Beberapa hari yang lalu William mendapatkan telepon dari maminya, meminta dia untuk datang ke Mansion. Tepat pukul 16.00, William pulang dari perusahaannya diantar oleh Jo-sang asisten. Setelah menikah dengan Carabella–mantan istrinya, William memang memutuskan untuk tinggal di Mansion miliknya sendiri. Cara selingkuh darinya. Jo adalah orang yang membuka perselingkuhan Cara, dan menemani William saat memergoki Cara di kamar hotel dengan seorang laki-laki.
Semenjak perceraian dengan Cara. William berubah menjadi sosok yang dingin dan arogan. Dia juga jarang sekali menemui orang tuanya, seakan dia menghindar. Perasaan William begitu hancur. Dia masih tidak menyangka, kalau Cara akan mengkhianatinya. Selama ini dia hanya menjadikan wanita sebagai pelampiasan hasratnya, dan membuangnya seperti sampah jika dia sudah tak membutuhkannya.
Mami Rosella-maminya, meminta William menikah kembali. Agar anaknya berhenti bermain jalang dan memiliki keturunan untuk penerus kerajaan bisnis keluarga. Dia ingin sang anak menghapus kenangan buruknya bersama mantan istrinya, karena dia yakin di luar sana masih banyak wanita yang tulus mencintai anaknya. Mami Rosella sempat juga ingin menjodohkan anaknya dengan teman sosialitanya yang bernama Marissa. Namun, William memutuskan untuk membeli seorang perawan yang nantinya akan mengandung benihnya. Setelah itu, wanita itu diminta pergi. Dia hanya ingin menikah secara kontrak. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Daniel-bapak tiri Flo yang hendak menabrakan diri ke mobil William yang saat itu sedang melaju. Daniel menjual Flo seharga dua milyar kepada William, untuk membayar hutang kepada rentenir, dan juga membiayai kehidupannya. Seakan dunia mendukungnya, William menerima tawaran itu. Hingga akhirnya, mereka membuat kesepakatan.
***
William langsung masuk ke kamarnya untuk mandi. Setelah itu, barulah dia membaringkan tubuhnya di ranjang. Dia sering kali merasa kesepian. Namun, dia selalu menepis perasaan itu.
‘Selama kamu berpikiran seperti itu terus, kamu tidak akan pernah bisa menghapus rasa trauma kamu. Kamu akan selalu menganggap wanita itu sama. Ayolah, Wil, buka hatimu kembali untuk wanita lain! Jika kamu seperti itu terus, Cara akan semakin bahagia. Dia akan mengira, kamu tidak bisa melupakan dia. Cara akan menjadi besar kepala. Buktikan, kalau kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik darinya! Mami sayang sama kamu, mami ingin kamu bahagia.’ Kata-kata maminya masih terngiang di pikirannya.
"Semua akan Wil lakukan, demi mami dan papi. Kalian adalah sumber kebahagiaan untuk Wil." William berkata begitu lirih.
"Jika kamu tidak selingkuh, aku tidak akan repot-repot melakukan ini untuk memiliki keturunan. Aku benci kamu!"
Dia tutup wajahnya dengan bantal, berharap dirinya bisa melupakan kenangan buruk yang begitu menyakitkan. Cara telah membuat dia trauma terhadap sebuah hubungan dengan lawan jenis. Hingga akhirnya membuat dia sulit membuka hatinya untuk wanita.
Di tempat berbeda, Flo terlihat sudah tertidur nyenyak. Dia merasa lelah karena terlalu banyak menangis. Matanya saja sampai bengkak, karena terus menangis meratapi hidupnya yang tidak beruntung.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, Flo bergegas untuk mandi. William sudah mengatakan kepadanya, kalau asistennya akan menjemputnya.
"Tidurku begitu nyenyak. Sampai-sampai aku bangun kesiangan. Ya Tuhan, dia sudah datang saja sepagi ini." Flo menggerutu.
Rasa panik membuat dia lupa, kalau saat ini dia berpakaian begitu seksi. Dia langsung membuka pintu kamar itu.
Berkali-kali Jo menelan salivanya. Pagi ini Flo terlihat begitu seksi, menggunakan pakaian tidur yang dibelikan William. Namun akhirnya, Jo tersadar siapa wanita di hadapannya.
"Segera bersiaplah! Kita harus segera berangkat secepatnya. Saya tunggu di lobby. Saya harap 15 menit dari sekarang, kamu sudah datang menghampiri saya," kata Jo tegas.
"15 menit? Secepat itu? Ta—tapi, aku belum sarapan. Perutku lapar," ungkap Flo dengan polosnya.
"Baiklah, 20 menit. Saya rasa waktu 20 menit, sudah cukup untuk kamu."
Jo langsung pergi meninggalkan Flo. Dia tidak ingin berlama-lama dengan calon istri bosnya itu. Bisa-bisa, dia akan jatuh cinta padanya.
"Apa kamu sudah bersamanya?" Tanya William yang kini sedang berbicara dengan asistennya melalui panggilan telepon.
"Saya masih menunggunya di lobby. Saat ini Nona Flo sedang bersiap-siap di kamarnya. Sepertinya, dia bangun terlambat," jelas Jo kepada tuannya.
"Dasar anak kecil pemalas!" Umpat William.
Bagi William, Flo wanita yang menyebalkan. Dia tidak menyangka, kalau akhirnya takdir mempertemukan dia kembali dengan Flo. Bahkan mereka sebentar lagi akan menjadi pasangan suami istri.
William dan Flo sebelumnya pernah saling bertemu. Flo pernah menumpahkan minuman berwarna di jas William. Dia juga membuat William terjatuh, karena terpleset terkena air. Saat itu William sangat marah, karena Flo telah mempermalukan dia. Terlebih saat itu tidak ada Jo yang membantunya.
Flo langsung berlari secepat mungkin meninggalkan tempat itu, karena William hendak melaporkan dia ke polisi. Namun akhirnya, William tidak memperpanjangnya lagi. Dia kehilangan jejak.
Jo tertawa geli dalam hati, melihat Flo makan begitu lahap. Pandangannya sejak tadi tidak terlepas dari Flo. Dia menemani Flo makan.
"Apa kamu sangat lapar? Sampai-sampai kamu makan begitu lahap," sindir Jo.
"Ya, benar. Semua ini karena Anda dan bos Anda. Asal Anda tahu, papiku langsung membawaku begitu saja. Padahal, aku belum sempat makan. Tadi malam pun, kalian tidak memberikan aku makan. Untung saja aku kuat. Jika tidak, pasti aku sudah pingsan," jawab Flo sambil terus mengunyah makannya.
Mereka kini menuju sebuah salon kecantikan. Jo sudah membuat jadwal dengan penata rias di sana. Dia juga sudah menyiapkan gaun yang indah, untuk Flo.
Sejak tadi William sudah mondar-mandir menunggu Jo menjemputnya. Jo meninggalkan Flo di salon itu, karena dia harus menjemput tuannya. Jo baru saja sampai di Mansion William.
"Dari mana saja kamu? Mengapa baru menjemput saya sekarang? Kamu tahu tidak? Kalau kamu sudah membuat saya menunggu kamu," pekik William.
Jo meminta maaf kepada tuannya, karena dia harus mengurus Flo. Mereka sudah dalam perjalanan menuju Butik dan salon Flo berada. Saat mereka datang, Flo sudah selesai di rias.
William dibuat tidak berkedip, melihat Flo. Dia begitu terpesona dengan kecantikan calon istrinya. Andai saja dia tidak menaruh dendam pada wanita, pasti William akan langsung jatuh cinta padanya. Mereka sudah dalam perjalanan menuju Mansion orang tua William.
"Berusahalah untuk mengambil hati orang tua saya! Jika dia menolak kamu, maka saya akan membatalkan pernikahan kita. Saya akan mencari wanita lain, yang akan menjadi istri saya sementara," ucap William mengingatkan.
"Berarti, bagus dong, jika memang seperti itu. Dengan seperti itu, Anda akan langsung melepaskan aku," sahut Flo membuat William langsung memberikan tatapan tajam kepadanya.
"Awas saja, kalau kamu berniat untuk membatalkan rencana kita! Saya akan menghancurkan kamu!" Ancam William kepada Flo.