Bab 3. Jangan pergi

1036 Kata
Seketika Natasya tersentak saat menyadari bahwa laki laki itu tengah memegang tangannya, menghalanginya agar tidak pergi dari sisinya. "Jangan pergi." Ucap si lelaki namun kedua matanya masih tertutup sempurna, dan hanya bibirnya yang berucap. "Ya...ya...aku disini saja, tidak kemana mana, jadilah anak baik ya..." Ucap Natasya sembari duduk kembali ke kursi di samping ranjangnya. "Bisakah kamu mengingat sesuatu? aku khawatir keluargamu akan mencarimu...semoga kamu lekas pulih seperti sedia kala." Ucap Natasya sembari akan beranjak pergi dari tempatnya. Namun tangan lelaki itu sangat kuat menahannya, membuat Natasya tidak bisa pergi dari sana, sampai...kedua matanya terasa berat, ia pun lalu tertidur disana dengan pulasnya. Udara pagi yang begitu dingin pun menyeruak masuk kedalam celah yang ada, membuat Natasya beringsut dan mendekatkan tubuhnya kearah perasaan yang ia rasa sangat hangat dan menyenangkan. "Hemmmz...halus...lembut...dan sangat hangat." Ucap dalam hati Natasya kala itu, lalu ia pun tersentak seketika saat ia merasakan tangan kekar itu tengah memeluk erat tubuhnya disana, membuat Natasya sadar bahwa ia sedang tidak sendirian saat itu. "Hah...kamu..." Ucap Natasya saat ia membuka perlahan lahan kedua matanya, bersamaan pula si lelaki yang membuka kedua matanya pula, tatapan keduanya bertemu sesaat dan saling menatap satu sama lain. "Ada apa? aku pikir kamu menyukainya, dan aku kira kamu kedinginan, makanya aku mencoba menghangatkan tubuh mu." Ucap lelaki yang masih melingkarkan tangannya di atas tubuh Natasya. "Akh...kamu kan lagi sakit, kenapa tidak memakai baju? kenapa?" tanya Natasya saat lelaki di sampingnya itu tanpa mengenakan pakaiannya. "Oh...aku ya...karena semalam aku merasa gerah...apa AC nya tidak menyala ya? makanya ku melepas pakaiannku, dan aku melihatmu tidur di lantai, lalu aku naikan ke atas tempat tidur, dan karena badan aku sakit sakitan semua, maaf ya jika aku tidur di sampingmu." Ucap jujur lelaki tersebut sembari menyunggingkan senyum yang sangat tampan, membuat Natasya terpana untuk sesaat. Sampai...ia menurunkan pandangannya dan menatap d**a bidang lelaki di depannya yang tanpa mengenakan pakaian. Sontak membuat Natasya segera berpaling dan menutup kedua matanya dengan telapak tangannya. "Akh...astaga...sudah pukul segini! aku bisa telat ke sekolah...astaga...! ucap Natasya saat melihat jam di dinding yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi, dan harusnya ia sudah siap siap. Segera saja Natasya terjaga dengan tergesa gesa masuk kedalam kamar mandi dan memulai aktivitas mandi paginya, sesaat saja ia sudah siap dengan semuanya, ia sudah rapi dan akan pergi bekerja pagi itu. Terlihat lelaki itu sudah di dapaur Natasya dengan menyiapkan segelas s**u, dia menyeduhnya tadi, serta roti yang ia sudah lapisi dengan selai. "Sarapan dulu jika mau keluar..." Ucap lelaki itu yang tiba tiba dan membuat Natasya terkejut karena kata katanya. "Loh...sudah ikut bangun? bagaimana rasanya? masih pegal pegal? istirahat lagi ya...aku mau berangkat kerja dulu." Ucap Natasya yang sudah akan pergi dari tempatnya. Namun tiba tiba langkah kaki Natasya terhenti saat menyadari lelaki itu ingat cara menyeduh s**u hangat dan juga memberi selai pada roti. "Kamu ingat semua itu?" tanya Natasya yang merasa keheranan di buatnya. "Jelas aku ingat lah...memasak pun aku bisa...malah aku kira kamu yang sekarang sedang amnesia..." ucap lelaki tersebut yang makin membuat Natasya terdiam sesaat. "Kok aku? kenapa aku amnesia?" tanya Natasya yang memang ia merasa semuanya baik baik saja. "Hemmmz...ini kan hari minggu...sekolahan mana yang mempekerjakan orang di hari minggu? kecuali kuli bangunan." Ucap lelaki tersebut yang membuat Natasya lemas seketika, karena ia sampai lupa bahwa hari itu adalah hari minggu. "Akh...tahu begini aku akan tidur sampai siang..." ucap Natasya sembari berjalan mendekat ke arah lelaki tersebut dan duduk di sebelahnya. "Kamu tidak minum s**u juga di pagi hari?" tanya Natasya saat ia melihat di atas meja depan lelaki itu hanya ada secangkir kopi. "Emmmb...ini lebih nikmat saat di minum pagi hari, enaknya lagi di tambah roti selai seperti ini." Ucap lelaki tersebut sembari menyeruput kopi hitam di cangkirnya, membuat Natasya pun ingin mencicipinya, ia memang menyediakan kopi hitam jika ada salah seorang rekan datang untuk membahas masalah pekerjaan dengannya, biasanya mereka datang rombongan, bukan hanya satu orang, ada kadang kadang tiga sampi empat orang, namun semuanya adalah rekan wanita dan rekan lelaki yang seprofesi dengannya, karena Natasya paling muda di antara semuanya dan juga paling kekinian jika menyangkut pekerjaan. "Mau coba?" tanya lelaki itu dan membuat Natasya mengangguk sembari mengambil cangkir yang ia lihat lelaki itu begitu menikmati kopinya. Perlahan lahan Natasya pun mendekatkan cangkir tersebut ke ujung bibirnya, lalu menyeruputnya sedikit seperti apa yang lelaki itu lakukan. "Akh...ini pahit sekali...apa kamu tidak memasukan gula? apa kamu tidak tahu dimana gula berada?" tanya Natasya sembari mengelap bibirnya yang memang ia tidak menyukainya. "Aku tahu gulanya terletak dimana, tapi aku suka seperti itu saja, asli kopinya, dan aku lumayan menyukai rasa kopi ini." Ucap lelaki tersebut dengan senyuman yang Natasya pikir itu adalah senyuman tertampan yang ia lihat. "Hemmmz...kamu sudah ingat siapa nama kamu?" tanya Natasya pada lelaki tersebut, karena ia pikir tidak baik jika ia hanya memanggilnya hah heh atau eh pada lelaki tersebut. "Belum..." ucap si lelaki dengan gelengan pelannya, ia pikir...sebelum ia mengalami kecelakaan dan bertemu dengan Natsya yang secara kebetulan itu, ia merasa telah memiliki masalah yang serius. Dan dalam hati kecilnya, ia merasa betah bersama Natasya meski baru satu hari saja kedekatan keduanya. "Tidak apa apa...nanti pasti akan segera pulih asalkan rutin minum obat dan periksa." Ucap Natasya yang mencoba menyemangati lelaki tersebut. Lalu beranjak pergi mengambilkan roti lagi yang lalu ia olesi dengan selai, namun ia menahanya sesaat karena ia tidak tahu apa selai kesukaan lelaki itu. "Kamu suka selai coklat? kacang? apa yang lain? aku tapi hanya punya tiga rasa saja...coklat, kacang, dan nanas." Ucap Natasya dengan jujurnya. "Semua aku suka." Ucap lelaki itu dengan senyumannya, karena roti yang ada di piring depan lelaki itu sudah habis di makannya, makanya natasya membuatkannya lagi. "Bagaimana kalau kamu aku panggil saja...Erlangga? emb...kamu kalau mau tahu, kenapa aku menyukai nama itu, karena itu adalah nama belakang ayah angkatku, dan juga nama kampus aku dulu." Ucap Natasya dengan jujurnya, dan lelaki itu pun hanya mengangguk menyetujui nama baru yang Natasya berikan padanya. "Angga! Angga! Angga! Angga!" ucap Natasya yang merasa senang atas nama barunya yang ia berikan pada lelaki tersebut, dan ia suka memanggilnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN