Danira mengalah dengan menuruti Bara untuk pulang esok harinya. Laki-laki itu dengan nada kaku luar biasa akhirnya mau sedikit berbicara dengan anaknya melalui telepon. "Saya tidak mampir nggak apa-apa ya?" tanya Bara begitu mereka sudah hampir sampai di rumah orang tua Danira. Bara juga sadar diri, Ayah Danira terlihat tidak begitu menyukainya sejak pertama kali mereka bertemu entah apa alasannya. "Nggak apa-apa, minggu depan saya pulangnya tidak usah di jemput." Bara mengangguk, dia bukan seorang suami sungguhan yang akan dengan sangat perhatian mengantar jemput isterinya. Dia mau mengantar Danira pagi ini hanya sebatas kemanusiaan saja karena wanita itu baru saja sembuh dari sakit. Bara harus segera pulang dan berangkat ke kantor, tanpa adanya Danira pekerjaannya menjadi lebih ba