SEBONGKAH HATI

1270 Kata
Sherrin menangis ditoilet sekolahnya. dia menatap wajahnya dicermin. bekas bekas itu seolah mencekik lehernya. Berkali kaki ia mengusap wajahnya dengan air tapi air matanya tak mau berhenti mengalir juga. Hatinya masih saja terasa sakit. Sangat menyakitkan, ia hanya berusaha mengusap wajahnya kasar dengan tysu lalu kembali memakai kacamatanya. Beberapa saat kemudian bel sekolah berbunyi. Sherin hendak bergegas kembali kekelas, Tapi tiba tiba... " Brug." Dia terjatuh karna menabrak seseorang didepan pintu.  Seorang gadis yang tampak juga terjatuh didepannya. Tatapannya nanar ketika menyadari yang ia tabrak tak lain adalah Viona. Emosinya seketika meledak. " Hei punya mata gak sih!." Bentaknya. Sherrin berdiri berkacak pinggang. Bentakan Sherin membuat Viona mengerjab beberapa kali. Dia berdiri dengan tenang kemudian merapikan seragamnya. Apa kelebihan gadis ini.. Kenapa dia bisa meraih hati Avan dan Blake dengan mudah. Gara gara dia aku mengalami hal yang menyedihkan " Excusme? lo nyalahin gw? jelas jelas lo yang udah nabrak gw tadi ." Tolak Viona tak kalah berang. " Dasar cwe sampah, Belagu!". Tekan Sherin. " Eh punya mulut dijaga ya, ". Bentak Viona mendorong bahu Sherrin. Gadis itu tak kelah berang mendorong bahu Viona kasar " Kalau gw gak mau? lo nyampah banget ya dasar cwe kegatelan." Balas Sherrin meluapkan kekesalannya. " Jangan ngomong sembarangan ya. Udah kayak gw ngerebut cwo lu aja." Viona mendorong lengan Sherin kasar Suasana seketika menjadi kacau. pertengkaran terjadi. Keributan itu memancing semua siswa mengelilingi mereka. Hingga....... " Cukuuppp!!." Sebuah bentakan suara membuat Viona dan Sherrin yang tengah saling jambak menghentikan aksinya. " Avan??." Ucap mereka hampir bersamaan. Benar, beberapa siswa memanggil Avan yang tak lain adalah ketua Osis sekaligus koordinator kedisiplinan sekolah disana. Kehadiran Avan seketika membuat suasana di tempat itu tiba tiba serasa berubah menjadi negeri es di filem avatar ( Beku ) Pemuda itu melangkah kearah Viona dan Sherrin yang sama sama menatapnya sendu. " Berani sekali kalian melakukan hal memalukan seperti ini disekolah ini, apa kalian tidak pernah belajar sopan santun hah?." Tukas Avan tegas. " Avan dia yang mulai." Tunjuk Sherrin. Avan menatap kearah Viona yang mematung menatapnya. Gadis itu bahkan tak berkata sepatah katapun. " Apa itu benar Vi?". Tanya Avan . Viona menarik nafas panjang. " Aku hanya membela diriku, gadis ini gila." Celetuk Viona memalingkan wajah. Mendengar itu Avan menatap Sherrin yang tampak berkaca kaca. " Avan.. aku hanya.." " Diam !!". Bentakan Avan membuat Sherrin mematung, air matanya menetes tanpa sadar. " Aku lebih mengenal Viona, dan aku tahu kau memang suka mencari gara gara. Lebih baik kau kembali kekelasmu." Tunjuk Avan pada Sherrin. " Avan.. aku.." Lagi lagi dia membelanya?? - Batin Sherin " Kubilang kembali kekelasmu !!!". Teriak Avan membuat nafas sherrin seolah tercekat. Gadis itu gemetar. Viona tersenyum meliriknya. Namun.. " Jangan terlalu kasar pada wanita, kau benar benar tidak adil." Sebuah suara mengangetkan. Tatapan semua siswa langsung tertuju pada sosok Blake yang tampak melangkah anggun bak pangeran negeri dogeng dengan jaket hitam dipundaknya. Pemuda itu berdiri tepat dihadapan Avan. " Kau benar benar tidak adil." Senyumnya sinis " Diam kau. Ini bukan urusanmu !". Tekan Avan meradang, urat lehernya menegang menatap wajah Blake yang selalu menjadi boomerang amarah baginya. " Tentu saja ini urusanku, semua mata bisa tahu kau tidak adil. Harusnya kau menjadi ketua Osis yang adil. Bukan memihak seperti ini Avan Andreas." Protes Blake tenang. " Kau membela Sherrin, ahaa tentu saja. Dia teman tidurmu kan?." Bisik Avan penuh penekanan. Mendengar itu Blake sama sekali tidak emosi. Pemuda itu justru hanya tersenyum menatap kedalam mata biru Avan lekat. " Aku tidak membela siapapun. Tapi kau memang tidak adil." Ucap Blake, kemudian menabrak pundak Avan dan melangkah kearah Sherin yang tampak sudah sesenggukan. " Kau tidak apa apa kan?". Tanyanya lembut. Sherin mengangkat wajahnya pelan, setetes bulir bening mengalir dari matanya yang indah. Air mata yang kemudian dihapus oleh Blake. Sherrin menangis lalu berhambur memeluk Blake. Viona yang melihat hal itu meremas roknya kesal. Gadis itu menghapus luka disudut bibirnya lalu melangkah pergi. Avan mengejarnya. " Vi tunggu.. !!'. Teriaknya menahan lengan gadis itu di depan perpus " Apalagi? jika kau berharap aku akan berterimakasih kau salah besar !". Bentak Viona. " Bukan itu Vi, apa kau baik baik saja?".  Tanya Avan penuh perhatian. Viona tertahan saat Avan menyentuh luka dibibirnya. Gadis itu terdiam, sejenak dia menatap wajah Avan " Aku tidak bisa menahan diriku." Avan menatap Viona dengan mata berkaca kaca. " Avan." Viona bernafas getir saat Avan hendak memeluknya. Namun tubuhnya tak bisa menolak dia juga sangat merindukan Avan. " Tolong jangan bersama Blake. Apa kau mau tahu kenapa dia membela gadis itu, dia sherrin. Dia kekasih blake sebelumnya." Tutur Avan membelai punggung Viona lirih. Sementara disana. " Apa kau sudah baik baik saja?." Tanya Blake memegang wajah Sherrin lembut. Gadis itu mengangguk pelan. Entah kenapa ada rasa bersalah dihatinya karna perlakuannya selama ini pada Blake. Ditatapnya wajah Blake sendu. " Baguslah.." Senyum Blake lalu hendak beranjak. Tapi.. Sherrin menahan pergelangan tangannya. " Blake.. jangan tinggalkan aku." Ucapnya pelan. Blake membelai rambut Sherrin lembut. " Dengar Sherrin, mungkin diantara kita dimasa lalu pernah ada sesuatu. Sesuatu yang sangat salah. Tapi aku mohon, kita harus hidup dan melupakan semuanya." Ucap Blake lalu melepas pengang tangan Sherrin " Blake." " Maafkan aku." Ucap Blake lalu beranjak pergi. Meninggalkan Sherrin yang mematung menatapnya " Blake, Aku tidak akan melepaskanmu. Tidak akan . " Ucapnya Sherin dengan air mata yang menetes turun dan jari jari yang mengepal erat. *** Blake mematung beberapa saat di dekat taman. Nafasnya seolah tercekat melihat adegan didepannya. Dia berencana ingin mecari Viona, Tapi apa yang dia temukan justru lebih dari dugaan. Viona dan Avan tampak berpelukan dan sambil menangis. " Apa apaan ini?". Ucap Blake membuka suara. Seketika Viona membuka matanya dan tersadar. " Blake." Ucap Viona kaget saat mendapati Blake berdiri tak jauh darinya dan Avan. Gadis itu segera melepas pelukan Avan " Lanjutkan saja, maaf sudah mengganggu." Celetuk Blake lalu beranjak begitu saja. Entah apa yang terjadi pada dirinya, ia seolah merasakan ada amarah yang tiba tiba meletup di hatinya dan membuatnya muak untuk berlama lama menatap kemesraan itu. " Blake tungguu... ". Teriak Viona mengejar. " Viona." Avan menahan tangannya " Lepaskan aku !!". Tekan Viona menghempas cekalan Avan, lalu kembali mengejar Blake. Hal itu tentu membuat rahang Avan mengeras. " Akan aku singkirkan kau Blake. " Ucapnya emosi. Sementara itu.. " Blake.. wait !!". Viona menarik pundak kokoh Blake lalu menatapnya tajam " Apalagi hah?". Blakr memutar bola matanya kesal. " Blake dengarkan aku dulu." " Tidak perlu! lagipula siapa aku sampai kau harus menjelaskannya hah? Sekarang aku minta kau beritahu aku dimana ayahku, aku ingin bertemu dengannya saja, bebaskan dia." Tekan Blake dengan nada dingin. " Apa maksudmu?." Viona mematung Pemuda itu tersenyum sinis lalu melempar jaketnya kelantai " Kau memintaku balas dendam atas kematian ayahmu. Menghancurkan adelia. Tapi tadi, kau bahkan memeluk anaknya. Apa maumu sebenarnya? Jadi lupakan saja dendammu dan bebaskan ayahku. Aku muak menjadi budakmu !!". Wajah tampan Blake memerah. Mata birunya berkaca kaca " Aku tidak akan melepaskannya Blake. Aku tidak akan membiarkanmu bebas." Tekan Viona " Kau benar benar egois. Kalau kau tidak bisa menahan dirimu jangan meminta bantuanku". Blake meradang " Blake dengarkan aku dulu, kamu harus tetap berada disisiku." Viona menatap Blake sendu " Tapi kenapa kau mengikatku begini !!!". Urat leher Blake terlihat dari leher putihnya " KARNA AKU MENGINGINKANMU, APA KAU MENGERTI??". Balas Viona. kali ini membuat Blake tercekat. Apa dia bilang barusan?? Viona yang tersadar akan kata katanya langsung mematung pucat Apa yang aku katakan barusan?? Dia menatap wajah Blake datar, pipinya langsung merona. Melihat itu Blake menarik nafas panjang. Dia pun jadi ikut ikutan salah tingkah. Pemuda itu kembali meraih jaketnya yang tadi ia lempar sendiri. " Kau mau kemana?". Tanya Viona gugup. " Kerumah Adelia. Aku akan melakukannya demimu." Senyum Blake manis lalu beranjak pergi. DEG DEG DEG. Viona terduduk lemas disisi tembok sambil menahan dadanya. " Ya tuhan.. kenapa rasanya aku sesak nafas." Ucapnya menatap kepergian Blake Karna aku menginginkanmu Ucapan Viona itu membuat Blake tersenyum. Pemuda itu lalu masuk kedalam kemudi mobil sport hitamnya lalu melaju pergi dengan kaca mata hitam yang nangkring di hidung mancungnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN