(7 tahun) Duda yang masih Normal.

1091 Kata
“Daddy, tadi kan kita ke tempat kak Lara.” Merasa tidak diperhatikan oleh Aiden, Kadita menepuk paha pria duda itu. “Apa sayang?” “Daddy kenapa nggak jemput tadi?” Pria itu meletakkan ponselnya lalu mendengar curhatan anak tertuanya. “Daddy, kan sibuk. Ohya nanti di sini sama asisten, ya!” “Daddy, kita mau nginap di rumah kak Lara. Daddy kan mau ke luar kota.” “Nggak usah ngerepotin gitu, sayang. Daddy nggak mau kalian repotin orang lain.” Riko datang membawakan kopi untuk Aiden lalu mengambil ponselnya lagi dan membuka game. “Kak Lara sendiri bolehin kok.” Aiden menoleh ke arah anaknya, Riko memiliki sikap dingin. Jarang bicara, dan jarang sekali dekat dengannya. Meskipun terdengar sangat dingin, tapi anaknya menurut. “Lagian Daddy kenapa harus ke luar kota? Kenapa nggak coba dekati Kak Lara gitu? Kita setuju kalau Kak Lara jadi Mommy baru. Lagian, ya. Nggak ada tuh yang dekat sama kami selain Kak Lara.” Aiden baru saja jadian dengan seorang wanita yang berusia dua puluh dua tahun. Wanita itu bahkan mengajaknya keluar malam ini. “Daddy mana bisa. Daddy punya pacar.” “Daddy kenapa nggak pernah serius?” “Tiap kali Daddy mau serius, ada kalian. Kalian menghalangi, kan.” Kadita tidak suka kalau disebut sebagai yang menghalangi untuk pasangan Aiden. “Daddy aja yang mau sama janda. Terus kalau Daddy pilih janda, setidaknya pacar Daddy itu perhatian sama kita. Masa Daddy dituntut peduli sama dia. Terus dia nggak mau peduli sama kita. Kak Lara yang bukan siapa-siapa aja tetap mengabari kami tiap malam. Nanyain kami udah tidur apa belum.” “Daddy nggak pernah kepikiran nikah sama dia, lagian kalian jangan berharap banyak. Daddy nggak ada perasaan.” “Ya Daddy nggak pernah mau coba. Kalau Daddy buka hati buat Kak Lara. Terus dekati, apa salahnya?” Dia merangkul kedua anaknya. “Emang sebaik apa Kak Lara sama kalian?” “Tadi kami tidur siang di kamarnya. Terus aku dimasakin, nah belum lagi Kak Lara itu sampai cuci jaket aku lho. Ini yang aku pakai sekarang, ini masih harum. Parfum Kak Lara. kalau Daddy nikah sama dia, kita setuju kok kalau Daddy nikah terus kami punya adik lagi.” Usul Riko ketika duduk menekuk lututnya di atas sofa sambil bermain game. Namun ia masih tetap mendengarkan ucapan Aiden. Pria itu hanya tertawa mendengar anaknya. Dia masih muda, masih suka dengan wanita muda juga. Kekasihnya juga masih muda, jadi Aiden harus bisa menempatkan diri dengan cara yang baik. Soal Lara, dia tidak pernah berpikiran untuk membuka hati. Lagi pula dia tidak tertarik dengan wanita itu. “Nanti malam Daddy mau pergi.” “Lho ini kan udah malam?” tanya Kadita ketika melihat jam di tangannya. Maksud Aiden adalah untuk berkencan dengan kekasihnya. “Nanti sekitar jam sembilan gitu.” “Daddy emang ada gitu perempuan yang boleh keluar jam sembilan gitu? Kok bebas banget?” “Dia kan tinggal sendirian. Tenang aja kalau ini baik, Daddy kenalin ke kalian. Yang kemarin udah putus. Kalian kan nggak suka.” “Umurnya?” “Dua puluh dua, masih muda. Masih cantik, seksi. Yang jelas cantik banget.” “Awas nanti diporotin. Daddy kan kaya, duda kaya. Kalau karena kaya doang Daddy diincar, aku racuni dia.” Jawab Riko yang memberikan kesempatan pria itu untuk lebih dekat lagi dengan siapa pun. Namun rencana mereka tetap sama, yaitu mendekatkan Aiden dengan Lara. Janjinya dengan Kadita harus bisa terwujud menyatukan daddy dengan Lara. “Hahahaha... kalian kenapa kompak banget?” “Ya kan Daddy juga boleh nih kencan. Kita juga boleh dong kalau nginap di rumah Kak Lara.” “Terserah kalian deh. Daddy nggak bakalan larang. Yang penting kalian jangan ngrepotin, Kadita harus bantuin masak. Riko harus bantu papanya Kak Lara kerjain apa aja. Kan Daddy sering ajarin di rumah nggak boleh manja. Abis tidur tuh rapiin tempat tidur.” “Selama Daddy di luar kota lho. Kita udah izin soalnya.” “Iya silakan aja. Daddy nggak bakalan keberatan.” Kadita dan Riko tos sambil bersorak yes karena diberi izin oleh Aiden. “Daddy boleh kencan nggak nih?” “Boleh, tapi nanti Daddy harus ingat pulang!” “Iya dong. Ya udah kalian ada PR nggak nih? Biar Daddy temenin ngerjain, nanti jam sembilan Daddy mau pergi soalnya.” “Udah kelar, Daddy. Tadi kerjain di tempat kak Lara.” “Bagus, les gimana? Lancar kan?” “Banget ... aku mau olimpiade fisika nanti Daddy. Tapi didampingi kak Lara kok.” “Kenapa kamu nggak pernah mau didampingi sama Mommy?” Kadita menggeleng dan masih marah dengan wanita yang sudah melahirkannya itu, meskipun Aiden sudah sering mengingatkan agar dia tidak benci terhadap wanita yang melahirkannya. Tetap saja Kadita merasa dikhianati oleh wanita itu. “Daddy ...” Kadita yang menjadi saksi bahwa dulu luka itu begitu besar dan menganga di dalam hatinya. Mendengar anaknya memanggil dengan suara parau dan memeluknya erat. Dia tahu kalau anaknya masih benci sekali dengan mantan istrinya Aiden. “Daddy ngerti, jadi kalau mau ditemani kak Lara, silakan! Kalau Daddy ada waktu nanti, Daddy nyusul.” Dia mencium kepalanya Kadita. Aiden sering sekali patah hati kalau diminta anaknya untuk putus. Dan sekarang Kadita masih sangat membenci wanita yang pernah melahirkannya. Katanya jika dia seorang ibu, tidak akan pernah meninggalkan anaknya meskipun suaminya waktu itu bukan dari pria kaya. Karena sudah memilih untuk hidup dengan pria itu, maka apa pun keadaannya harus diterima. Aiden paham tentang hal ini. Sedikit pun dia tidak pernah memaksa anaknya untuk memilih memaafkan. Dia tahu bahwa luka Kadita juga memang harus sembuh dengan sendirinya. Tapi mantan istrinya itu memang keterlaluan dulu. “Ya udah kalian istirahat! Daddy berangkat aja kalau gitu. Biar cepat pulang.” Anak-anaknya menurut. “Daddy hati-hati, ya!” “Iya.” Dia menghabiskan minuman yang sudah disiapkan oleh anaknya. Mana mungkin Aiden melewatkannya karena ini buatan putranya sendiri. Dia akan mengenalkan wanita yang di dekatinya jika dirasa sudah cocok menjadi ibu tiri dari anak-anaknya. Meski keduanya setuju dia mendekati Lara. Tapi bagi Aiden perasaan itu tidak bisa dibohongi. Sampai di apartemen Novi, dia dipersilakan masuk oleh kekasihnya. Aiden pria normal, dia juga sering melakukan hubungan badan dengan mantan kekasihnya. Aiden tidak pernah memaksa, kekasihnya rata-rata mau diajak berhubungan atas dasar suka sama suka. Maka dia tidak akan memaksa jika kekasihnya menolak. Bahkan sekarang dia bisa menyentuh wanita ini hanya dengan satu kali sentuhan. Ia mengajak wanita ini masuk ke kamar. Sampai terjadi hal yang memang menjadi kebutuhannya. Yaitu kebutuhan biologisnya. Belasan tahun menduda, Aiden bukan pria yang bisa menahan hasratnya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN