" Lepaskan aku !!". Ujarnya menjauh
" Blake please, maafin aku, aku gak bermaksud..." Sherin berusaha menggapainya.
" Tolong Sherrin jauhi aku.. aku tidak ingin begini. Tolong jangan mengganguku." Blake akhirnya mengalah pada gadis yang sejak tadi mengikutinya.
" Aku sangat mencintaimu Blake !". Paksa Sherin dengan wajah memerah
Pemuda itu menggeleng pelan lalu berbalik menuju pintu.
" Blake dengarkan aku atau kau akan menyesal ". Ancam Sherrin frustasi. Mendengar itu blake menghentikan langkahnya lalu menatap tajam wajah cantik didepannya.
" Apa maumu sebenarnya sherrin??". Ucapnya datar
" Kau tahu apa yang aku mau kan ". Sherrin melangkah kearah pemuda itu kemudian menatapnya lekat.
" Aku tidak peduli Sherrin. lakukan apa yang kamu mau, hubungan kita sudah selesai. Jangan memaksaku!" Blake hendak membuka pintunya . Namun...
" Apa kau mau video video saat kita masih berhubungan dulu tersebar Blake ??".
DEG
Cinta terkadang tidak berbeda dengan keegoisan. Dan keegoisan selalu mendatangkan paksaan dan rasa ingin memiliki " Karna tak semua orang tahan dengan sakitnya kehilangan."
Blake menatap Sherrin sendu
" Kau sangat naif dan sebagai pria yg tak punya apa apa kau terlalu sombong blake. Kau tahu aku sangat mencintaimu kan.. ". Paksa Sherrin dengan gurat wajah penuh kecewa
" Video apa yang kau maksud ?". Tanya Blake dengan wajah pucat. Sherrin tersenyum lalu membelai wajah elok didepannya lembut.
" Video masa lalumu, bukti kegelapan sisimu dan semua yang akan membayangimu seumur hidup, kau tentu tidak melupakan bagaimana kau bertahan hidup dimasa lalu ka Blake? Terutama saat kau merelakan harga dirimu dibeli, hidupmu gelap blake. Aku memberimu cukup uang agar kau berhenti karna aku sangat menyukaimu sebagai balasannya kau jadi pacarku dan hanya tidur denganku.. apa kau ingat semua itu hah?? Kau pikir siapa dirimu hmm..?? Pria tampan yang pintar dan sok populer. Kau ini kotor Blake. Kau sadar siapa dirimu?". Ucap Sherrin penuh penekanan.
Ditatapnya wajah tampan Blake yang mulai memerah, bulu mata lentiknya basah. Mata birunya berair lalu setetes bulir bening mengalir disana
" Hentikan.. itu sudah 4 tahun yang lalu.. kau tidak berhak mengulang masa laluku, tolong hentikan " Ucapnya terbata.
" Aku bisa mengerti karna aku sangat mencintaimu Blake. Tapi bagaimana jika semua orang tahu? bagaimana jika Avan tahu, kau akan hancur ". Sherin memerah.
" Sherrin please jangan lakukan ini padaku.. aku mohon menjauhlah dari hidupku, kau tahu aku berusaha keras demi ayahku untuk masuk kesekolah ini dengan jalur beasiswa. Aku ingin melupakan semuanya" . Ucap Blake memohon
" Dan perlu kau tahu Blake.. aku punya Video masa lalu kita. Kalau kau terus menolakku, maafkan aku jika aku menenggelamkanmu dilautan kegelapan. Aku ingin kau mengerti kalau aku sangat mencintaimu. Aku bisa melakukan apapun untuk memilikimu ". Ucap Sherrin mengancam. Walaupun sebenarnya ia juga terpaksa.
Gadis itu kemudian memeluk Blake erat. Pemuda yang menangis itu. Lalu berbisik ditelinganya
" Jangan menjauhiku lagi. Hanya itu yang aku mau."
Blake hanya bisa diam mematung.
Hidup ini benar benar tidak adil padaku
Tidak adil..
" Apa kau mengerti kata kataku Blake?". Tanya Sherrin lagi.
" Ya ". Jawabnya singkat lalu membuka pintu lab dan melangkah pergi meninggalkan Sherin yang tersenyum menatapnya.
Maafkan aku Blake..
Aku hanya..
Tidak mau kehilanganmu..
Dia menarik nafas lega. Lalu hendak beranjak dari laboratorium sembari melihat arloji yang melingkar manis ditangannya. Namun....
" Kau ". Wajahnya terdongak kaget saat tiba tiba seseorang muncul dari balik pintu lalu menahan tangannya kuat. Pemuda itu berdiri manis dengan kemeja putihnya.
" Avan sedang apa kau disini hah ?".
" Aku mendengar semuanya. jadi.. dia mantan mainanmu ya, ckckck aku tidak menyangka kebenarannya akan sehebat itu." Sindir Avan memainkan matanya.
" Ini bukan urusanmu. Jaga saja mulutmu itu !!". Gugup Sherrin memalingkan wajah.
" Dan dia juga seorang pemuda bayaran ya? Waw ini akan jadi viral, murid SMU private ini rupanya seorang pria bayaran. Bagaimana menurutmu?." Avan tersenyum puas seolah mendapat kartu As ditangan untuk mematikan lawan.
" Diam kau avan! Jaga mulutmu atau aku akan menghajarmu!." Ancam Sherrin menatap nyalang sosok dewa didepannya. Tapi, ekspresi Avan tiba tiba berubah. Ia melonggarkan cekalannya ditangan Sherin lalu tersenyum bak malaikat
" Dengarkan aku baik baik.. Aku bisa membantumu mendapatkan Blake ." Bisiknya membuat kening Sherrin berkerut.
" Tapi dengan satu Syarat." Avan mendekati telinga Sherin. Lalu...
" Serahkan Video itu padaku.. dan akan kubuat Blake menjadi anjing peliharaanmu seumur hidup." Senyumnya. Dan...
" Plash".
Pemuda itu mematung seketika setelah tanpa diduga sebuah tamparan mendarat diwajahnya.
" Pergi saja keneraka!." Tekan Sherrin lalu menabrak pundaknya kasar dan beranjak begitu saja meninggalkannya.
Akan kubalas kau nanti.
Jemari Avanpun mengepal kuat.
☆☆☆
Blake terduduk di bangkunya dengan wajah pucat dan mata memerah. Tangannya meraih sebuah buku dari tasnya lalu membukanya pelan.
" Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku Sherrin, kau satu satunya gadis yang pernah aku cintai dengan tulus ini sangat menyakitkan buatku." Ucapnya getir, suaranya terdengar serak. Ia memegang dadanya yang terasa nyilu jika mengingat kata kata Sherin tadi.
Aku Michael Blake
Kehidupanku dengan ayahku Cristian datar datar saja
Sejak kecil aku tahu dia bukanlah ayah kandungku
Dia mengatakan itu tanpa memberi tahu siapa kedua orang tuaku
Bagiku itu tidak perlu karna aku tahu mereka tidak peduli padaku.
Aku adalah siswa berprestasi sejak duduk dibangku sekolah dasar.
Hanya saja nasibku kurang beruntung, hidup sangat kekurangan menjebakku kedalam dunia gelap.
Aku mempertaruhkan harga diriku demi pengobatan Christian dulu. Terjebak dalam hiruk pikuk dunia gelap yang mencekik leher.
Aku tenggelam dalam dunia ini...
Saat aku menginjak bangku SMP
Aku dikenalkan temanku dengan seorang wanita berusia 38 tahun.
Aku harus membayar sekolah dan biaya kontrak rumah yang nunggak selama 5 bulan.
Aku cukup tampan dan menarik bagi wanita itu. Walau sebenarnya ini menjijikkan untukku, merelakan diriku menjadi mainan baginya.
Aku hanya tidak ingin menjadi beban untuk ayah
Dan semua itu berlanjut
Kalian pasti tau setelah itu kegelapan apa yang memelukku. Dan pada akhirnya ayahku tahu hal ini. Ia menangis selama 1 minggu dan terus berkata dia gagal mengasuhku.
betapa hinanya aku ini
Bahkan tidak pantas disebut manusia
Hingga gadis itu datang dalam hidupku. Awalnya aku pikir dia juga menyukai tubuhku saja . Dia membayarku agar menjadi kekasihnya selama setahun. Setidaknya ini cukup baik dari pada aku harus menjual diri.
Dia memperlakukan aku dengan sangat baik dan ini benar benar membawaku untuk berhenti dari dunia kotorku.
Aku mencintainya..
Tapi dia juga akhirnya meninggalkan aku.
Tuhan..
Aku juga ingin menjadi manusia yang layak
Tak bisakah aku hidup dengan damai?Aku berusaha keras meraih beasiswa di sekolah private ini. Sambil bekerja paruh waktu diluar sana.
Aku ingin menjadi pria yang baik..
Blake menidurkan kepalanya dimejanya. Ia tak ingin siapapun melihat air matanya, sampai akhirnya teman temannya masuk dan pelajaranpun dimulai.
Tidak seperti biasanya, Blake hanya berdiam mendengarkan penjelasan guru fisika hari itu tanpa sekalipun menjawab pertanyaannya.
" Blake apa kau sakit?". Tanya gurunya menatap wajah pucat Blake yang hanya diam.
Avan tersenyum sinis meliriknya.
" Aku tidak apa apa." Jawab Blake datar.
" Benarkah... astaga kulitmu panas sekali." Celetuk guru itu kemudian meraba lengan pucat Blake.
" Mungkin dia lelah dengan aktifitasnya dimalam hari bu." Celetuk Avan. Blake menatapnya tajam.
Apalagi maksud anak ini?
" Avan.. apa maksudmu?". Tanya guru itu tak mengerti.
Avan hanya menggigit bibir sexinya lalu memainkan mata tak menjawab.
" Blake apa kau bekerja dimalam hari nak?". Tanya guru itu prihatin.
" Aku tidak apa apa bu lanjutkan saja pelajarannya." Jawab Blake dingin. Mendengar itu Avan kembali menoleh
" Dia tidak akan menjawab apa pekerjaannya bu.. mungkin pekerjaan itu ada sangkut paut dengan harga dirinya." Tawa Avan .
Mendengar celetukan itu Blake mengerti. Tangannya mengepal erat, ia kemudian berdiri
" Aku bekerja karna aku bukan anak kaya yang manja dan tergantung dengan orang tua. Paham?." Bentaknya emosi lalu beranjak keluar
" Blakeeee!." Teriak gurunya.
Namun pemuda itu sama sekali tidak mendengarkan dan berlalu begitu saja.
" Avann kau.. ah.. ".
" Sudahlah abaikan saja dia." Avan memutar bola matanya sinis kemudian kembali menatap papan didepannya seolah tak terjadi apapun. Seluruh siswa saling berbisik dengan kejadian barusan.
Blake menghilang dari sekolah. Ia memilih pergi kesebuah proyek bangunan dan mengganti pakaiannya. Pekerjaan paruh waktu...
" Tumben kau datang sepagi ini." Sapa seorang pria berkulit legam menepuk pundaknya. Blake hanya tersenyum lalu mulai membantu mengangkut batu dan pasir.
Ya, disanalah dia bekerja..
Menjadi apapun yang dia bisa untuk membantu ayahnya Cristian. Dibalik sikap dinginnya, dia adalah pemuda yang baik.
" Blake apa kau baik baik saja. kau sangat pucat?." Tanya orang itu lagi kemudian menghampiri.
" Aku tidak apa apa santai saja, apa lagi yang harus aku kerjakan?". Senyumnya. Benar, wajahnya sangat pucat siang itu.
" Kau naiklah ke lantai dua dan bantu memasang semen disana. Angkut batu ini kesana. Kau mengerti nak?". Perintah orang itu.
" Siaaappp!" Senyum manisnya kemudian dengan cekatan mengangkut batu dipundaknya.
Pria berkulit hitam itu menggeleng geleng pelan.
" Tampang kota rejeki desa. Kalau aku jadi dia aku tdk akan bekerja cukup meminta gadis yang menatapku membayar... hahahaha." Ucapnya.
Tapi tiba tiba sebuah tragedi terjadi
Tragedi yang akan mengubah segalanya...
Saat hampir tiba dilantai dua, seluruhnya terasa berputar di kepala pemuda 17 tahun itu. Hingga...
" Bruakkkk."
" Ada yang jatuuuhhh!!." Seru semua pekerja bersamaan dengan seonggok tubuh yang tergeletak dilantai bawah sana
" Astaga...Blake jatuh... ". Teriak mereka lagi.
Pemuda itu tergeletak dengan tubuh tertimpa batu dan kepala yang seolah banjir dengan darah.
" Sakit." Ucapnya menggelinjang sebelum akhirnya tak sadarkan diri.
***
Cristian berlari tergopoh gopoh mendengar kabar itu. Dia langsung menuju ke puskesmas terdekat.
Sementara itu.
Suster muda yang hendak memeriksa Blake meminta semua pekerja yang ikut menunggu diluar.
" Tampan sekali ". Senyumnya manis sambil membelai wajah elok yang terpejam itu. Perlahan, dibukanya kemeja Blake yang penuh darah lalu menatap tubuhnya lekat
" Benar benar smpurnya." Senyumnya kagum.
" Kita lihat apa yang ini juga cidera " Bisiknya dengan d**a berdegup kencang seraya hendak melepas bagian celana pemuda malang itu.
Tapi untungnya...
" Blakeeee!!".
" BrakKk." Seseorang tiba tiba membuka pintu membuat suster itu mendengus kesal.
" Anakku.. ya tuhaannn ". Serunya tak lain adalah Cristian. Suster itu berdecak lirih lalu melangkah keluar.
" Sayang... kau panas sekali.. ya tuhannn tuan Joann maafkan sayaa .. saya tidak bisa menjaga putra anda ". Tangis Cristian memeluk Blake.
" Ayah.. punggungku sakit." Igau Blake ditengah tak sadarnya.
" Punggung??". Perlahan Cristian membalikkan tubuh itu..
Namun...
" Astaga !!". Matanya membulat kaget tak percaya. Tangan tuanya gemetar.. bagaimana tidak, dia melihat bulu bulu putih halus tumbuh disemua punggung Blake lalu perlahan menghilang dan kembali seperti semula.
Setelah itu kulitnya mulai dingin kembali. Cristian terduduk lemas melihat hal itu. Seolah wajah Joan menari dimatanya. Dilihat dari manapun Blake memang mirip dengannya.
" Inikah takdir itu?." Ucapnya membelai wajah Blake lembut.. dia menangis
" Kasihan sekali kau tuan muda ".
***
Sherrin melangkah cepat usai jam pelajaran sekolahnya sore itu.
Dia mendengar Blakenya pulang lebih awal karena sakit. Dengan wajah cemas, gadis itu menuju parkiran dan melaju bersama Ferrarynya.
Beberapa saat, ia menyetir dalam keadaan kalut, hingga.. tatapannya tertuju pada sebuah mobil sport yang terparkir dipinggir jalan.
Bukankah itu.. mobil si tengil itu??
- Batinnya menyadari.
Rasa penasaran mengalahkannya untuk mendekat dan memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana.
Benar saja.
Itu benar benar Avan.
Tapi apa yang dia lakukan??
Dipinggir jalan??
Sherrin semakin mengerutkan keningnya saat melihat Avan tampak begitu riang dengan beberapa kotak nasi ditangannya.
" Benarkah yang aku lihat ini ??". Senyum Sherrin tak percaya.
Inikah sisi lainnya??
Avan tampak memberikan nasi itu pada segerombol anak jalanan yang kemudian berlarian memeluknya senang . Dan anehnya sikap Avan sama sekali berbeda dengan disekolah.
" Sayang belajar yang rajin ya, besok kak Avan bawakan buku buku baru lagi dan nasi goreng bagaimana?." Tanya Avan begitu lembut mencium kening anak anak itu.
" Horreee kakak kami sayang kakak." Ujar mereka bersorak memeluk sosok bak malaikat itu. Tanpa disadari, Sherrin tersenyum senang melihatnya.
" Rupanya kakak tiriku baik juga ". Ucapnya kemudian kembali melaju.