Hujan di luar begitu deras Tasya menoleh ke luar jendela melihat tetesan hujan membasahi halaman sekolah berhubung jendela kelasnya menghadap parkiran ia dapat melihat deretan mobil sampai sepeda di sana.
"Lo liat apa sya?" Tegur Afika.
"Lihat hujan, hujannya deras ya" jawab Tasya sambil mendongak ke atas.
"Iya, lagian ini juga udah mulai masuk musim penghujan, hhh... bosen gue" desah Afika, Tasya menoleh.
"Fik lo kenal sama cowok yang rambutnya agak panjang terus gayanya kaya anak bandel, sekolah di sini juga?" Ucap Tasya.
Afika mengerutkan dahinya "Lo ngomong apa sih gue gak ngerti?"
"Gak jadi deh lain kali aja gue ceritain lagi"
"Ih lo bikin gue penasaran"
Tasya nyengir tanpa dosa, beberapa menit keduanya diam tanpa suara sampai tiba-tiba Afika berucap.
"Menurut lo Raja gimana?"
"Ha? Maksudnya?" Tanya Tasya tak paham.
"Gue baru tau namanya kemarin dan juga prestasi dia di sekolah ini, dia juga ganteng jadi gue tanya menurut lo Raja gimana?"
"Menurut gue Raja ya raja cuman Raja jaman sekarang beda sama Raja jaman dulu" jawab Tasya seenaknya.
Afika menggeram jengkel "bukan itu sya maksud gue"
Tasya menepuk bahu Afika "sudahlah Fik, lagian lo liat darimana sampai prestasinya Raja bisa lo tau dan lagi gue tanya dari mana bagian gantengnya Raja coba? Dia biasa aja tuh"
"Kemarin gue ke ruang osis ngambil kartu siswa gak sengaja liat berkas atas nama Raja tergeletak di meja karna gue penasaran terus gue baca deh" Ucap Afika cengengesan "Oh ya gue gak tau tipe cowok yang lo sukai tuh kaya apa padahal menurut gue Raja itu udah tipe cowok paling ideal tau gak selain ganteng dan pinter main basket dia juga pernah juara satu pertandingan sastra bahasa inggris se indonesia, itu keren banget tau apa lagi nih-.."
"Jadi apa lo suka sama Raja?" Sela Tasya hingga refleks Afika langsung menggeleng.
"Belum sih soalnya kemarin gue ketemu sama cowok ganteng yang lain, lo bener sya kalau sekolah kita punya deretan cowok ganteng gak salah gue sekolah di sini" ucap Afika dengan mata berbinar-binar, Tasya menepuk dahinya ia tak menyangka bakal punya teman yang hobinya liatin cowok-cowok ganteng.
Sekali lagi Tasya menoleh ke luar jendela, hujan masih belum reda tapi di bawah sana sepertinya dia melihat sesuatu sampai Tasya mencoba untuk menajamkan matanya ke satu arah objek di bawah sana.
"Cowok tadi?" Gumamnya, Masih memperhatikan cowok yang baru saja menerjang derasnya hujan hanya dengan berpayungkan jacket.
"Lo barusan ngomong apa sya" tanya Afika, Tasya segera menggeleng.
"Bukan kok, gue gak ngomong apa-apa lo salah denger kali"
"Oh" jawab Afika sembari bermain ponselnya lagi "sampai kapan kita nunggu hujan reda sya? Semua anak sekolah udah pada balik pulang" Afika berucap tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel dia.
Tasya melihat jam tangan, pukul tiga lewat lima belas menit, seharusnya dirinya sudah pulang setengah jam yang lalu tapi karna hujan jadi ia memilih agar hujannya reda terlebih dulu.
Tasya menghela nafas panjang lalu melihat Afika tengah bersiap akan pulang.
"Sya gue udah di jemput lo balik sama gue aja mau gak?"
"Gak lah Fik palingan hujannya sebentar lagi reda lagian jalur rumah kita kan beda takutnya ngerepotin, gue gak enak"
"Kalau gitu gue pulang duluan ya sampai ketemu besok lagi" Afika melambaikan tangannya, Tasya tersenyum menanggapi sebelum deringan ponsel mengagetkan nya.
Raja ngeselin
"Woy pulang gak lo!"
Tasya memanyunkan bibirnya membaca pesan dari Raja, memang ya tuh cowok gak ngerti bersikap lembut sama cewek apa? Meskipun lewat pesan juga bisa buat Tasya kesal.
Sebelum beranjak dari kursinya Tasya kembali menoleh keluar jendela terlihat satu persatu kendaraan di parkiran berkurang juga hujan yang mulai reda dan cowok tadi sudah tidak kelihatan.
Ponselnya kembali berdering kali ini Raja mengirimnya pesan suara, Tasya membuka pesan suara dari cowok ternyebelin seantero sekolah biru.
"Lumutan gue nungguin lo! Buruan ke tempat biasa" seru Raja lewat pesan suara yang dia kirimkan.
"Pulang sana gue gak butuh pulang bareng lo!" Teriak Tasya di depan ponselnya beruntung kelas sudah sepi itupun tinggal dirinya seorang jika tidak pasti teman-teman yang lain pada melihatnya dengan heran.
Raja ngeselin
"Lo pikir gue mau nungguin lo! Kalo bukan karna di suruh gue juga ogah" balas Raja.
Tasya sudah tak mau membalasnya dia lebih memilih turun ke tempat cowok itu menunggunya sebelum terjadi perang dunia dadakan.
Terlihat sekolah sudah hampir sepi Tasya berlari di bawah gerimis kecil menuju mobil hitam di luar.
"Sekarang apa lagi! Gue udah di dalam mobil tapi lo malah gak bergerak jalanin mobilnya" protes Tasya sembari mengusap rambut basahnya.
Raja menoleh ke belakang
"Lo pikir gue supir? Duduk di depan, gue gak mau jadi supir lo"
"Apa bedanya sih depan sama belakang tinggal nyetir doang juga! Lagian kalo gue duduk di depan terus gak sengaja nyentuh tangan lo, elo pingsan lagi kan gue yang repot dan bisa celaka juga kalo lo pingsan pas lagi nyetir" cerocos Tasya jengkel.
Raja memutar bola matanya malas "bla...blaa..blaa.. bodo amat duduk di depan atau gue gak gerakin ini mobil" katanya keras kepala.
Tasya menghela nafasnya, menyerah.
"Gue gak tau kenapa lo suka banget debat sama gue" ucapnya sembari bergerak berpindah dari kursi belakang ke depan.
"Sudah kan sekarang apa lagi?"
"Gak ada" Raja mulai menjalankan mobilnya dengan tenang sedangkan Tasya berasa gondok dengan cowok di sampingnya ini.
Untuk menyamarkan kejengkelan nya Tasya lebih memilih menatap keluar jendela mobil dan lagi-lagi tanpa sengaja ia melihat cowok yang tadi pagi tengah berdiri di halte memainkan ponsel dan jacket yang dipakai tadi tersampir di pundaknya.
Mobil terus bergerak sampai tiba di depan rumah Raja.
Tasya turun lebih dulu masuk ke dalam rumah yang sepi, sepertinya tante Diva belum pulang. Cewek berambut panjang ini melanjutkan langkahnya ke kamar.
Pukul lima sore setelah selesai membersihkan badannya, Tasya keluar kamar bersamaan dengan Raja yang kebetulan kamar mereka saling berhadapan.
Kini mereka saling melemparkan tatapan sengit.
"Apa liat-liat" ujar mereka bersamaan.
Keduanya memalingkan wajah dan langsung berlomba menuruni tangga.
"Lo kalah" Raja berbalik menjulurkan lidahnya mengejek Tasya sebelum pergi ke arah kulkas dan mengeluarkan sebotol air mineral. Tasya melongo bisa-bisanya cowok itu menganggap menuruni tangga adalah ajang lomba kecepatan? Dasar!
*****
Huplaa apa kabar epribadeeh pasti baik kan..
Jangan lupa tinggalkan komen ya.