Hani menggelengkan kepala melihat sahabatnya yang wajahnya sudah banjr akan keringat karena sambal yang terlalu banyak ia tuangkan kedalam mangkuk baksonya. "Sudah gue bilang kalau makan sambal jangan banyak-banyak, lihat tuh lu banjir keringat," cetus Hani dengan sorot mata yang malas.
Alifa hanya tersenyum saja sambil kini menyeruput minumannya yang tinggal sedikit tersebut.
Sedangkan disisi lain keempat laki-laki tersebut sedang mengobrol santai hingga dimana Tian menyeletuk, "Alifa kepedasan tuh, datang sana sebagai pahlawan." Eron yang sedang menyeruput minumannya hanya menoleh ke arah gadis tersebut.
"Ogah, nanti gue disiram," kata Eron membuat ketiga sahabatnya jelas menoleh lalu tertawa membuat gadis yang berada di sebrangnya menoleh dengan sorot mata yang tidak suka.
Eron yang melihat gadis tersebut kini tersenyum manis membuat Alifa enggan melihatnya lagi, gadis tersebut bahkan bergidik merinding. "Kayanya pesona lu enggak berlaku sama dia deh," ujar Kiky.
"Belum," balas Eron dengan pedenya.
Aldy berkata, "Pede banget lu jadi orang." Eron hanya tersenyun simpul saja walau sorot mata masih menatap gadis tersebut.
"Ka Eron, ini buat Kakak," kata seorang gadis cantik, ia menunduk sambil mengulurkan cokelat ke hadapan laki-laki tersebut. Eron sedikit terkejut, ia tersenyum tipis. "Buat gue?" tanya Eros, gadis tersebut mengangguk.
Hani menyolek Alifa membuat gadis tersebut menatapnya lalu mengangguk seraya bertanya, "Apa si Han?" Hani hanya mengkode melalui matanya membuat Alifa mengerutkan keningnya lalu mengikuti arah pandangan sahabatnya.
Alifa menoleh ke arah dimana Eron sedang menerima cokelat pemberian yang ia ketahui adalah adik kelasnya. "Urusan sama gue apa?" tanya Alifa yang kini kembali menatap sahabatnya.
"Ya enggak ada si, gue cuman ngasih tahu aja," kata Hani sambil menyengir kuda, sedangkan Alifa kini memutar bola matanya dengan jengah.
"Enggak penting," cetus Alifa, namun kini ia membingung ketika ada satu tangan kekar sambil memegang cokelat, ia mendongak untuk melihat siapa.
Gadis tersebut menatap jengah ke laki-laki tersebut. "Ngapain?" tanya Alifa dengan ketus.
"Jangan galak-galak kenapa," balas Eron dengan lembut, gadis tersebut kini mengalihkan pandanganya membuat Eron tersenyum tipis.
"Ini buat lu," kata Eron.
Alifa menyela, "Enggak perlu, gue punya banyak."
"Tapi kan ini dari gue, beda dari yang lain," kata Eron, gadis tersebut menyeringai kecil. Ia menoleh ke arah laki-laki tersebut yang kini tersenyum manis. "Oh jadi ini beda dari yang lain?" tanya Alifa membuat Eron mengangguk pelan.
Gadis tersebut kini beranjak berdiri sontak membuat Hani mengerutkan keningnya. "Lif, lu mau ngapain?" tanya Hani berbisik, Eron yang melihat gadis tersebut berdiri jelas tersenyum manis.
Alifa mengambil cokelat tersebut jelas membuat Eros tersenyum kemenangan, namun gadis tersebut melanglah pergi dari hadapan laki-laki tersebut yang kini terbengong melihatnya. Alifa berjalan ke arah adik kelas yang memberikan cokelat tersebut. "Lain kali jangan ngasih apapun ke orang yang enggak menghargai pemberian orang lain," kata Alifa sambil meletakkan cokelat tersebut di meja adik kelasnya tersebut.
Gadis tersebut kini melangkah sambil berkata, "Han, cabut." Hani yang mendengar jelas beranjak berdiri lalu menghampiri sahabatnya yang sudah berjalan keluar kantin, Eron masih dibuat terdiam atas gadis tersebut. "Lu harus jadi milik gue," kata Eron dengan seringai kecil.
Ketiga sahabatnya sontak menertawai Eron yang serasa dibuat malu didepan banyak orang. "Sudah Ron, dia bukan incaran lu," ujar Aldy.
"Doi beda Ros, kayanya susah si," kata Kiky membuat Eron kini membalikkan badan lalu melangkah kembali bersama sahabatnya.
Tian menepuk bahu Eron dengan cengiran. "Lu masih yakin bilang kalau dia incaran lu?" tanya Tian sambil menaikkan kedua alisnya.
"Jangan nyari penyakit deh Ron" cetus Kiky.
"Dia beda, makanya gue makin penasaran," balas Eron dengan senyuman yang penuh arti, ketiga sahabatnya jelas hanya menggelengkan kepalanya pelan mendengar balasan sang sahabat.
Eron bergumam, "Gue belum mulai perang masa iya kalah." Tian hanya menepuk beberapa kali pundak sang sahabat serasa memberi semangat. "Gue dukung, kalau lu kena tulahnya baru gue ketawa," ujar Tian dengan santainya membuat kedua sahabatnya tertawa sedangkan Eron jelas memandang ketus.
Bell masuk berbunyi membuat semua yang masih berada diluar kelas segera melangkah menuju kelasnya masing-masing, namun tidak dengan keempat laki-laki tersebut yang memilih ke belakang halaman sekolah hanya menghilangkan penat, besa dengan kedua gadis tersebut yang kini sudah berada di dalam kelas untuk mengikuti pelajaran setelah istirahat.
"Lif, pelajaran ini ada pr enggak si?" tanya Hani berbisik agar tidak ketahuan oleh sang guru di depan kelas.
Alifa menoleh ke arah sang sahabat lalu berkata, "Kayanya si enggak ada." Hani bernafas lega membuat Alifa hanya menggeleng kepalanya pelan.
Pelajaran dimulai, semua para siswa-siswi yang berada dikelas jelas fokus menatap ke arah sang guru yang sedang menerangi pelajaran, sedangkan keempat laki-laki tersebut kini bahkan sedang menghembuskan kepulan asap yang terbentuk karena mereka menghisap sebatang rokok. "Rooftop masih kena sidak enggak si?" tanya Kiky.
Mereka menghendikkan bahunya. "Coba aja besok kita kesana," balas Tian.
"Lagi siapa si tuh yang naruh botol di rooftop, bikin kita keusir saja," uajr Aldy.
Kiky menyela, "Emang tuh iseng banget kaya enggak ada tempat lain aja." Eron hanya tertawa kecil setelahnya ia beranjak berdiri membuat ketiga sahabatnya mengerutkan keningnya. "Kemana Ron?" tanya Tian.
Eron mematikan rokoknya tidak lupa ia memakam permen agar menghilangkan bau rokok dari mulutnya. "Kelas," sahut Eron yang membuat ketiga sahabatnya saling menatap satu sama lain, mereka mengerutkan keningnya.
"Eron kesambet syetan pohon mangga ini kali," kata Kiky membuat kedua sahabatnya kini melihat ke arah pohon mangga yang berada di hadapannya.
"Masa iya kesambet masuk ke kelas," kata Aldy dengan bingung.
Tian menimbrung, "Bisa aja si, kali syetannya mau pintar."
Eron menoleh ke arah belakang melihat ketiga sahabatnya sedang tertawa. "Lu bertiga mau ke kelas enggak?" tanya Eron membuat ketiga sahabatnya kini beranjak berdiri sambil membuang rokok yang sudah tersisa sedikit dan kini menghampiri Eron lalu merangkulnya.
Mereka melangkah bersama sambil bersendau gurau tertawa kecil, membuat siapapun yang melihatnya pasti terpikat, bahkan mereka menjadi potret di sosial media sekolahannya, dan tentu tidak dipungkiri mereka berempat banyak fans diluar sekolahan..
Bell pulang sekolah berbunyi membuat parah siswa-siswi bersorak bahagia, karena itu bell yang sangat ditunggu-tunggu di jam pelajaran terakhir. "Lif, lu pulang sendiri?" tanya Hani sambil memasukkan peralatan sekolahnya ke dalam tas.
"Iya, kenapa? Mau bareng?" tanya Alifa.
Hani berkata, "Enggak, kitakan enggak searah."
"Lah emang kenapa, biar gue anterin lu kalau mau," balas Alifa.
Hani tersenyum tipis sambil mencantolkan tasnya di tangan kiri. "Enggak usah Lif, gue bareng kelas sebelah saja," kata Hani membuat Alifa jelas menoleh dengan lekat ke arah sahabatnya.
"Siapa? Laki?" tanya Alifa dengan mode curiganya.
Hani hanya mengangguk membuat Alifa semakin bertanya-tanya, Hani yang dilihatin seperti itu sontak memandang heran sahabatnya. "Kenapa si Lif? Anak sebelah satu komplek sama gue, pikiran lu jangan kemana-mana, gue cuman bareng," kata Hani.
Alifa kini beranjak berdiri lalu berkata, "Lah siapa yang pikriannya aneh-aneh." Dengan sorot mata yang mengintimidasi, jelas membuat Hani memutar bola matanya dengan jengah.
Mereka berdua kini melangkah menuju parkiran secara bersamaan, hingga dimana Hani sudah bareng dengan anak kelas sebelah, dan Alifa melanjutkan langkah kakinya menuju motornya. "Lah ini gimana gue bisa keluar? Siyalan banget tuh cowok!" seru Alifa ketika melihat motornya seolah-olah di kandangin oleh tiga motor.
Gadis tersebut berusaha memindahkan motor yang menghalangi motornya namun sangat disayangkan, motor sport tersebut di kunci stang sehingga tidak bisa dipindahkan. Tak selang berapa lama keempat laki-laki melangkah ke arah parkiran dan mihat gadis tersebut yang bersusah payah untuk memaksa memindahkan motor sport hitam tersebut. "Lah itu motor lu mau diapain Ron?" tanya Kiky.
"Lah dia markir ditempat lu?" tanya Aldy.
Tian menyela, "Berani juga tuh cewek, gue akuin incaran lu kali ini top markotop." Eron tidak menggubris perkataan para sahabatnya tersebut, ia melangkah menuju ke motornya.
"Hm." Alifa menoleh ke arah sumber suara deheman tersebut.
Alifa jelas memandang kesal dan penuh amarah. "Pindahin motor lu, gue mau keluar," kata Alifa to the point.
Eron kini mendekat ke arah motornya, namun bukannya memindahkan motor miliknya ia malah bersandar ringan di motor sportnya membuat Alifa jelas melong dengan kesal. "Pindahin! Gue mau keluar, b***k apa gimana si lu?!" seru Alifa kesal.
"Minta tolongnya yang lembut dong," kata Eron membuat ketiga sahabatnya hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Alifa yang mendengar menatap tidak percaya kepada laki-laki tersebut. "Gue lembut ke elu? Mimpi?!" cetus Alifa yang membuat Eron kini bersedikap memandang gadis tersebut dengan senyuman.
"Ya enggak masalah, berarti kita enggak usah pulang aja," kata Eron dengan santainya.
Alifa menoleh ketiga sahabat laki-laki yang sedang menjadi lawan bicaranya tersebut. "Bilangin dong sama teman lu suruh singkirin motornya!" seru Alifa.
"Gue enggak bisa bantu sorry," kata Tian sambil mengangkat tangan membuat Alifa kini beralih kedua orang yang belum menjawab.
Eron menyela, "Mereka enggak bisa bantu, kecuali diri lu sendiri." Lalu tersenyum sambil menaikkan satu alisnya.
Alifa menatap laki-laki tersebut dengab lekat, jelas ia menghela nafasnya kasar terlebih ketiga laki-laki di sampingnya tidak bisa membantunya. "Gimana?" tanya Eron.
"Atau milih kita nginap disini saja?" Lanjut Eron bertanya.
"Duh gimana ya, kalau pesan grab pasti Ayah nanya motor, siyalan banget nih cowok!" Batin Alifa menyeru, gadis tersebut kini mengepalkan tangannya seolah ingin memukul laki-laki dihadapannya.
Alifa menarik nafasnya perlahan sebelum berkata, "Tolong dong pindahin motor lu, gue mau pulang soalnya." Dengan lembut membuat Eron terpana atas perkataan gadis tersebut yang lembut tidak seperti biasanya, terlebih ditambah senyum manis yang tercetak dibibirnya.
"Ron! Woi! Bengong, jatuh hati lu?" tanya Aldy meledek membuat Eron tersadar dari diamnya.
"Nsh gitu dong, kan manis, jangan galak-galak lagi kayanya kita bakal sering saling berhubungan," kata Eron yang kini mulai menaiki motornya dan memindahlan motornya.
Alifa hanya memutar bola matanya dengan malas, ia menaiki motornya lalu melaju meninggalkan keempat orang tersebut yang masih berada di parkiran. "Pepet terus Ron," kata Tian.
"Jangan kasih kendor pokoknya," nimbrung Aldy.
Kiky menyela, "Ini kita langsung pulang atau nongkrong?" Mereka bertiga kini menatap ke arah Eron yang kini memakai helm fullface-nya.
"Nongkrong, tapi gue agak telat, kalian duluan," jelas Eron membuat ketiga sahabatnya mengernyitkan dahinya.
Aldy menyela, "Mau kemana lu?"
"Biasa, sudab jadwalnya," jawab Eron sambil memukul pelan motor sport hitamnya tersebut, ia melajukan motornya meninggalkan sahabatnya kini baru mau menaiki motornya.
Sedangkan di sisi lain, Alifa menghentikan sejenak motornya di pinggir jalan, ia mengambil airpodsnya lalu memasang ditelinganya, setelah itu ia menyetel lagu dari handphonenya untuk menemani perjalanannya. Gadis tersebut kembali melajukan motornya setelah memakai helmnya.
Alifa tersebut mengikuti alunan musik yang ia setel bahkan sesekali ia ikut menyanyi, hingga dimana gadis tersebut berhenti di satu bengkel besar yang lumayan ramai saat itu. Gadis tersebut turun dari motor lalu melangkahkan kakinya menuju salah satu montir dan berkata, "Bang saya mau ganti oli, sekalian cek ya keadaan mesin saya."
Montir tersebut lalu menjawab, "Iya neng, duduk saja dulu neng, nanti saya bereskan." Alifa hanya mengangguk pelan dengan senyuman, ia kini berjalan menuju bangku ruang tunggu yang panjang sambil menenteng helm di tangannya.
Gadis tersebut duduk bersandar di bangku untuk menunggu.
***
Sudah menjadi rutinitas Eron untuk mengecek keadaan motornta di bengkel langganannya, ia lalu memarkirkan motornya tepat di bengkel tersebut. Laki-laki tersebut melangkahkan kakinya menuju tempat p********n dan bertanya, "Bang Hengki mana?"
Seorang yang berada di kasir bengkel tersebut hanya menunjuk ke seseorang yang sedang membereskan satu motor metic. "Thank you," ujar Eron lalu melangkah ke arah laki-laki yang menjadi montir andalan untuk menangani motornya.
"Woi! Bang!" seru Eron membuat orang tersebut terkejut.
"Siyalan lu! Bikin jantungan aja," kata Bang Hengki, laki-laki tersebut hanys menyengir saja meresponnya.
Eron berkata, "Cek motor gue, sekalian ganti oli."
"Lu duduk saja dulu, entar juga beres," kata Bang Hengki membuat Eron menepuk bahunya lalu melangkah menuju bangku tunggu sambil bermain handphonenya.
Laki-laki tersebut duduk, hinga beberapa menit kemudian ia menghentikan bermain handphonenya. Ia melihat kesana kemari hingga sorot matanya menoleh ke arah gadis yang memakai hoodie dan rok abu abu, ia mengerutkan keningnya. "Kaya kenal," gumam Eron.
Eron memicingkan matanya dan kini tersenyum manis ketika mengetahui jelas siapa gadis tersebut ketika sang gadis menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari jemarinya, Eron sontak beranjak berdiri dan berpindah tempat duduk. "Takdir kayanya emang sengaja terus mempertemukan kita," kata Eron dengan santainya.
Namun gadis tersebut tidak menggubris membuat Eron menoleh dengan sangat lekat, Alifa yang merasa dirinya seperti dilihati perlaha menoleh ke arah samping dan ia terkejut bukan main ketika melihat cengiran dari sosok laki-laki yang membuatnya kesal 1 hari ini. "Lu ngapain disini? Ngikutin gue?" tanya Alifa dengan sarkas.
Gadis tersebut melepas airpodsnya membuat Eron jelas bergumam, "Pantesan enggak respon." Alifa jelas mengerutkan keningnya dengan bingung.
"Lu ngikutin gue?" tanya Alifa dengan sorot mata yang curiga.
Eron tersenyum tipis lalu menjawab, "Ngikutin? Enggsk, takdir yang bekerja untuk kita bertemu lagi." Alifa yang mendengar basa-basi laki-laki tersebut jelas memutar bola matanya dengan jengah.
"Enggak mutu," cetus Alifa.
"Gue kesini mau ngecek motor, gue mana tahu lu dibengkel sini juga," jelas Eron membuat Alifa hanya manggut-manggut saja.
Eron menoleh ke arah gadis tersebut lalu bertanya, "Lu kesini ngapain?"
"Menurut lu?" tanya Alifa dengan ketus.
"Ngecek motor, Ganti oli, benerin motor," jelas Eron membuat Alifa hanya memandang jengah saja lalu menjawab, "Oli, ngecek."
Eron terdiam sejenak mendengar jawaban dari gadis disampingnya. "Oli, ngecek? Oh ganti oli sama ngecek motor maksutnya?" tanya Eron membuat Alifa hanya membalas dengan deheman saja, gadis tersebut kini mengangkat teleponnya yang tersambung di airpods-nya.
"Halo Bu," kata Alifa.
"Kamu dimana Kak? Kok belum pulang?"
"Kakak lagi dibengkel Bu, sebentar lagi selesai paling," kata Alifa membuat laki-laki disampingnya hanya menguping saja walau tidak kedengaran, namun suara lembut dari gadis tersebut benar-benar membuatnya tersenyum tipis.
"Iya Bu." Telepon dimatikan secara sepihak oleh Ibu Alifa, gadis tersebut menoleh sekilas ke arah samping jelas membuat Eron salah tingkah sendiri.
20 menit berlalu, Alifa kini sedang membayar nota yang tertera untuk mengganti oli serta pengecekan motornya. Setelah itu ia melajukan kembali motornya meninggalkan bengkel tersebut, Eron memperhatikan kepergian gadis tersebut dengan senyuman. "Naksir lu sama tuh cewek?" tanya Bang Hengki tiba-tiba.
"Menurut lu dia gimana Bang?" tanya Eron sambil menaikkan kedua alisnya membuat Bang Hengki sontak menoleh sambil mengerutkan keningnya sebelum menjawab, "Cantik si, cuman kayanya tipe cewek to the point ya."
Eron hanya mengangguk pelan seraya mengakui hal tersebut. "Incaran gue Bang dia," kata Eron dengan banggannya membuat Bang Hengki hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia melajutkan memeriksan motor Eron yang biasa ia tangani.
30 menit kemudian, Alifa telah sampai di halaman rumahnya tanpa pikir panjang ia langsung memarkirkan motornya di garasi kecil rumahnya. Gadis tersebut melangkahkan kakinya, dan masuk kerumahnya sambil berkata, "Assalamuallaikum."
Aning yang sedang menonton televisi jelas menyahut, "Waallaikumsalam Kak, sudah selesai dibengkelnya?"
Alifa menghampiri wanita paruh baya tersebut lalu mengecup punggung tangan sang ibu. "Sudah Bu," jawab Alifa, gadis tersebut kini mendaratkan tubuhnya duduk di sofa empuk dengan helaan nafas yang lelah.
"Yasudah kamu mandi, terus istirahat sana, atau mau makan dulu?" tanya Aning dengan lembut ketika melihat raut wajah sang anak yang lelah.
Gadis tersebut hanya menoleh ke arah sang ibu lalu tersenyum tipis. "Kakak istirahat dulu deh Bu," kata Alifa membuat Aning mengulumkan senyumnya sambil mengelus pelan pucuk rambut sang anak.
"Yasudah sana, nanti bangun kalau laper ya sayang," kata Aning dengan lembut, Alifa hanya manggut-manggut pelan.
Alifa beranjak berdiri lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya dengan lunglai, ia benar-benar lelah hari itu. Gadis tersebut masuk ke kamarnya lalu menutup kembali rapat pintunya, ia membinarkan matanya ketika melihat kasur, tas terlempar di atas kasurnya. "Akhirnya ketemu kasur," ujar Alifa sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur king sizenya tersebut.
Hingga dimana matanya mulai terpejam perlahan dengan seragam yang masih melekat ditubuhnya. Gadis cantik tersebut terlelap dalam tidurnya, sedangkan Eron kini sudah sampai ditempat tongkrongan bersama kawan-kawan sekolahnya. "Wesh lama amad lu, katanya bukan kebengkel nih," kata Aldy.
Tian menyela, "Bengkelnya bengkel cinta kali." Eron yang baru saja tiba hanya menyeringai kecil lalu mendaratkan tubuhnya duduk bersandar di sofa yang sedikit usang.
"Bu, es jeruk satu dong," kata Eron.
"Siap!" balas Ibu warung tersebut, Eron yang mendengar hanya mengulumkan senyum tipisnya.
"Motor lu aman?" tanya Kiky.
Eron membalas, "Aman, ganti oli doang."
"Ada yang ngajak balap nih," kata Kiky membuat Eron melirik sejenak ke sahabatnya tersebut.
Eron bertanya, "Siapa?"
"Viksal," jawab Kiky membuat Eron kini memposisikan dirinya terduduk dengan tegap menatap sahabatnya, begitu juga dengan Aldy dan Tian.