Bab 11. Dilabrak

1402 Kata
Bab 11. Dilabrak Larasati menata beberapa helai bajunya kedalam lemari. Sementara ini dia akan tinggal di rumah Sekar. Meskipun kecil, Sekar memiliki rumahnya sendiri. Sahabatnya itu tinggal sendiri. Rumah dengan dua ruang tidur itu memang tidak sebesar rumah Larasati. Bahkan hanya seperempatnya saja. Tapi, Larasati memilih tinggal di sini daripada serumah dengan lelaki yang sudah menikamnya dari belakang. Lelaki yang pernah berjanji di depan Tuhan akan selalu menjaga dan mebahagiakan dirinya. Ternyata tak lebih dari seorang pengecut dan b******k. “Mau sampai kapan kamu bengong? Bisa-bisa sampai besok barang-barang kamu tidak akan beres dirapikan kalau kerjamu Cuma bengong,” tegur Sekar yang melihat Larasati bukannya meletakkan pakaiannya ke dalam lemari. Wanita itu hanya terduduk di pintu lemari yang terbuka. “Aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi padaku, ini seperti mimpi buruk,” gumam Larasati sembari mengusap air mata yang lolos menuruni bening matanya. “Aku juga,” sahut Sekar menimpali. “Aku masih berharap akan terbangun dan semuanya baik-baik saja,” gumam Larasati menunduk dalam. Dia mengusap wajahnya dengan putus asa. Sekar mendekati Larasati dan memeluk tubuh sahabatnya yang rapuh. Berharap dengan pelukannya bisa sedikit menenangkan sahabatnya itu. *** “Celline, keluar kamu,” seru seorang wanita cantik di salon milik Celline. Bisik-bisik para pengunjung di salon Celline yang kebanyakan para wanita berduit mulai terdengar. Karena harga untuk perawatan di salon Celline memang membuat mereka merogoh kocek lebih dalam, maka pengunjungnya juga kebanyakan wanita dengan kantong tebal. Akan tetapi, mereka tidak peduli asal mereka mendapat hasil yang memuaskan. “Maaf, nyonya. Tolong jangan membuat keributan. Bu Celline belum datang, jadi ibu bisa tunggu di sana apabila mau menunggu,” ucap Mariah salah satu pegawai di salon milik Celline. “Aku tahu dia sudah datang, jangan coba-coba berbohong kamu. Katakan padanya untuk menemuiku atau aku akan membuat pelanggan kalian tahu seperti apa kelakuan pemilik salon ini,” tolak wanita itu keras kepala. Dia balik mengancam. Mariah yang mendengar ancaman itu berubah pias. Dia tak menyangka wanita yang datang kali ini lebih seram dari wanita sebelumnya. Entah apa yang dilakukan bossnya itu hingga hampir tiap hari ada saja wanita yang datang marah-marah ke tempat mereka bekerja. “Cepat suruh dia keluar atau aku akan membuat heboh!” ancam wanita itu lagi. Kali ini Mariah langsung masuk ke dalam salah satu ruangan. Tanpa sepengatahuan Mariah, wanita itu mengikuti langkahnya. Saat Mariah membuka pintu ruangan itu, wanita itu mendorong Mariah hingga pintu terbuka lebih kebar dan wanita itu melenggang masuk. Wajahnya menatap Celline dengan bengis. “Di sini ternyata kamu,” ejek wanita itu dengan tatapan merendahkan. “Wah, aku kira siapa ternyata kamu lagi, Dona,” ejek balik Celline. Dona adalah salah satu teman sosialita Celline yang suaminya berhasil dia ambil. Lelaki bernama Burhan itu terpesona dengan Celline hingga rela menceraikan Dona. “Masih bisa kamu setenang ini setelah menghancurkan rumah tanggaku,” geram Dona muak dengan sikap acuh Celline yang tidak terlihat merasa bersalah kepadanya. “Memang kenapa? Salahku kalau kamu tidak becus menjaga suami kamu? Ngaca dong, Don.” Celline menaikkan satu kaki di atas kaki lainnya hingga membuat pahanya terkespos karena bawahan yang dia kenakan hanya sebatas lutut. Membuat kulit putihnya terlihat. “Ckk, kamu terlalu sombong Celline. Ingat, Tuhan tidak tidur. Dan karma does exist.” Dona marah. Akan tetapi, Celline malah asik menyesap kopi panasnya dengan nikmat. “Kamu datang jauh-jauh hanya ingin mengatakan itu?” ejek Celline dengan senyuman yang merendahkan. “Jangan—” Belum lagi Dona membalas ucapan Celline dari luar terdengar teriakan memanggil Celline. Dan Dona hapal sekali suara siapa itu. “Celline, keluar kamu!” “Ckk, kalian ini suami istri kompak sekali,” gerutu Celline begitu menyadari siapa yang sudah membuat heboh salonnya sepagi ini. “Kami memang sekompak itu, setidaknya sebelum siluman rubah sepertimu merusak rumah tangga kami. So, nikmati saja,” smirk Dona. Entah kenapa melihat kegusaran Celline akibat kedatangan mantan suaminya membuatnya sedikit terhibur. Tak lama sosok lelaki tampan dengan balutan stelan yang terlihat mahal memsuki kantor Celline. ”Loh, Dona. Kamu di sini juga,” sapa Burhan yang merasa tidak percaya melihat wanita yang pernah membersamainya itu sekarang ada di kantor selingkuhannya. Burhan merasa salah tingkah dengan kehadiran Dona. Sedianya tadi dia ingin marah kepada Celine karena wanita itu sudah memblokir nomer ponselnya serta beberapa akun medsosnya. Entah apa salahnya hingga selingkuhannya itu memblokirnya tanpa pesan. “Kenapa sekaget itu? Nggak nyangka kalau mantan istrimu berada di kantor selingkuhan kamu? Ckk, mas … mas, nggak usah sok mendrama. Lagian kita juga sudah tidak ada hubungan lagi, jadi santai saja,” ucap Dona kalem. Berbeda sekali dengan sikapnya sebelum kedatangan Burhan. “Silakan saling melepas rindu, aku nggak masalah kok. Oh, ya Celline … dokter yang kemarin itu gimana? Jangan bilang kamu menduakan mantan suamiku ini dengan dokter kemarin,” ucap Dona seakan mengipasi amarah yang tadi sempat padam di hati Burhan. “Dokter? Kamu selingkuh?” selidik Burhan tepat menatap bola mata Celline. “Ckk, kita sudah selesai mas,” ucap Celline tegas. Selama beberapa bulan ini dia memang menghindari Burhan karena sedang mendekati dokter Bayu. Harusnya lelaki itu sadar saat dia memblokir nomer telponnya dan akun medsosnya. Ini malah datang ke salonnya. Apalagi di sini ada Dona, mantan sahabat serta mantan istri dari Burhan. Ingin rasanya, Celline berteriak kepada mereka berdua. Sepagi ini sudah membuat salonnya heboh. Dia yakin di luar sana pelanggan sedang menggunjingkannya. “Selesai kamu bilang? Setelah apa yang sudah terjadi, kamu ingin mengakhiri semuanya? Jangan main-main denganku Celline,” gerung Burhan marah. Tak ada dalam kamus Burhan didepak seorang wanita, dan dia tak akan membiarkan Celline menjadi orang pertama yang berani mendepaknya. Dona yang menyaksikan perdebatan kedua insan itu hanya bisa mengurut d**a. Antara kesal dan juga puas. Dia puas, hubungan keduanya akhirnya kandas juga tanpa campur tangannya. Akan tetapi, di dasar hati nuraninya dia merasa kesal karena bisa-bisanya lelaki yang empat tahun membersamainya kini memohon kepada wanita lain. Dia sampai tidak lagi mengenali sosok Burhan yang sejatinya sangat setia. Kini lelaki itu tak ubahnya lelaki yang tak punya harga diri, mengemis cinta kepada mantan sahabatnya itu. Masih terngiang di ingatannya bagaimana kehidupan rumah tangganya dengan Burhan sebelum kehadiran Celline merusak semuanya. Burhan adalah sosok suami yang perhatian dan juga romatis. Dona merasa hidupnya begitu bahagia meski belum hadirnya anak dalam rumah tangganya. Namun, kebahagiaannya berubah menjadi penderitaan sejak hadirnya Celline dalam bahtera rumah tangganya. Semuanya berawal dari perkenalannya dengan Celline di salah satu pertemuannya dengan rekan sosialitanya. Celline yang cantik dan sukses dalam karir salonnya bisa bergabung dalam group sosialitanya yang memang hanya berisi istri eksekutif, karena ternyata ketua group sosialitanya pelanggan tetap di salon Celline. Celline yang luwes dan mudah bergaul membuatnya mudah diterima di kalangan mereka. Begitu juga dengan Dona. Hingga seringkali dia mengundang Celline ke rumahnya hanya sekedar makan malam. Di sanalah, pertama kalinya Celline dan Burhan bertemu. Awalnya tidak ada yang mencurigakan antara mereka berdua. Hingga, sebulan setelahnya sikap Burhan menjadi dingin padanya. Burhan jadi sering pulang larut dengan alasan lembur. Bahkan, beberapa kali tidak pulang. Seringkali tiap Dona bertanya, alasan Burhan karena ada proyek penting hingga dia harus keluar kota beberapa hari. Hal itu kian sering terjadi hingga membuat Dona curiga. Akhirnya diam-diam dia mengikuti suaminya. Dan alangkah kagetnya dia saat melihat Suami dan sahabatnya keluar dari mobil suaminya sambil berpelukan mesra memasuki sebuah hotel berbintang. Ingin rasanya Dona langsung mendatangi keduanya, tapi lagi-lagi dia menahan diri karena berharap itu hanya kekhilafan kecil suaminya. Akan tetapi, hal sama terus saja terulang. Hingga membuat kesabaran Dona berada di titik terendah, dia akhirnya menggerebek keduanya di dalam hotel. Dan berakhirlah kisah rumah tangganya di meja persidangan. Jangan di tanya bagaimana perasaannya. Hancur lebur sudah pasti. Dan kini, dia melihat keduanya di depan mata saling melempar kata-kata kasar. Jujur, hatinya kian terluka. Mereka berdua sudah menyakitinya begitu parah hanya demi hubungan yang semu. Miris. Sebuah hubungan rumah tangga yang sakral ternyata tidak berarti apa-apa di hadapan Celline dan juga Burhan. Bagaimana keduanya bisa begitu jahat? Tak mau terlibat lebih jauh dengan perdebatan antara Burhan dan Celline yang saling adu argumen, diam-diam Dona berdiri dan memilih berlalu dari kantor yang mendadak menjadi panas. Dalam hati dia berjanji akan membalas semua pengkhianatan suami dan juga mantan sahabatnya itu. Dan dia tahu, siapa yang bisa membantunya membalaskan dendamnya. Senyuman sinis dia tujukan kepada kedua orang yang masih saling berdebat itu. ‘Tunggu saja, Celline. Kau akan merasakan sakitnya saat orang yang kau cintai dipermainkan.’ Batin Dona penuh tekad. >>Bersambung>> Wah parah si Celline.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN