Alifa melangkahkan kaki masuk ke dalam supeemarket yang lengkap setelah ia memarkirkan mobilnya. Gadis tersebut mengambil troli belanjaannya lalu melangkah menyusuri lorong rak-rak yang tersusun rapih dengan penuh berbagai cemilan serta makanan.
Alifa mengambil stok cemilan yang menurutnya menggugah selera, gadis tersebut berhenti di satu rak cemilan dan melihat ciki kesukaannya dan itu tinggal satu, namun ketika ia ingin mengambil tangan putih mulus juga mengambil hingga membuat mereka saling menatap satu sama lain. "Kakak mau ini juga ya?" tanya gadis tersebut.
Alifa mengangguk dengan senyuman. "Yasudah buat Kakak saja," katanya.
"Eh enggak usah, ini buat kamu, kayanya kamu lebih mau deh," balas Alifa membuat gadis tersebut hanya terdiam saja.
"Benaran nih Kak?" tanyanya.
Alifa mengangguk dengan antusias membuat gadis cantik yang ad dihadapannya tersenyum bahagia. "De, udah belum–" perkataannya terhenti seketika ketika melihat di hadapan sang adik ada wanita yang ia kenal.
"Alifa."
"Eron." Mereka berdua saling menatap satu sama lain membuat gadis tersebut sontak melihat ke arah kedua insan. "Kakak kenal sama abang aku?" tanya Akila.
Alifa mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Dia abang kamu?" Akila sontak mengangguk, sedangkan Eron kini merangkul sang adik sambil menaikkan kedua alisnya.
"De, kenalin itu namanya Alifa, calon pacar gue," ujar Eron sambil menatap Alifa yang melotot tidak percaya atas apa yang di lontarkan laki-laki tersebut.
Akila menyela, "Jangan mau Kak sama dia." Eron yang mendengar perkataan sang adik sontak terkejut menoleh ke arh sang adik.
"Lagi juga aku enggak minat sama abang kamu, dia playboy," kata Alifa membuat Akila mengangguk dengan antusias, laki-laki tersebut sontak menatap kedua gadis tersebut dengan sorot mata yang kesal.
"Udah Bang terima aja, lu ditakdirin jomblo akut," ujar Akila sambil tertawa membuat Alifa yang mendengar ikut tertawa pelan dan Eron melihatnya dengan jelas betapa cantiknya gadis dihadapannya ketika tertawa lepas.
Eron meliirik ke arah troli belanjaan gadis tersebut. "Lu stok cemilan juga?" tanya Eron.
"Kenapa emang? Salah?" tanya Alifa dengan ketus membuat Akila terkejut namun setelahnya ia tersenyum mengerti, bahwa gadis dihadapannnya termasuk susah untuk ditaklukin oleh abangnya tersebut.
"Yeuh lu gue kan cuman nanya," balas Eron dengan raut wajah cemberut.
"Jangan-jangan ini Kakak ini ya bang yang bikin lu murung tadi," kata Akila dengan to the point, Alifa yang mendengar sontak mengerutkan keningnya. "Murung?" tanya Alifa.
Eron jelas memejamkan matanya sejenak lalu membekap mulut adiknya tersebut. "Lif, gue duluan ya," kata Eron sambil perlahan mendorong sang adik untuk melangkah menjauh dari hadapan gadis tersebut.
Alifa jelas menatapnya heran, setelahnya ia menghendikkan bahunya seolah tidak ingin menambah beban pikirannya. Gadis tersebut kembali menyusuri rak-rak berisi cemilan.
"De, bacot lu bisa enggak jangan lemes gitu," kata Eron ketika sudah menjauh dari gadis tersebut.
Akila jelas mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Lah emang kenapa?" Eron jelas terdiam sejenak membuat Akila menatap curiga ke sang abang lalu berkata, "Ah jadi benar itu cewek yang buat lu murung pas pulang sekolah."
"Dia susah banget De didapetin," kata Eron dengan lesu, sambil melanjutkan langkahnya menuju kasir karena cemilan dan semuamya telah dibeli.
Akila menjawab, "Ketara si dari tadi cara ngomongnya ke lu. Terus lu masih mau berjuang?"
"Udah ditengah jalan masa iya gue berhenti, gue yakin dia bakap takluk sama gue kok," kata Eron dengan pedenya sambil menaikkan kedua alisnya menoleh ke arah sang adik.
Akila yang melihat sontak menggelengkan kepalanya pelan. "Pede lu jangan keterlaluan," balas Akila.
"Eh lu harusnya bersyukur De punya abang ganteng kaya gue," ujar Eron yang kini merasa sok ganteng walau sebenarnya ia memang ganteng, buktinya tak jarang banyak pengunjung supermarket tersebut menatap kagum ke laki-laki tersebut.
"Gue enggak bangga kalau ganteng lu dijadiin buat nyakitiin cewek, inget Bang gue juga cewek, jadi jangan sampai karma lu ke gue," jelas Akila membuat Eron tertegun sejenak bahkan menghentikan langkahnya.
Akila membalikkan badan ketika menyadari sang abang tidak ada disampingnya. "Bang! Ngapain diam, ayuk. Mamih kasihan dirumah sendirian," kata Akila membaut Eron tersadar lalu menghampiri sang adik, ia mengelus pelan pucuk rambut sang adik sambil tersenyum tipis.
Tanpa disangka, Eron dan Alifa kembali bertemu di dalam antrian kasir membuat keadaan canggung. "Eh ada Kakak lagi, Kakak naik apa? Mau bareng sama kita?" tanya Akila ketika melihat Alifa yang berada di antrian kasir samping.
"Enggak, makasih. Aku bawa mobil kok," balas Alifa membuat Akila hanya manggut-manggut saja.
Eron menatap lekat ke arah gadis tersebut, penampilan swagnya benar-benae menambahk kecantikan di diri gadis tersebut menurut Eron. "Lu kesini sendiri?" tanya Eron membuat Alifa yang sedang memainkan handphonenya menoleh ke arah Eron lalu mengangguk.
"Mau gue anter?" tanya Eron.
Alifa menatap jengah ke arah laki-laki tersebut sambil menjawab, "Enggak usah." Akila yang mendengar dan melihat tatapan malas dari Alifa jelas terkekeh pelan lalu melihat ke arah sang abangnya yang mati kutu.
Gadis tersebut membayar semua totalan yang tertera di layar kasir tersebut, setelah itu ia mengambil beberapa kantong belanjaan dan ditaruh ke dalam troli yang tadi dikenakan. "Aku duluan ya," kata Alifa sambil memegang lengan gadis yang berada di sampingnya.
Akila menoleh ke arah Alifa lalu menjawab, "Iya Kak, hati-hati dijalannya. Kapan-kapan kita harus ketemu lagi." Alifa yang mendengar antusias gadis tersebut mengangguk dengan senyuman, Akila melambaikan tangannya seraya mengiringi langkah kaki Alifa.
"Kok dia enggak pamitan sama gue?" tanya Eron yang ia kira bakal ditegur setelah pamitan dengan sang adiknya, namun sangat disayangkan itu hanya ekspetasinya.
Akila menoleh ke arah sumber suara lalu tertawa pelan. "Lu enggak penting Bang artinya buat dia," kata Akila membuat Eron yang mendengar sontak menoleh dengan tatapan sengit.
"Yeuh! Bocil dasar," ujar Eron.
Sedangkan di sisi lain Alifa telah masuk ke mobilnya setelah memasuki belanjaannya ke kursi belakang, gadis tersebut melajukan mobilnya keluar dari parkiran supermarket tersebut, ia juga menyetel lagu untuk menemani perjalanan menuju rumahnya. "Dunia sempit banget, kenapa bisa ketemu dia lagi dia lagi si," cetus Alifa yang tidak habis pikir.
Gadis tersebut menghela nafasnya perlahan sebelum berkata, "Supermarket emang 1 doang apa ya, kenapa dia harus di supermarket itu juga coba," oceh Alifa.
15 menit berlalu, Alifa memarkirkan mobilnya tepat di garasi rumahnya, ia turun dari mobil tidak lupa gadis tersebut membawa kantong belanjaan yang penuh dengan cemilan dan keperluannya melangkah masuk ke rumahnya. "Bu, Kakak pulang," kata Alifa.
"Kakak," ucap Kean ketika melihat sang Kakak melangkah ke arahnya.
"Kakak beli apa? Ada buat aku gak?" tanya Kean dengan gemasnya ketika melihat kantong belanjaan yang dibawa Alifa.
Gadis tersebut tersenyum tipis lalu melangkah ke arah ruang keluarga, ia menaruh 2 kantong belanjaan di atas meja membuat Kean penasaran. "Kamu beli banyak banget si Kak," kata Aning.
"Ini bukan buat aku doang kok Bu," balas Alifa sambil mengambil beberapa cemilan yang ia beli emang untuk sang Ibu sang asik-adiknya.
"Waw, abis belanja nih." Alifa yang menoleh ke arah sumber suara yaps Agung, adik keduanya. Agung menghampiri ruang keluarga dengan raut wajah membinar seolah tahu bahwa ia pasti dibelikan cemilan oleh sang Kakak.
"Tuh buat lu," balas Alifa.
Agung tersenyum kesenangan membuat gadis tersebut memutar bola matanya dengan jengah. "Abang, itu punya aku!" seru Kean ketika cemilan kesukaannya di ambil sengaja oleh Agung.
"Bang, kasih. Kamu kan sudah dibeliin yang lain," kata Aning.
"Gung!" Agung yang mendengar seruan panggilan dari sang Kakak jelas menghela nafasnya, ia memberikan cemilan kepada Kean yang membuat anak laki-laki tersebut tersenyum kesenangan. "Yeay, ini punya aku tau, wooo," ujar Kean sambil bersorak.
Alifa hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Bu, aku ke atas ya," kata Alifa membuat Aning hanya membalas dengan anggukan kecil saja.
Gadis tersebut melangkahkan kakinya menaiki anak tangga dengan kantong belanjaan yang ia bawa. Alifa memasuki kamarnya, tanpa pikir panjang ia langsung menata cemilannya agar tersusun rapih di laci meja nakasnya, dan sedangkan minumannya ia masukkan ke dalam kulkas kecil yang berada di samping meja nakasnya. "Nah gini dong lengkap sudah, untuk nonton drama kayanya aman buat beberapa minggu kedepan," gumam Alifa.
***
Eron melajukan mobilnya dengan kecepatan standar dengan lagu yang diputar oleh sang adik untuk menemaninya perjalanan pulangnya. "Bang, kayanya Ka Alifa asik ya," kata Akila membuat Eron yang mendengar sontak terkejut atas pernyataan sang adik.
"Asik? Astaga lu baru ketemu pertama kali De, coba jadin gue sehari aja apa lu masih bilang dia asik?" tanya Eron yang membuat Akila jelas mengerutkan keningnya bingung.
Akila bertanya, "Emang dia beda Bang?"
"Lu cuman dikasih lihat jinaknya, coba kalau dia jadi macan betina, gue yakin lu juga angkat tangan. Gue doang yang bertahan," jelas Eron dengan bangganya.
"Lu bertahan juga ada maunya, atau bisa jadi lu masih penasaran sama dia," balas Akila dengan santainya membuat laki-laki yang sedang fokus menyetir tertegun mendengarnya.
Eron lalu mengelak, "Ah sok tahu lu." Akila yang mendengar jawaban sang abang hanya menatap sekilas sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Bang, kalau ada yang nyakitiin gue. Menurut lu gimana?" tanya Akila membuat Eron mengernyitkan dahinya sambil bertanya, "Siapa yang nyakitiin lu? Kirim fotonya sekarang juga ke gue," cetus Eron.
Akila yang medengarnya tersenyum tipis lalu berkata, "Apaan si Bang, itu kalau misalkan Bang."
"Kenapa harus lu tanya menurut gue gimana? Lu pikir gue akan diam aja nglihat adik gue di sakitiin, kalau itu pikiran lu sorry aja gue enggak akan ngelakuin," jelas Eron dengan nada tegas, Akila yang mendengar terdiam sejenak menatap sang abangnya.
"Gue yakin lu bakal marah kok kalau gue disakitin, nah sekarang lu mikir kalau nyakitiin cewek apa keluarganya enggak akan marah? Enggak akan nghajar lu?" tanya Akila membuat Eron sontak mengerutkan keningnya.
Eron menyela, "Ntar dulu, kok jadi bahas gue. Gue enggak pernah nyakitiin De, gue juga sadar kalau gue punya adik perempuan."
"Kebanyakaan orang yang ngomong 'Gue enggak nyakitin' berarti secara enggak langsung dia nyakitiin tapi enggak sadar aja," ujar Akila.
"Ini kenapa adik gue jadi sok anak teori dah," balas Eron sambil terkekeh kecil.
Akila menghela nafasnya perlahan sebelum berkata, "Dirumah laki-laki cuman lu Bang, dan gue enggak mau lu ikutin jejak Papih yang nyakitiin Mamih, kalau lu ngelakuin hal itu cowok kaya gimana lagi yang harus gue percaya." Sambil menatap lurus ke arah Eron, laki-laki tersebut jelas tertegun mendengarnya.
"Oke oke gue enggak akan nyakitiin cewek manapun," balas Eron dengan yakin membuat Akila seamkin menatap dalam sang abang lalu membentuk senyum manis di bibirnya.
Eron kini telah memasuki area perumahannya, setelahnya ia melajukan mobilnya hingga menuju perkarangan rumahnya lalu memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu masuk rumahnya. Mereka berdua turun dari mobil sambil membawa kantong belanjaan sebanyak 4 kantong. "Lagi lu De beli cemilan si banyak banget," eluh Eron.
"Lah lah, sadar diri bos," balas Akila sambil melirik ke arah abangnya yang kini terkekeh mendengarnya.
"Sudah belanjanya?" tanya Jiya yang berada di ruang keluarga, kedua anaknya sontak langsung menghampiri keberadaannya.
Eron mengadu, "Akila Mih yang belanja banyak banget makanya lama."
Akila yang mendengar jawaban sang abang sontak melotot tidak percaya atas apa yang dikatakan oleh Eron. "Wah fitnah Mih abang, kita lama gara-gara abang ketemu cewek yang katanya calon pacarnya Mih," balas Akila membuat Jiya yang mendengar hanya terkekeh kecil lalu menoleh ke arah anak pertamanya yang kini menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
"Benar itu Abang? Ajak kesini dong kalau berani calon pacarnya," kata Jiya.
Eron yang baru saja ingin menjawa keburu di sela oleh Akila, "Gimana mau di ajak Mih, orang ceweknya aja kaya enggak respon abang." Sambil tertawa pelan membuat Eron yang mendengarnya memutar bola matanya jengah.
"Lemes banget ya Allah punya adek," gumam Eron.
Jiya berkata, "Wah, pesona kamu sudah turun Bang sampai tuh cewek enggak respon kamu."
"Macan kan emang susah untuk di taklukin Mih," kata Eron membuat Jiya mengerutkan keningnya mendengar perkataan anak pertamanya.
Akila menyela, "Ngelak aja lu bang." Wanita paruh baya tersebut hanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh kecil melihat tingkah kedua anaknya tersebut.
"Udah ah gue mau ke atas, males ngadepin lu, sakit hati mulu gue," cetus Eron lalu membawa kantong belanjaannya menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Laki-laki tersebut memasuki area kamar tidurnya, ia meletakkan kantong belanjaannya di atas sofa kamarnya, ia melangkah lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur king sizenya dengan helaan nafas yang melelahkan. Sedangkan di sisi lain Akila masih berada di ruang keluarganya bersama Mamihnya. "Calon pacar abang cantik enggak De?" tanya Jiya penasaran.
"Cantik Mih, baik juga si menurut aku," balas Akila membuat Jiya hanya manggut-manggut saja. "Mamih jadi penasaran," balas Jiya.
Akila mencetus, "Tapi kalau sama abang tatapannya tajam, dingin, datar gitu, kayanya dia tipe cewek yang susah di deketin si Mih."
Jiya membalas, "Bagus dong, biar abang kamu ada perjuangannya buat dapetin dia." Gadis tersebut menoleh ke arah sang Mamihnya sambil manggut-manggut seraya menyetuju perkataan Mamihnya.