mendengar merasa tertantang atas jawaban yang di lontarkan oleh gadis disebelahnya tersebut. Permainan tersebut tentu saja dimenangkan oleh Eron yang juga mendapat tepuk tangan kepada mereka yang menonton, Alifa menatap kesal kepada laki-laki tersebut. "Gimana? Mau nonton apa kita?" tanya Eron sambil menaikkan kedua alisnya. "Lu cuman beruntung aja menang," balas Alifa. Eron menyela, "Mau beruntung mau apa, yang penting intinya gue menang dan lu harus ngajak gue nonton." Alifa hanya memutar bola matanya jengah, sedangkan laki-laki tersebut mengambil tiket yang terus mengalir untuk ia tukarkan kepada barang yang berada di kasir nanti. "Gue tukar ini dulu, lu jangan kemana-mana," kata Eron membuat Alifa hanya menatap datar saja. Dering telepon membuat gadis tersebut mengambil handphonenya lalu langsung mengangkatnya. "Halo Han, lu dimana si? Lama banget," cetus Alifa dengan sedikit kesal. "Alifa sorry banget, bokap gue tiba-tiba ngajak jengukin om gue yang lagi sakit." "Terus gimana?" tanya Alifa. "Maaf banget ya Lif, lain kali deh. Gue juga udah rapih sebenarnya mah." Alifa menghela nafasnya dengan gusar membuat Eron yang baru datang membawa boneka flaminggo kecil terdiam memperhatikannya. "Yasudah deh enggak papa," kata Alifa, setelahnya ia hanya berdehem saja lalu mematikan teleponnya secara sepihak. "Kenapa?" tanya Eron dengan lembut membuat Alifa menoleh ke arah sumber suara lalu menghembuskan nafasnya perlahan. "Hani enggak jadi kesini," kata Alifa santai namun Eron dapat melihat raut wajah yang kesal. Eron mengangguk pelan lalu memberikan boneka yang ia dapat sebagai hadiah tukar tiket tersebut, Alifa sontak mengerutkan keningnya. "Buat lu, gue dapetnya ini," kata Eron. "Thank," balas Alifa lalu mengambil boneka flamingo tersebut dari tangan laki-laki di hadapannya. "Terus gimana? Lu mau pulang aja?" tanya Eron. Alifa terdiam sejenak, ia melirik ke arah jam ditangannya. "Nanti aja, gue mau lihat-lihat dulu," balas Alifa. Eron menyela, "Yasudah kita nonton saja, gimana?" Gadis tersebut yang mendengar sontak melihat ke arah Eron yang kini menaikkan kedua alisnya. "Yaudah, daripada gue ditagih mulu nantinya," ujar Alifa lalu melangkah keluar dari area timezone tersebut menentemg boneka flamingo tersebut, Eron masih terdiam tak percaya atas perkataan gadis tersebut. Eron berkata, "Tungguin." Ia sedikit berlari untuk menyamai langkah kakinya dengan Alifa. Gadis tersebut melirik melalui ekor matanya ketika mengetahui laki-laki tersebut sudah ada di sampingnya. Mereka berdua terlihat sangat cocok, semua yang memperhatikan mengiranya bahwa mereka adalah pasangan. Eron terus tersenyum berjalan di samping Alifa. "Untung Hani enggak datang, jadi gue bisa berduaan sama Alifa," batin Eron. Alifa dan Eron memasuki area bioskop, ia mengantri untuk memesan tiket. "Lu mau nonton apa?" tanya Eron. "Terserah, kan lu yang mau," kata Alifa dengan juteknya membuat Eron menghela nafasnya ketika mendengarnya. Gadis tersebut mengeluarkan kartu debitnya lalu menyodorkan kepada penjaga tiket bioskop membuat Eron menoleh lalu berkata, "Apa-apaan si, gue aja yang bayar." "Gue yang kalah bermain," balas Alifa sambil menatap lurus ke arah penjaga tiket tersebut untuk mengambil kartu debitnya. Eron menyela, "Gue yang beli makanan." Alifa mengambil kartu debitnya lalu melangkah menjauh dari loket tiket tersebur, Eron terdiam sejenak sambil mengulumkan senyum tipisnya sebelum mengambil tiket yang telah dibeli. Laki-laki tersebut langsung melangkah ke stand makanan yang berada di dalam area bioskop, ia memesan beberapa seperti yang dipesan sang adik waktu lalu. Eron melangkahkan kakinya setelah mendapatkan yang ia inginkan, ia mencari keberadaan gadis tersebut yang ternyata duduk didepan studio bioskop yang akan mereka masuki. "Nih," kata Eron. "Makasih," balas Alifa sambil menerima popcorn yang telah di beli. Eron duduk disebelah Alifa dengan helaan nafas gusar. "Lif kalau lu enggak mau nonton enggak papa, pulang aja," kata Eron membuat Alifa yang sedang sibuk bermain handphone menghentikan aktiftasnya. "Lu ngusir gue?" tanya Alifa membuat Eron mendongak dengan raut wajah terkejut sontak ia langsung menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak, bukan gitu," kata Eron. Alifa beranjak berdiri membuat Eron terkejut, ia langsung menarik tangan gadis tersebut yang membuat Alifa menoleh. "Gue minta maaf," kata Eron. "Lu ngapain?" tanya Alifa dengan bingung Eron mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Bukannya lu mau pulang?" Alifa memutar bola matanya dengan jengah. "Lu lihat coba studionya," kata Alifa, laki-laki tersebut sontak mengerutkan keningnya lalu melihat studio bioskop, gadis tersebut mengkode membuat Eron mengerti kalau studio bioskop sudah bisa untuk dimasuki. Laki-laki tersebut menyengir kuda sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Malah diam aja," kata Alifa. Mereka berdua lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam studio bioskop tersebut setelah memberikan tiket. "Kita di barisan B Lif, paling ujung," kata Eron membuat gadis tersebut langsung mencari bangku yang akan ia duduki. Alifa memilih di bangku paling pojok, sedangkan Eron disampingnya. "Lu milih film apa?" tanya Alifa. "Horor," balas Eron yang membuat Alifa menoleh ke arah laki-laki disebelahnya, Eron yang merasa di lihatin sontak mengerutkan keningnya sambil mengangguk ke atas. "Kenapa? Lu takut?" tanya Eron dengan raut wajah meledek. Alifa langsung mengalihkan pandangannya kini ke depan layar sambil berkata, "Enggak! Kata siapa." Eron yang mendengar habya ber Oh ria saja sambil manggut-manggut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN