Ashel mendengus merasakan matanya yang tak kunjung bisa tertidur. Agak kesal dengan mata yang terus melotot, Ashel mengambil bantal guling dan mengayunkannya kuat-kuat untuk menutup telinga supaya telinganya tidak mendengar suara apapun yang mengganggu. Namun ujung bantal malah menghantam muka Fariz di belakang.
Fariz terkejut dan terduduk.
“Ashel!” pekik Fariz membuat Ashel ikut duduk.
“Ada apa?” Ashel pura-pura tidak tahu.
“Kamu ngegampar mukaku, ya?”
“Iiih... ngigau kali. Kurang kerjaan banget aku ngegampar mukamu. Mending aku tidur dari pada pegang-pegang badan kamu,” celetuk Ashel.
“Jangan bohong!” desak Fariz dan bergerak maju.
“Kamu mau ngapain?” Ashel membelalak melihat tangan Fariz yang menjulur ke arahnya.
“Mau kasih kamu hukuman.”
Ashel mundur, menarik diri perl
