Doa yang terkabul

1044 Kata
POV Author. Wisnu menjalankan mobilnya dengan tenang. Ia melirik bosnya yang terlihat termenung di jok belakang. Hari ini ia harus mengantarkan CEO itu ke rumah sakit. Sudah lima bulan itu terjadi. Mereka harus bolak balik kantor dan rumah sakit. Kevin, anak sang bos itu sedang terbaring koma. " Pak, doa bapak terkabul. Ibu sudah kembali, apa bapak sudah bicara dengannya ?" Wisnu memberanikan diri bertanya, sudah tiga bulan dokter mendesak Darren untuk mempertemukan Kevin dengan orang yang dipanggilnya bunda sebelum ia jatuh koma. Bunda Intan, begitu sebutan bocah laki-laki itu pada Intan. Darren menghela nafas dalam, ia memijit pelipisnya. Ini adalah hal yang paling berat yang harus ia lakukan. Mengakui semua kesalahannya pada sang mantan istri. Jika ia jadi Intan, mantan istri yang dulu tak pernah ia anggap keberadaannya. Mungkin ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Apa mungkin Intan akan memaafkan dengan seribu kesalahannya yang tak termaafkan bahkan oleh dirinya sendiri. Penyesalan tak ada gunanya, sekarang ia rela dikatakan sebagai pecundang oleh Intan. " Maafkan saya pak, terlalu lancang bertanya " ucap Wisnu merasa bersalah karena melihat tuannya diam saja. " Tidak apa apa, Pak Wisnu. Saya belum berani bicara dengannya " jawab Darren lemah. Ia melihat jam di pergelangan tangannya. Mereka sampai di rumah sakit. Darren bergegas menuju ruangan perawatan Kevin setelah memakai atribut memasuki ruang ICU. Ibunya tadi menelpon ketika ia baru sampai lobi rumah sakit. Denyut jantung Kevin melemah Informasi dari ibunya. Darren panik, ia menghampiri putranya. " Papa mohon, bertahanlah nak. Maafkan papa, Jangan tinggalkan papa " Darren meraih jemari putranya. Air mata sudah meleleh di ujung pelupuk matanya. Untuk sekian kalinya, ia hanya bisa menangis. Begitu banyak jumlah rupiah di kartu debitnya tidak bisa menjamin putranya akan selamat. Sebelum Kevin koma, anaknya itu terus memanggil nama ibu sambungnya. Darren tak menyangka kalau keputusannya menceraikan Intan adalah keputusan yang paling fatal yang pernah ia ambil. Ia kira Kevin akan bahagia dengan Anne karna pacarnya itu sering membelikan anaknya itu mainan dan sering mengajak Kevin jalan jalan. Ternyata itu hanya sementara, Kevinlah yang memperlihatkan sifat Anne sebenarnya. Darren merasa tak bersalah karena menceraikan Intan. Ia sudah memberikan kompensasi begitu banyak pada wanita itu. Darren mengira kehidupannya akan lebih bahagia. Hidup bersama wanita yang ia kagumi selama ini. Ternyata ia salah, ketika Intan pergi hidupnya justru hancur. Anne tidak sebaik yang ia kira. Wanita itu justru membuat anaknya celaka. " Bangun nak, papa sudah ketemu bunda Intan " bisik Darren, ia mengusap air matanya. Nyonya Gladis mendengar ucapan putranya. Ia menunggu Darren selesai. Ia ingin bicara dengan putra yang dulu pernah ia paksa menerima perjodohan dengan seorang gadis yang menjadi pengasuh Kevin. Ia menyadari kesalahan putranya mungkin tak termaafkan oleh menantunya dari desa itu. Nyonya Gladis menyodorkan putranya segelas air putih. " Apa mama tidak salah dengar tadi nak ? " tanya Nyonya Gladis sambil mengusap punggung Darren. " Apa ma ? " " Tadi kamu bilang kamu sudah ketemu Intan " Darren terdiam, bayangan wajah mantan istrinya itu kembali bermain dibenaknya, setelah semalaman ia melaksanakan sholat Tajahud dan berdoa sepanjang malam agar kembali dipertemukan dengan Intan. Pagi hari ia tak menyangka kalau doa itu terkabul secepat itu. Ia melihat seorang lagi staff dari perusahaan jasa dokumentasi yang disewanya baru datang dengan wajah bersimbah peluh. Berkali kali ia memperbaiki letak kaca mata. Benar, wanita yang sedang tersenyum itu adalah Intan Anindita. Mereka sama sama terkejut. " Darren..." panggil Nyonya Gladis, Laki laki itu tersentak dan mengusap mukanya. Ia lalu mengangguk. " Iya, Intan ada disini ma, perusahaanku jadi klien tempatnya bekerja " " Sudah bicara dengannya tentang Kevin ? " tanya nyonya Gladis tak sabaran. Darren menggeleng. Ia ingat saat Intan bersama Dimas masuk keruangannya. Rasa bersalah itu kembali mencuat. Terlebih saat sebuah foto USG terjatuh dari tas mantan istrinya itu. Dari nama yang tertulis, jelas sekali kalau itu hasil foto ultrasonografi janin mereka. Nyonya Darren. Nama yang tersemat di dalam keterangan foto USG. Di depan Dimas, ia tak bisa membendung air matanya saat Intan pergi ke toilet. " Saya sudah tahu ceritanya pak, Intan adalah sepupu saya, waktu kalian menikah saya sedang berada di luar kota. Saya tidak menyalahkan siapapun " Darren menatap Dimas sambil mengenakan kembali kaca matanya. Ia menghela nafas begitu dalam " Saya ingin bicara dengannya, apa mungkin dia bersedia ? " ketika Dimas ingin menjawab, Darren mendapat telpon dari rumah sakit, ada yang harus ia urus disana. Darren terpaksa menunda untuk mencari tahu keadaan Intan setelah mereka bercerai. Siangnya setelah urusan rumah sakit selesai, ia kembali menemui mantan istrinya itu. Tadi dokter terus mendesaknya untuk mempertemukan Kevin dengan ibu sambungnya. Tapi ketika bertemu lidahnya terasa kelu. Ia tak sanggup mengeluarkan kata apapun. " Apa mama yang perlu bicara dengannya nak, kasihan Kevin. Mama nggak mau kehilangan cucu mama " nyonya Gladis mulai menangis. Darren memeluk ibunya, ia menahan agar air mata itu tidak jatuh lagi dari pelupuk matanya. Ia harus kuat dan rasa sakit yang ia rasakan sekarang adalah karma yang harus ia terima karna kesombongannya dulu. Wajar kalau Intan tak akan memaafkan kesalahannya. Dia begitu menginginkan Janin yang sedang tumbuh di rahim. anak yang sama sekali tak ia inginkan. Penyesalan tiada tara. itulah yang harus Darren terima, seluruh harta benda yang ia miliki tak mampu mengobati rasa sedih yang menderanya. Sekarang Tuhan benar benar mengujinya dengan sakit Kevin, putra yang dilahirkan oleh istri yang sangat ia cintai. " Biar saya sendiri yang akan bicara dengan Intan ma, saya harus berani mengakui kesalahan saya padanya " ucap Darren sambil mengurai pelukan. Di tempat lain, Intan mematut foto dirinya saat menggendong bayi yang masih merah. Ia mengusap wajah bayi itu. Hatinya begitu rindu ingin bertemu anak yang telah dibesarkannya, Meski ia harus kehilangan masa remaja. Waktu bayi itu datang ke rumahnya ia masih duduk di bangku kelas satu SMA. Ia masih ingin bermain main dengan teman-temannya menikmati masa remaja namun ibunya memohon agar ia mau membantu merawat bayi yang sudah kehilangan ibunya saat ia dilahirkan. Intan mengusap bulir hangat yang keluar dari pelupuk matanya. Bayangan ketika Darren memarahinya ketika mencegah Kevin ikut dengan Anne, kekasih suaminya. Darren begitu takut kehilangan kekasihnya itu hingga ia harus dikurung di gudang agar Kevin berhenti mencarinya. Naasnya ia sampai dilupakan hingga tiga hari. " Bunda rindu kamu nak " lirih Intan, ia memeluk foto Kevin, anak yang tidak terlahir dari rahimnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN