WHERE ARE YOU?

1929 Kata
Suara angin malam itu berbaur bersama hujan yang turun begitu deras sejak senja tadi. Ini adalah hari ke 20 sejak menghilangnya blake. Avan sudah mencarinya kesana kemari, tapi ia sama sekali tidak muncul di sekolah dan rumahnya juga kosong. Dimana Blake sebenarnya?? Apakah dia sudah mati..?? Lalu dimana jasadnya?? Hingga malam itu.... Sherrinn... Suara itu seolah terdengar dari celah celah angin yang berhembus. Sherrin.. sayang . Perlahan, Gadis itu merasakan ada yang meniup rambut ditelinganya... Sherri membuka matanya, tersentak melihat kearah sosok yang tampak begitu rupawan disisinya.. " Blake." Ucapnya langsung merengkuh tubuh kekar itu dan mencium aromanya lembut. Benar, Itu blake, dia tampak sangat tampan diterpa kilauan sinar bulan yang menyusup dari celah celah jendela kamarnya yang dibiarkan terbuka. " Kau merindukan aku hmm?." Bahkan desahan nafasnya membuat sherrin begitu merindukannya. " Sangat... ." Jawabnya lalu kembali memeluk Blake erat " Maafkan aku sayang, aku tidak bermaksud menjauhimu." Ucapnya meremas pundak Blake " Kenapa kau tidak mencariku? Apa kau berhenti mencintaiku karna aku tidak sempurna, benarkah?." bisik Blake kemudian mempererat pelukannya membuat Sherrin memejamkan matanya merasakan kehangatan " Blake aku sangat menyukaimu.. kau tau kan kau bagai candu buatku." Ucap sherrin mencium bahu prianya itu pelan Namun.... " Tapi aku ingin kau mati." Blake menyeringai.. Dan... DeG " Crashhh." Sebuah kuku panjang serasa menembus pundak Sherrin. " Blake... ". Ucap Sherrin terbata menatap wajah Blake... namun... " Aaarkkk!!." Teriakan itu melengking keras bersamaan dengan Sherrin yang terbangun dari tidurnya. Lagi lagi dia bermimpi tentang Blake, Blake yang berubah sangat menyeramkan. Gadis itu menangis. Sherrin tolong jangan lakukan ini.. Tolong jangan lakukan ini... Suara Blake malam itu seolah menari nari ditelingannya. Dia menangis menatap potret Blake disisinya. Pemuda berkulit seputih salju Dengan mata sebiru kristal Blake.. Maafkan aku.. Air matanya kembali jatuh. Hingga ..... Tok Tok Tok ( Suara ketukan pintu) Tok tok tok ( semakin keras ) " Siapa sih malam malam begini." Gumam Sherrin menghapus sisa air matanya, lalu turun dari ranjang dan melangkah kearah pintu. " Klek ". Wajahnya langsung menegang saat melihat siapa yang berdiri didepan kamarnya. Avan tampak menatapnya dengan rambut yang diikat acak dan wajah yang memerah. Sepertinya dia baru bangun dari tidurnya. " Apa maksudmu berteriak setiap malam hah.. kau kira ini kuburan?." Celetuk dengan mata memerah lalu melangkah masuk kedalam kamar Sherrin dan mendorong gadis itu kasar. " Peduli amat!". Sherrin membusungkan dadanya dengan tangan dipinggang. Melihat itu, pemuda yang dikenal dengan senyum manisnya itu tertawa. " Sudah numpang Blagu lagi. Sadar gak kamarmu itu didekat kamarku.. kalau kau mau teriak Pulang sana!." Tekan Avan kemudian. Urat lehernya tercetak jelas.. Dilihat dari manapun.. Dia memang tampan - Batin Sherrin " Pakek bengong lagi? Kesambet? Sekali lagi kamu teriak aku minta satpam mindahin kamu ke kuburan, biar konser sama pocong disana sekalian." Avan benar benar mendengus emosi. " Van...maafin aku deh.. aku mimpi buruk.. aku mimpi Blake .. maksudku hantu Blake datang dan mau membunuhku." Cerita Sherrin berharap Simpati dari sosok didepannya. Avan mengernyit. " Lalu kenapa.. aku gak peduli.. aku gak mau tau pokonya aku gak mau dengar sedikitpun suaramu lagi. Apa kau mengerti?." Avan membalikkan badannya lalu melangkah kearah pintu begitu saja. Namun... DEG Apa apaan ini?? Sherrin memegang erat pergelangan tangannya. " Van..... maukah malam ini kau tidur disini? aku sangat takut." Pinta Sherrin membuat Avan mengangkat sebelah alisnya aneh. Ia berbalik menatap gadis itu, wajahnya tampak tertunduk menahan malu. Sepertinya Sherin memang benar benar ketakutan sampai mengesampingkan harga dirinya. Avan tersenyum lalu mendekatinya, memegang pundaknya. DEG Sherrin terhenyak saat pemuda paling populer disekolahnya itu mendorong tubuhnya ke ranjang. lalu... " Avan apa yang kau laku..kan?". Bola mata gadis itu membulat saat Avan tiba tiba menaiki ranjang, merangkak diatasnya dan menatapnya lekat dengan seringai menyeramkan. " Ssssttttttt."  Pemuda itu meletakkan telunjuknya dibibir Sherrin. Membuatnya menegang seketika. " Dengarkan aku baik baik.. jika kau pikir aku sama dengan Blake sebaiknya kau cuci otakmu itu dengan bersih, beraninya kau memintaku untuk tidur denganmu.. kau pikir kau siapa hmm?." Bisik Avan ditelinganya. " Avan...please aku benar benar ketakutan temani aku disini...please ". Sherrin mencoba meraih leher pemuda itu..namun... " Jangan coba coba kepadaku." Avan menahan pergelangan tangannya lalu berdiri dari tubuhnya dan menatapnya nyalang. " Aku mau tidur. Jika kau masih ingin berada dirumah ini.. jangan mengeluarkan suara sedikitpun. Kau mengerti?." Sambungnya lalu melangkah ke pintu dengan santainya. " Avan kau akan menyesal jika ibu Adelia tahu.. ". Teriak Sherrin mengancam emosi. Tap Tap ( Avan menghentikan langkahnya) Sherrin tersenyum.. " Apa yang kau pikirkan kalau tante Adelia tahu anaknya menabrak dan tidak tahu korbannya masih hidup atau sudah mati ??". Sherrin mengangkat sebelah alisnya dengan tangan dilipat didepan d**a penuh kemenangan. Dia tidak tahu kalau Avan tersenyum. " Apa kau siap menerima hukumannya tuan Avan yang terhormat?."  Sherrin berdiri tepat dibelakang Avan. Pemuda itu menoleh dengan wajah tenang. " Apa kau mengancamku? Catat diotak kecilmu itu.. Namaku AVAN ANDREAS sebaiknya kau diam karna aku tidak PE DU LI dengan ancamanmu." Senyumnya datar lalu melangkah keluar dari kamar Sherrin meninggalkan gadis itu yang mengepalkan tangannya emosi. " Aku benci kamu Avaan!!." Teriaknya kesal Tapi... justru disambut dengan.. " BrakkK!." Avan membanting pintu kamarnya keras seolah tak peduli. Dasar pria kaya sinting - Batin Sherin Ia kembali melentangkan dirinya diranjang dan dalam sekejab dia memejamkan matanya kembali. Disana... Avan pun merentangkan tubuhnya sembari menatap langit langit kamarnya. Perlahan, tangannya meraba nakas dan mengambil sebuah bingkai foto lama dari sana. Foto seorang gadis kecil cantik dengan rambut panjang yang hitam lembut. " Tak ada yg sepertimu lagi Viona.. sejak kepergianmu aku seolah mati rasa pada semua gadis." Ucapnya kemudian mendekap foto itu didadanya. Tak ada lagi.. Yang seperti dirimu.. Sementara itu... Dilain tempat........ Tangan tua itu gemetar membawa senampan makanan, ia berjalan menyusuri tangga yang pegangannya dilapisi emas. Langkahnya terhenti di sebuah pintu berukiran perak tak jauh dari tangga itu. Dua orang pria tampak berjaga disana. " Kreeekkk." Pintu itu terbuka. Situa tadi melangkah pelan masuk kedalam ruangan gelap berlantai marmer didepannya " Aaaaaarrrhhhh." Baru beberapa langkah jeritan itu kembali terdengar. Dimanakah itu?? " Blake... ." Sapanya dengan suara tuanya menahan sedih melihat kondisi seorang pemuda yang tampak dirantai disebuah kurungan besi. Mata birunya menoleh dari balik kegelapan . " Aya.. h ". Suaranya serak dari dalam kurungan itu. " Klek." Lampu itu dihidupkan, dan pria tua yang tak lain adalah Cristian itu menangis sejadi jadinya melihat kondisi Blake. Mulutnya berubah menyerupai srigala dengan gigi runcing, kedua tangannya yang terikat tampak berbulu lebat dengan kuku yang tajam. Benar benar mengerikan. " Maafkan aku naaakk.. maafkan akuu... ". Cristian menyodorkan nampan itu dari bawah jeruji. " Aku tidak mau makan ayah.. aku mau mati saja." Suara Blake terdengar menghiba. " Kau harus makan nak...kita harus keluar dari tempat ini..... kau pasti bisa." Cristian membelai lengan berbulu Blake dari balik sel. Terlihat jelas mata biru itu berair saat tangan tua Cristian menyodorkan makanan kemulutnya. " Ayah kandungmu adalah bangsa werewolf murni dari barat. Aku adalah pelayannya, saat ayahmu kecil dia sangat manis, dia besar dipangkuanku.. perubahan pertamanya membuatku sakit, tapi dia adalah orang yang kuat, sama sepertimu." Cerita Cristian sambil menangis sesenggukan mengenang semuanya dan menyodorkan suap demi suap makanan itu kemulut Blake. Menyedihkan memang, wajah Tampan Blake berubah sangat mengerikan. " Ayah aku sangat menyayangimu.." Ucap Blake disela tangisnya. " Aku lebih menyayangimu anakku.. ". Jawab christian membelai wajahnya. Jauh dalam haru itu... Tap Tap Tap... ( Suara langkah kaki mendekat) Tampak seseorang masuk kedalam ruangan dengan senyum mengembang di wajahnya. Dia adalah seorang gadis, gadis berambut coklat keemasan yang digerai panjang dan wajah yang terpahat cantik. Dengan langkah elegant ia mendekat kearah Cristian. " Mahluk ini mau makan juga akhirnya?." Senyumnya dengan tatapan sinis. " Nona tolong lepaskan dia." Pinta Cristian menghiba " Aku membawamu kesini agar kau bisa membujuknya makan. Aku yakin mahluk mengerikan ini ada hubungannya dengan Adelia kan, aku akan melepaskannya dengan satu sarat." Senyum gadis itu menatap kedalam mata Blake. " Tolong nona.. dia tidak ada hubungannya sama sekali dengan Adelia atau siapapun itu, tolong lepaskan dia, dia hanya manusia biasa nona saya mohon." Pinta Cristian. " Hahaha manusia biasa? Aku menemukannya disekitar rumah Adelia malam itu dengan wujud seperti ini dan kamu bilang dia manusia biasa? Apa kau kira aku ini bodoh??." Tekan gadis itu " Saya mohon nona.. kasihanilah putra saya." " Kalau dia memang manusia biasa dia tdk akan berwujud mengerikan seperti ini.. aku yakin dia ada hubungannya dengan penyihir bernama Adelia itu kan?." Tatapannya meruncing ke arah Cristian yang tiba tiba pucat. Bagaimana dia bisa tahu kalau Adelia adalah penyihir?? Siapa gadis muda ini sebenarnya?? Namun... " Aku tidak akan pernah membantumu." Tolak Blake dibalik jerujinya. " Kalaupun kau mau membunuhku silahkan saja.. aku tidak akan membantumu." Sambungnya lagi. Mendengar itu, gadis didepannya tersenyum manis. " Kalau begitu membusuklah ditempat ini bersama ayahmu ini." Senyumnya dingin. " A.. apa ??". Blake gemetar. Apalagi saat dua orang berbadan tegap masuk dan memegang lengan Cristian. Gadis itu membuka kunci sel. " Lemparkan tua bangka itu ke dalam.!." Perintahnya kejam. Dua orang itupun menurut dan langsung mendorong tubuh Cristian ke sel yang sama dengan Blake. " Dengarkan aku.. kalian tidak akan mendapat makanan ataupun minuman sampai kau Blake, mau membantuku, jika tidak atau kau merasa lapar.. kau boleh memakan daging ayahmu."  Senyumnya manis namun terdengar sangat dingin dan kejam Gadis itu lalu mematikan lampu dan melangkah keluar seolah tanpa dosa. Blake menangis diantara kedua tangannya yang dirantai. Cristian meraih lalu memeluknya hangat. " Ayah apa aku bisa kembali menjadi seperti dulu? Rasanya tubuhku terbakar."  Ucap Blake lirih. " Sabar nak sabar.. jika kau kena sinar bulan, ayah yakin kamu akan kembali menjadi dirimu. Blake ini hanya kekuatanmu nak.. darahmu, kau pasti bisa merubah semuanya seperti semula.. jangan takut, ayahmu orang yang sangat baik dan kuat. Kau pasti juga sama." Ucap Cristian menenangkan. " Kenapa selalu aku ayah? Kenapa selalu aku yang dihukum?? kenapa selalu aku yang bernasib seperti ini." Tukas Blake menenggelamkan kepalanya didada tua Cristian. Namun... Bau apa ini?? Rasanya.. seperti.. daging segar.. Sementara itu, Cristian mengusap lembut punggung bungkuk Blake Tak ada yang boleh tahu.. Kalau Adelia adalah.. Ibu kandungnya.. Jika tidak.. penderitaannya akan semakin bertambah. Sementara itu, gadis yang mengurung Blake tadi tampak duduk santai di sova megah ruang tamunya. Seseorang berpakaian serba hitam dengan setelan jas senada duduk didepannya. " Nona , Saya mendapat info tentang tuan Avan.. beberapa bulan belakangan ini namanya disekolah berhasil disaingi oleh seseorang dari kelas rendah, bahkan tuan muda Avan tidak mampu memiliki nilai lebih tinggi darinya. " Tutur orang itu membuat gadis itu tersenyum sinis mengangkat alisnya " Benarkah?? Ini mustahil.. hahaha Avan yang jenius memiliki saingan?? Dari kelas rendahan lagi, aku tidak bisa membayangkan bagaimana wajah malu Adelia, kau tahu kan dia selalu ingin terlihat sempurna. Febrian dengarkan aku, Cari saingan Avan itu dan bantu dia dalam segalanya, aku ingin dia mengalahkan Avan." Ucapnya begitu mengerikan. Sepertinya, ia benar benar membenci Adelia. Pria didepannya itu tersenyum lalu menyerahkan sebuah amplop. " Ini foto foto pemuda itu nona." Ujarnya. " Hmmm baiklah.. kerjamu bagus.. kau boleh pergi." Gadis itu memberi sebuah amplop besar pada pria tadi lalu pria tadipun melangkah pergi. Senyum lebarnya tercetak sambil mengambil amplop foto dari pria tadi. Aku penasaran.. siapa sainganmu pangeran kecilku Avan... Jari lentiknya mulai membuka Amplop itu pelan. Ditariknya beberapa lembar foto dan biodata dari dalam. Dan saat menatapnya, mata bulat indahnya seolah terkunci pada sosok foto pemuda ditangannya. Bibir merahnya tersenyum. " Wawwww........ saingan yang berat.. dilihat dari manapun pemuda ini sangat tampa,. benar benar sempurna." Ucapnya sembari menggigit bibirnya sendiri dan membawa foto itu kedalam kamarnya tanpa ia tahu bahwa sosok itu tak lain adalah srigala mengerikan yang ia kurung selama ini. " Biar aku lihat siapa namamu tampan." Ucapnya pada foto itu lalu mulai membaca biodatanya. " Hmmmm Michael Blake.. namamu mirip dengan mahluk jadi jadian itu.. tapi kau lebih pantas memiliki nama itu... Michael Blake.. malaikat bersayap gelap, seandainya saja kita bisa segera bertemu. Aku sangat bahagia jika kau bisa mengalahkan dan menghancurkannya sampai ke akar."  Senyumnya kemudian meletakkan foto Blake disisi sebuah foto yang berbingkai rapi dimejanya. Tatapannya tertuju pada foto yang tak lain adalah foto Avan andreas. Tatapan yang penuh arti. Aku masih menyayangimu Avan Tapi maafkan aku.. Kematian ayahku.. Membuatku merasa jijik bertemu denganmu.. Ibumu harus membayar apa yang telah dia lakukan Si penyihir yang telah merayu dan menjebak ayahku.. Dan kau juga bagian dari dirinya Jadi.. Kau harus hancur...!! Aku... VIONA ANGELA peri kecilmu yang juga akan menghancurkanmu... Sayang...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN