BAB 6

1008 Kata
Hujan kembali menguyuri bumi sore hari ini, membuat Fajar kembali kehujanan. Ia sempat memaksakan untuk berjalan dari rektorat ke gedung fakultas yang berada sekita 500 meter, awalnya hanya hujan gerimis kecil itulah sebabnya Fajar membiarkan dirinya dibasahi oleh rintik hujan. Toh tidak akan membuatnya basah kuyup, pikir Fajar. Tapi, ternyata saat ia hampir sampai di gedung Fakultas yang terjadi malah hujan yang turun tiba-tiba menjadi lebih deras membuat Fajar cukup berlari-lari dibalik hujan menuju gedung yang berada 50 meter dihadapannya. Untungnya saat ia sampai pakaiannya tidak terlalu basah, karena ia sudah berlari secepat mungkin. Hanya saja yang ada napasnya yang menggebu-gebu karena akibat dari larinya tadi. "Pak Fajar mandi hujan?" tanya seorang wanita yang tiba-tiba muncul di hadapan Fajar. "Eh, enggak bu. Kebetulan aja hujan," jawab Fajar singkat. "Waduh, dingin Pak. Lebih baik minum kopi biar hangatan, mau saya buatin?" "Gak usah Bu Lis, saya mau langsung naik saja. Duluan ya bu," ucap Fajar lalu berjalan meninggalkan bu Lis yang menatap Fajar dari jauh. Fajar langsung saja masuk ke dalam ruang dosen. Seperti keadaanya datang tadi pagi, kini ruangan dosen tetap sepi karena jam pulang sudah mulai berlaku. Hanya ada beberapa dosen saja yang masih bertahan dan disibukan dengan berbagai tumpukan kertas. "Pak Fajar udah masuk ngajar?" tanya pak Heri yang mejanya tepat berada di sebelah meja Fajar. Terlihat ia baru saja menatikan komputernya, dan kini tengah memasukan barang-barangnya ke dalam tas. "Saja ada jadwal besok Pak, kalo hari ini saya free." Fajar menanggapi dengan ramah, bagaimanapun ia tak boleh terlihat tidak ramah apalagi di depan dosen yang sudah lebih senior daripadanya. "Ngajar di kelas mana Pak?" tanya pak Heri lagi, kali ini ia baru saja bangkit dari tempat duduknya membawa sebuah botol dan memgarahkannya kepada dispenser. "Ekologi 2 Pak," jawab Fajar santai. "Anak Ekologi 2 asik Pak, tapi itu kalau lagi kumat malesnya agak ngebosenin. Tapi asik kok," jelas pak Heri yang kembali lagi ke kursinya lalu meminum air yang tadi ia isi ke dalam botol minumnya. "Iya Pak, doakan saja lancar." "Oh iya, pasti itu saya doakan. Pak Fajar saya pulang duluan ya, bapak belum mau pulang?" tanya pak Heri. "Sebentar lagi Pak, saya mau ngecek labor dulu. Praktikum terakhir 'kan sore," saut Fajar. Pak Heri lalu mengangguk dan berpamitan untuk pulang terlebih duluan. Tak lama dari pak Heri yang meninggalkan ruangan, Fajar bangkit dari tempatnya duduk dengan membawa tas punggungnya. Ia berjalan menuju labor untuk mengecek kembali perlengkapan yang di pinjam. "Dona gimana apakah sudah dikembalikan semua?" tanya Fajar kepada Dona yang merupakan asisten labor. "Untuk praktikum terakhir belum Pak, jadwal mereka selesai 5 menit lagi." "Baiklah, kamu susun kembali alat non kaca ke tempatnya ya. Biar saya yang nyusun alat kaca dan gelas," perintah Fajar yang langsung di angguki oleh Dona. Fajar meletakkan tasnya ke dalam loker yang berada tak jauh dari meja Dona. Ia menggulung lengan kemejanya sampai ke siku, lalu mengambil jas labor yang tergantung di dalam lemari. Tak lupa, ia mengambil masker dan memakainya. Fajar langsung saja menindahkan peralatan kaca dan gelas yang berada di dalam keranjang ke ruangan penyimpanan. Ia mengambil kertas yang berisi daftar alat yang dipinjam besok, lalu kembali menyusunnya di dalam keranjang. Sehingga, Fajar hanya perlu kembali meletakkan peralatan yang sekiranya tidak ada di daftar pinjam yang berada di dalam keranjang kembali ke tempatnya. "Permisi," ucap suara lembut yang baru saja memasuki ruang labor. "Salsa sudah selesai?" tanya Dona pada sosok perempuan yang memakai masker lengkap dengan jas labor sepertinya. "Sudah Bu, ini sudah saya bersihkan." "Letakkan di atas meja saja ya," perintah Dona yang langsung saja dilakukan oleh Salsa. Dari balik kaca Fajar terus saja memandangi sosok perempuan yang berada di balik kaca. Fajar merasa aneh dengan perempuan itu, ia merasa suara perempuan itu tidak asing di pendengarannya. "Sudah Bu, kalau begitu saya permisi." Perempuan tersebut menghilang dari balik pintu meninggalkan kebingungan yang masih saja mengusik Fajar. "Asisten dosen?" tanya Fajar pada Dona yang kini berada di satu ruangan bersamanya. "Bukan Pak, itu Salsa asistennya labornya pak Dayat." Fajar mengangguk-angguk mengerti mendengarkan penjelasan Dona. Fajar memilih untuk tidak banyak bertanya dan kembali menyelesaikan kegiatannya menyusun kembali peralatan labor. Meski begitu, pertanyaan-pertanyaan yang mengusik Fajar masih saja menenuhi pikirannya. Bukannya malah menghilang, seakan-akan semakin banyak pertanyaan yang mengusik dirinya mengenai perempuan itu. Fajar menarik napasnya kasar lalu menghembuskannya, ia kembali berusaha untuk tidak terlalu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang menghiasi pikirannya. Sebenarnya Fajar hanya pura-pura tidak tahu jika Salsa adalah asisten dosen, ia hanya ingin tahu lebih banyak tentang gadis yang beberapa hari ini selalu ditanyakan oleh Habib. Ia bahkan tidak mengerti mengapa Habib mencari-carinya, padahal mereka jelas saja baru ketemu. Dari hal yang sudah kudapat, ternyata Salsa tinggal bersama kakaknya yang tengah menyiapkan wisuda. Tidak ada hal lain yang kuketahui, karena memang Salsa dikenal dengan mahasiswi yang cukup berprestasi. Ia bahkan sempat ikut serta dalam proyek penelitian dosen, itu sebabnya banyak dosen yang menawarkannya menjadi asisten praktikum namun ia selalu menjadi asisten pak Dayat, entah apa alasannya. "Gimana apa semua alat baik-baik aja?" "Iya Pak, sudah saya cek. Besok ada 3 kelas yang pakai labor, kayaknya bakal sampe habis magrib." "Besok ya, sepertinya saya ada kerjaan di luar. Kamu bisa 'kan mengatasinya sendiri, apa saya perlu carikan asisten?" "Gak apa-apa Pak, jam terakhir kelasnya pak Dayat. Biasanya Salsa suka bantuin kok Pak," ucap Dona yang dijawab anggukan dari Fajar. "Kalau gitu, ini saya kasih uang. Kalian beli makan berdua, pasti capek 'kan." Fajar mengeluarkan dompetnya mengeluarkan selembar uang seratus ribuan dan menyodorkannya pada Dona. "Eh, gak perlu pak." "Gak apa-apa, kamu beli makanan aja sama Salsa. Saya malah gak enak karena gak datang," ujae Fajar merasa bersalah. "Gak apa-apa, 'kan bapak ada kerjaan di luar." "Ya sudah, saya ngajar dulu. Nanti kalo kelas habis langsung kunci aja," ucap Fajar memberi perintah. Ia membawa lagi tas ranselnya lalu berjalan keluar dari laboratorium, ia memiliki satu kelas lagi hari ini. Apalagi, minggu depan sudah mulai masuk ujian tengah semester ada banyak materi yang harus dijelaskan ulang. Fajar tidak ingin murid di kelasnya mendapatkan nilai rendah diujiannya. Karena prinsipnya hanya akan memberikan nilai asli sesuai kemampuan mereka tanpa ada nilai tambahan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN