BAB 5

283 Kata
"DARA ANANDA!" teriakan itu membuat Dara mematung, dia yakin berita kehamilan itu pasti sudah sampai di telinga orangtuanya. "Tadi waktu di kantor, Papa dapat telepon dari sekolah, kamu di-drop out karena hamil, betul?" Berbeda dengan Alan yang sudah memakai emosi, sang istri justru mengajak Dara untuk duduk dan bicara baik-baik. "Betul, Dara?" Dara mengangguk. "Maaf, Ma, Pa." "Siapa laki-laki itu?" tanya Ineke masih dengan lembut. "Pacar Dara, Ma." "Kamu punya pacar? Kok kami enggak tahu?" tanya Alan. Dara terkekeh. "Apa sih yang kalian tahu tentang Dara, tadi di sekolah ngapain aja, udah makan apa belum, atau sekadar nanya keadaan aku, kalian nggak peduli akan hal itu. Yang kalian peduli kerjaan dan bisnis." Alan langsung menampar pipi Dara dengan keras. "Kami bekerja itu untuk memenuhi semua kebutuhan kamu, bukan kami nggak peduli, Dara!" "Yang Dara butuhin bukan harta, tapi perhatian dari kalian. Kalian tahu kan Dara bukan orang yang suka pacaran, tapi karena Dara benar-benar muak dengan kesibukan kalian, sampai akhirnya Dara mencari perhatian dari luar sana, dan dia yang berhasil memberikan itu semua, walau akhirnya dia merenggut kehormatan Dara." Alan mengembuskan napas pelan. Egonya terlalu tinggi untuk mengatakan kata maaf kepada putrinya itu. "Kamu harus menikah dengan dia. Antar Papa ke rumahnya." "Nggak mungkin, Pa. Keyakinan kita berbeda." Alan dan Ineke tambah pusing dengan permasalahan Dara yang rumit ini. "Gugurkan!" ujar Alan dengan begitu entengnya. "PAPA!" teriak Ineke. "Nggak ada. Ini cucu kita." "Lalu?" "Mama ada ide." Dara menatap mata Ineke. "Ide apa, Ma?" Tanpa menjawab pertanyaan Dara, Ineke langsung beranjak dari tempatnya dan menggandengan tangan Alan ke kamar. Dara mengelus perutnya yang masih datar. "Kita kuat bersama ya, Sayang. Tolong jangan rewel sampai kamu lahir ke dunia ini, Mama mohon kerjasamanya." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN