Bukan tanpa sebab Bara sedikit segan untuk menolak permintaan Jihan, karena di masa lalu ia punya sedikit hutang budi pada temannya itu. Tapi jika rumah tangganya yang menjadi taruhan lebih baik ia bersikap tegas pada Jihan jika suatu hari dia meminta untuk di temani dalam waktu lama seperti tadi. Mungkin mulai saat ini, kemana pun ia pergi harus bersama Danira termasuk ke kantor. Dan PR-nya adalah, bagaimana cara ia bisa memperoleh maaf dari isterinya untuk membicarakan semua ini. Bara menyusul Danira ke kamar, di sana ia melihat isterinya yang sudah bersiap pergi. "Mau kemana Ra?" tanya Bara dengan jantung berdebar. Ia tak mungkin melupakan ancaman isterinya, meskipun dia tidak berselingkuh tapi mungkin itu yang Danira sangkakan. "Mau ke rumah Mama, kangen Zio." "Nggak nginep kan?"