SKA 2

2123 Kata
Gelapnya malam kini digantikan oleh sinar mentari yang kini sudah menjulang tinggi hingga menyilaukan mata seseorang yang melihatnya, gadis dengan paras cantiknya kini terbangun karena silau mentari masuk begitu saja, ia menghalau sinarnya sambil menyipitkan mata siapa yang berani mengganggu tidur nyenyaknya. "Ibu, Kakak masih ngantuk," kata Alifa dengan nada serak bangun tidur. Aning, wanita paruh baya dengan rambut pendek hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia duduk dipinggir kasur sang anak. "Kak, bangun. Sudah siang tahu, kamu kan sekolah hari ini," ucap Aning dengan lembut, Alifa masih saja menutup wajahnya dengan selimut yang membuat Aning kini bergegas mengambil pelan selimut tersebut. "Ibu," rengek Alifa dengan gemas. "Bangun Kak, daripada nanti di bangunin sama Ayah," cetus Aning, Alifa dengan malas memposisikan dirinya untuk duduk di atas kasur sambil mengucek perlahan matanya. Wanita paruh baya tersebut tersenyum tipis lalu mengelus pucuk rambut anak gadisnya, ia beranjak berdiri lalu berkata, "Ibu tunggu di ruang makan ya, jangan tidur lagi, ini sudah siang." Alifa hanya membalas dengan deheman malas saja, gadis tersebut kini beranjak turun dari kasur king sizenya lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Alifa bergegas mandi untuk menyegarkan tubuhnya dan menghilangkan rasa kantuk yang menimpanya, tidak lupa ia akan berkonser ria didalam kamar mandi untuk menghilangkan rasa bosan pada mandi yang aktifitasnya hanya begitu saja dan terus berulang. 15 menit berlalu, gadis cantik tersebut kini keluar dari kamarnya dan langsung melangkahkan kakinya menuju ruang makan yang sudah ada keluarganya. "Selamat pagi semua," ucap Alifa dengan senyuman manis dibibirnya, mereka yang berada di sana sontak menoleh dengan senyuman. Huda - Ayah Alifa menyahut, "Pagi juga Kak." "Halo bocil," kata Alifa sambil mengelus pelan rambut adik bontotnya dengan gemas. "Ish Kakak mah, rambut aku berantakan tau," ujar Kean - adik bontot yang berumur 4 tahun. Alifa menyela, "Kaya sudah mandi aja kamu." Adik bontotnya hanya mengerucutkan bibirnya membuat Aning berkata, "Kakak, udah. Suka banget si ngledek adiknya." Gadis tersebut hanya menyengir kuda saja lalu mengambil nasi goreng buatan sang Ibu. "Yah, nanti pulang sekolah Kaka mau ganti oli motor, soalnya sudah kerasa enggak enak," kata Alifa lalu ia kembali menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya dengan lahap. Huda menatap lekat ke arah anak gadisnya. "Nanti Ayah saja yang bawa ke bengkel Kak," balas Huda dengan lembut  "Kakak sekalian lewat bengkel kan Yah nanti," cetus Alifa. Aning menyahut, "Sudah Yah, biarin kalau emang Kakak yang mau ganti sendiri." Ketika melihat sang suami ingin membalas perkataan sang anak, pria paruh baya tersebut hanya menghela nafasnya dengan pasrah saja. Huda mengambil dompet lalu memberikan beberapa lembaran merah kepada anak gadisnya, sontak Alifa mengerutkan keningnya dengan bingung. "Buat apa Yah? Uang jajan Kakak masih ada kok," ucap Alifa. "Buat ganti oli motor kamu," balas Huda. "Engg–" "Ambil atau Ayah saja yang ganti olinya," ucap Huda mengancam. Alifa menatap ke arah sang ibu yang kini seraya mengkode untuk menuruti saja perkataan sang Ayah. "Yaudah, makasih ya Yah," kata Alifa dengan senyuman tipis dibibirnya, Huda yang melihat sontak hanya mengangguk pelan. Huda kini beranjak berdiri lalu mengambil tas kantornya. "Abang ayuk," kata Huda sambil melirik ke arah jam di tangannya, sedangkan Agung - adik kedua Alifa kini beranjak turun dari kursi makanya sambil berkata, "Ayuk Yah." "Belajar yang benar, jangan main game mulu!" seru Alifa dengan nada serius. Agung sontak memutar bola matanya dengan jengah lalu berkata, "Iya, iya bawel lu." Alifa sontak bermenye-menye ketika mendengar jawaban dari adik pertamanya. "Sudah, ayuk Bang nanti telat kamu," kata Huda untuk memperingati, anak laki-laki tersebut sontak mengangguk pelan lalu mengikuti langkah sang Ayah keluar dari rumah menuju garasi kecil dirumahnya. Gadis tersebut kini telah selesai dengan sarapannya, ia melirik ke arah jam di tangannya. "Bu, aku berangkat ya," kata Alifa sambil beranjak berdiri lalu mengambil tas yang ia taruh di kursi. "Yasudah, kamu hati-hati ya, jangan buat ulah di sekolah," kata Aning membuat Alifa terkekeh sejenak lalu menjawab, "Ya Allah Bu, sejak kapan si Kakak buat ulah." Setelahnya ia mengecup punggung tangan sang ibu lalu melangkah kecil. "Kakak! Aku belum salim," kata Kean yang membuat gadis tersebut menghentikan langkahnya lalu menghampiri ke arah adik bontotnya, Kean mengecup singkat tangan Alifa. "Bye bocil," kata Alifa sambil kembali mengacak-ngacak pelan rambut sang adik. "Kakak," ujar Aning ketika melihat anak bontotnya menangis karena ulah anak gadisnya, Alifa hanya tertawa pelan saja sambil melambaikan tangannya keluari dari rumahnya. Alifa mengambil airpodsnya lalu tidak lupa ia memutar lagu untuk menemani perjalanan menuju sekolahnya yang pasti memakan waktu lama karena macet, gadis tersebut kini melajukan motornya keluar dari perkarangan rumahnya sambil mengangguk-angguk pelan seraya mengikuti alunan musik yang ia dengar. 20 menit kemudian, Alifa telah sampai gerbang sekolahnya tanpa pikir panjang ia langsung masuk dan menuju parkiran. Sialnya, parkiran penuh banget namun ada parkiran yang tersisa 1 kosong, tanpa pikir panjang ia langsung memarkirkan motornya tanpa mikir apapun lagi. Suara deruan motor sport serta klakson membuat ia baru turun dari motor jelas mengerutkan keningnya "Ini parkiran gue," kata suara bass, Alifa menoleh ke arah sumber suara setelah melepas helmnya. Sorot mata Alifa menajam namun sosok yang ditatapnya tiba-tiba tersenyum. "Parkiran lu? Ada nama lu enggak disini? Enggak ada kan, jadi ini bukan parkiran lu," jelas Alifa dengan judesnya, ia lalu melangkah meninggalkan laki-laki tersebut yang terdiam melongo menatap kepergian gadis tersebut. "Awas aja tuh cewek, gue buat jatuh hati tau rasa lu!" seru Eron. Alifa tersebut kini dalam mood yang kurang baik, terlebig ketemu sama sosok biang kerok disekolahnya. "Amit-amit deh gue berurusan sama tuh cowok gilaa," cetus Alifa sambil merasa jijik kepadanya. "Lifa!" Gadis tersebut langsung menoleh ketika mendaoat rangkulan yang ternyata dari sahabatnya. "Bikin kaget aja si lu," kata Alifa. Hani menyengir kuda saja menanggapinys. "Ya maaf, habisnya lu gue panggil dari tadi enggak dengar si," cetus Hani membuat Alifa jelas mengerutkan keningnya. "Kapan lu manggilnya?" tanya Alifa dengan bingung, pasalnya ia sudah melepas airpodsnya ketika berada diparkirakn tadi, jadi otomatis ia akan mendengar panggilan dari Hani terlebih sahabatnya tersebut tidak selon jika memanggil. "Dalam hati," balas Hani yang membuat Renata lantas menatap jengah ke arah sahabatnya. Renata menyela, "Mau gue ceburin ke kolam hiu enggak?"  Hani menyahut, "Ya enggak lah, siapa yang mau coba diceburin ke kolam hiu pula." "Terus siala yang dengar coba kalau lu manggil dalam hati, lagi juga hiu enggak mungkin punya kolam," cetus Alifa yang membuat Hani sontak terdiam sejenak berpikir atas perkataan sahabatnya tersebut. Alifa yang menoleh ke belakang melihat Hani masih terdiam saja membuat ia menggelengkan kepalanya pelan. "Yeuh tuh orang malah mikir," cetus Alifa. Bell masuk berbunyi membuat Hani juga tersadae dari diamnya, ia berlari kecil menyusul Alifa yang terlebih dahulu melangkah menuju kelasnya. Mereka berdua kini masuk ke dalam kelas dan berjalan menuju kursinya, sudah tidak heran ada beberapa bunga, cokelat, serta surat dan cemilan yang terpampang di meja milik Alifa. "Ini siapa lagi si yang ngirim," cetus Alifa dengan kesal. Sedangkan Hani menatap membianr terlebih kepada cemilan-cemilan. "Ini mah enggak usah kekantin," ujar Hani membuat Alifa hanya memutar bola matanya jengah, tanpa pikir panjang gadis tersebut kini memasukkan semua pemberian entah dari siapa ke dalam kolong meja. "Lif, bagi cokelatnya ya nanti," kata Hani. Alifa yang kini mendaratkan tubuhnya agar terduduk hanya berdehem saja menanggapi perkataan sahabatnya, Hani tanpa pikir panjang langsung memeluk Alifa dengan erat sambil duduk. "Ahh makasih Lifa," ucap Hani dengan tulus. "Iya, lepas dong gue masih normal," cetus Alifa sambil terkekeh membuat Hani sontak melepas pelukannya lalu menyela, "Yeuh menurut lu gue enggak gitu?" Gadis tersebut menatap sahabatnya lalu menghendikkan bahunya membuat Hani sontak mengerucutkan bibirnya. Pelajaran di jam pertama di mulai, semua fokus memperhatikan sang guru yang sedang menerangi namun seketika kelas mendadak ramai karena melihat sosok Eron samg mostwanted sekolah lewat dengan begitu tampannya. "Nulis Han," kata Alifa ketika melihat sang sahabat menoleh mengikuti lewat kelasnya. "Sayang banger tau Lif kalau di lewatin iklan kaya gitu," ujar Hani membuat Alifa hanya menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan mencatat. "Sudah, sudah, kalian itu ya disuguhi cowok ganteng aja baru semangat," ujar sang guru sambil sesekali memukul meja dengan penghapus papan tulis. Semua kembali fokus menatap lurus ke papan tulis dan mulai mencatat lagi walau masih terdengar bisikan bisikan gosip ditelinga. Hingga pelajaran silih berganti, dan kini bell istirahat berbunyi semua serentak keluar ketika sang guru sudah terlebih dahulu keluar kelas.  "Lu mau ke kantin enggak?" tanya Alifa sambil merapihkan buku serta alat tulisnya. "Boleh deh, tapikan cemilan lu udah banyak tuh," kata Hani. Gadis tersebut beranjak berdiri lalu melangkah meninggalkan sahabatnya menatap melongo. "Lifa! Tungguin, kebiasaan banget si ninggalin," cetus Hani yang kini sedikit berlari untuk menyusul sahabatnya. "Cemilan dari penggemar lu mau lu kemanain," kata Hani, Alifa yang mendengar sontak menghendikkan bahunya memhuat sahabatnya menghela nafasnya gusar. "Enggak tahu, kalau lu mau ambil aja semuanya," ujar Alifa. Hani menyela, "Ya mana mungkin gue ambil semuanya maemunah, itukan buat lu bukan buat gue."  "Yaudah biarin aja," kata Alifa dengan entengnya. "Plis deh, mereka itu beli penuh perjuangan pakai uang ya walaupun enggak seberapa, hargain mereka dong," kata Hani. "Berapa harganya?" tanya Alifa dengan savagenya, Hani jelas menggelengkan kepalanya sedangkan wanita tersebut hanya terkekeh melihat raut wajah sahabatnya yang mulai kesal. Keadaan kantin cukup ramai membuat Alifa sebenarnya enggan untuk terus menerobos, namun perutnya sudah keroncongan meminta diisi makakan. "Rame banget si," ujar Hani dengan nada malasnya. "Namanya juga kantin, kalau sepi ya kuburan," kata Alifa. Hani menoleh ke arah sahabatnya dengan sorot mata julidnya, mereka memutuskan untuk tetap berada dikantin, mereka berjalan menyusuri kedai-kedai yang ada hingga kini berhenti di kedai bakso yang lumayan ramai juga. "Lu cari tempat duduk sana, gue yang pesanin," kata Hani. "Emang lu tahu pesanan gue apa?" tanya Alifa. "Bakso urat, pake sayuran, bihun, tetelannya banyak, minumnya es teh manis. Meragukan gue?" Alifa yang mendengar hanya tersenyum tipis. Alifa menyela, "Oke, gue cari tempat." Hani hanya berdehem saja lalu mengantri untuk memesan bakso, sedangkan Alifa kini melangkahkan kakinya mencari meja yang kosong, dan ia menemukannya namun disamping para gerombolan laki-laki yang sering kali menjadi pusat perhatian, gadis tersebut tetap melangkahkan kakinya karena hanya itu satu-satunya meja yang kosong. Eron dkk yang sedang bersendau gurau sontak terdiam ketika melihat gadis cantik dengan rambut sebahu duduk di samping meja mereka. "Incaran gue nih," kata Eron membuat ketiga sahabatnya jelas menggelengkan kepalanya dengan senyuman.  "Yakin lu?" tanya Aldy seolah meragukan sahabatnya, Eron terdiam sejenak ia lalu beranjak ke arah gadis tersebut yang sibuk dengan menscroll handphonenya. "Kena semprot kaya kemarin tahu rasa tuh orang," cetus Kiky membuat mereka mengangguk lalu tertawa pelan, mereka bertiga kini melihat Eron yang sedang beraksi. "Gue enggak mau ribut, mending lu pergi," kata Alifa membuat Eron sontak terkejut ketika gadis tersebut mengetahui keberadaannya tanpa menoleh. "Ih kok tahu ada gue si, kayanya kita pungs ikatan jodoh deh," kata Eron yang tiba-tiba kini duduk di samping Alifa. Gadis tersebut tidak menggubrisnya sama sekali terlebih ketika Eron kini menatapnya dengan lekat. Alifa kini menoleh ke arah Eron yang menaikkan kedua alisnya seolah menggoda. "Lu pergi atau gue yang pergi?" tanya Alifa dengan ketus. "Jangan galak-galak dong," kata Eron sambil tangannya ingin menoel dagu Alifa, namun sangat disayangkan gadis tersebut menangkisnya membuat ketiga sahabat Eron sontak berteriak terkejut lalu tertawa melihatnya. Para penghuni kantin jelas menyaksikan dan mereka saling berbisik atas kejadian tadi. Alifa beranjak berdiri dengan sorot mata yang tajam. "Lu mau kemana?" tanya Eron dengan senyuman manisnya. "Lu enggak mau pergi kan? Biar gue yang pergi dari meja ini," ujsr Alifa dengan jelas. Eron mengangkat tangannya lalu beranjak berdiri sambil berkata, "Oke, oke gue yang pergi, kalau kangen gue disebelah ya tinggal kedipin mata aja," ucap Eron sambul mengedipkan matanya genita, Alifa jelas hanya menatap kesal lalu kembali duduk. Eron sudah kembali bersama ketiga sahabatnya, ia terus tersenyum menatap keberadaan gadis tersebut. "Gemes banget dia," kata Eron membuat ketiga sahabatnya saling menatap satu ssma lain. "Jatuh cinta benaran lu?" tanya Tian sambil menaikkan kedua alisnya. "Ngaco lu kalau ngomong, ya enggak lah!" seru Eron. Kiky menyela, "Enggak, enggak kok dilihatin terus. Ngaku aja kali." Eron yang mendengar sindiran sahabatnya tersebut langsung mengalihkan pandanganyan sambil menyeruput minuman yang ada dihadapanya. Ketiga sahabatnta hanya tertawa pelan terlebih ketika melihat wajah sang sahabat.  Hani kini datang dengan nampan yang berisi 2 mangkok baksi, dan 2 es teh manis, ia langsung meletakkan nampan tersebut di atas meja. "Lif, Eron ngapain tadi kesini? Minta nomor lu ya?" tanya Hani sedikit berbisik. Alifa mendongak menatap sahabatnya lalu berkata, "Kalau dia minta juga ogah gue kasih, enggak minat sama dia." Hani menyela, "Eh hati-hati sama omongan." "Sudah makan, kenapa jadi bahas dia si," cetus Alifa yang kini meracik baksonya dengan serius, sedangkan Hani hanya menatap sekilas lalu menggelengkan kepalanya pelan.  "Lif! Itu sambel banyak banget, nanti lu sakiit perut loh," kata Hani. Alifa menjawab, "Sengaja, soalnya tadi emosi belum terlalu keluar!" Sahabatnya hanya menghela nafasnya dengan gusar, sedangkan Eron sesekali mencuri pandang menatap Alifa bahkan sesekali mereka bertemu pandangan walau akhirnya gadis tersebut memutuskan pandangan tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN