Pengambilan gambar diruang Darren tak menemui kendala lagi. Hanya Dimas yang mengerti kenapa wajah Darren berubah cerah saat Intan memberikan kalimat afirmasi agar CEO itu kembali bersemangat.
" Saya yakin anak bapak akan baik baik saja " ucap Intan saat kamera mengarah pada wajah pria tampan itu.
" Terima kasih bu Intan " tanggap Darren. Ia membaca pesan dari Dimas yang membuat hatinya terasa lapang.
[ Intan ingin sekali bertemu Kevin. Ia takut bapak marah seperti dulu, makanya ia tak pernah meminta ]
Setelah Shooting selesai, Darren bergegas pergi. Ia menunggu Intan di lift pribadinya, jantungnya berdegup kencang, saat mendengar langkah sepatu.
" Mari pak " ujar Intan tenang, atau berusaha tenang. Darren mengangguk, tangannya mempersilahkan Intan masuk.
Keduanya hanya saling diam, terpaku dalam pikiran masing masing. Intan lebih sering tertunduk. Darren ingin menggeser tubuhnya agar bisa berdekatan lagi dengan mantan istrinya itu. Tapi rasa berdosa itu membuat langkahnya terpaku. Ingin sekali ia lingkari tangannya di pinggang Intan atau membelai lembut rambut wanita yang telah mengasuh buah hatinya sejak bayi, meski kala itu Intan harus kehilangan masa remajanya demi anaknya.
" Seandainya waktu bisa diputar In, seandainya aku melakukan permintaanmu saat itu yang berharap aku peluk "lirih Darren dalam hati saat melihat sekilas sisi samping Intan.
" Kita sudah sampai pak " tegur Intan ketika lift terbuka. Intan mempersilahkan Darren keluar duluan. Darren menarik nafas dalam, ia ingin berjalan bersisian kalau perlu ia ingin menggenggam tangan itu. Menebus segala permintaan wanita itu saat ia ingin diperlakukan sebagai istri yang diharapkan. Tapi mereka tak mungkin kembali ke masa lalu.
Wisnu membukakan pintu untuk Intan terlebih dahulu sebelum bosnya sendiri.
" Silahkan bu Intan " Intan memandang Darren yang menunggu di pintu sebelahnya.
" Pak, seharusnya bukain pintu buat pak Darren bukan buat saya, saya bisa buka sendiri " tegur Intan tapi sopir itu malah tersenyum.
" Bagi saya bu Intan tetap majikan saya sampai kapanpun "
Intan masuk bersamaan dengan masuknya dengan Darren, kembali mata mereka bertemu.
" Jalan pak " titah Darren, ia melihat ke arah jamnya. Gawai yang sedang digenggamnya berdering. Intan bisa melihat nama yang tertera di layar hp. Masih sama seperti dulu yang sering ia lihat. Lili Putih. itu adalah name tag untuk Anne, kekasih Darren yang begitu dipuja oleh CEO itu bak bidadari berhati putih. Pak Wisnu menjalan mobil dengan tenang.
Intan mengalihkan pandangan. Ia tak melihat reaksi bersalah Darren, laki-laki itu mengutuk dirinya yang lupa menghapus nomor kontak Anne. Sejak mengetahui hasil investigasi dari orang suruhannya soal kecelakaan Kevin, ia begitu menyesal telah mempercayakan pacarnya itu untuk menjaga Kevin. Bersamaan dengan fakta fakta soal Intan yang begitu menderita setelah ia kurung. Mamanya menceritakan fakta fakta bagaimana pengorbanan Intan dalam menjaga Kevin saat mantan istrinya itu masih remaja.
Telpon terus berdering, tapi Darren belum mengangkatnya. Wisnu melihat kearah bosnya yang terlihat linglung.
" Angkatlah pak " sentak Intan dengan nada emosi. Ia menyembunyikan wajah kesalnya dengan melempar pandangan ke jendela. Intan berusaha menekan emosi yang tiba-tiba muncul. Dua suara bergejolak dalam hatinya. Satu sisi ia ingin marah, satu sisi ia menyadari ia bukan bagian dari laki laki disampingnya. Intan menggigit bibirnya agar emosinya turun, begitu kuat hingga bibirnya berdarah.
Darren mematikan hp dan mengusap wajahnya kasar. Ada perasaan yang ingin ia luapkan pada mantan istrinya, ia ingin mengaku, mengaku sebagai laki-laki yang berdosa, laki-laki yang telah mengabaikan cinta tulus istrinya, mengaku telah salah dalam bersikap. Apapun yang Intan lakukan padanya saat itu ia terima. Makian atau pukulan ia akan biarkan tangan itu menyakitinya, satu hal yang saat ini ia ingin perjuangkan pada mantan istrinya. Jangan bunuh cinta yang pernah ada.
" Bu Intan bibirnya berdarah " tegur Wisnu. Ia melihat beberapa tetes darah menetes dari bibir mantan majikannya itu. Darren yang melihat itu reflek mengambil tisu dan mengikis jarak mereka, tangannya cekatan melap cairan merah dari susut bibir bawah Intan.
" Maaf " cicit Darren ketika sorot mata mantan istrinya itu menatapnya tajam.
" Saya bukan Anne pak, saya Intan, wanita yang pernah merusak kebahagian bapak "
" Maaf " ucap Darren sekali lagi.
" Bapak tidak perlu minta maaf, saya justru yang hampir merusak acara pertunangan bapak "
Darren tertunduk, ia meremas tangannya kuat kuat. Kata-kata itu begitu menusuk jantungnya. Demi lancarnya acara pertunangannya, ia mengurung Intan yang ia khawatirkan akan datang di acara pertunangannya, dengan kondisi Intan yang sedang hamil, pasti banyak koleganya yang akan memberikan citra buruk padanya. Ada beberapa koleganya yang sudah tahu mengenai pernikahannya dengan Intan meski hanya secara siri.
Ia mengatakan kalau ia akan menceraikan Intan setelah istrinya itu melahirkan. Jadwal Anne yang padat membuat kondisi wanita yang telah resmi menjadi tunangannya itu drop hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Selama tiga hari ia tak dibolehkan oleh kekasihnya itu pergi hingga ia lupa akan kondisi Intan yang terkurung dalam gudang tanpa makanan dan minuman.
" Maafkan aku, maafkan aku " hanya itu yang bisa Darren ucapkan. Ia teringat ketika terbangun saat menjaga Anne, ia bermimpi melihat wajah seorang anak perempuan yang memanggilnya. Wajahnya begitu mirip Intan.
" Pa..mama sakit " ucap anak perempuan itu, Saat itu Darren baru ingat ia mengurung istrinya itu tanpa sedikitpun makanan. Ia mengutus Wisnu untuk mencek kondisi Intan. Jika sakit tolong bawa ke rumah sakit tanpa pernah ia melihat sendiri keadaan Intan yang mengeluarkan darah begitu banyak dari rahimnya.
Ia malah mengikuti keinginan Anne untuk menemani kekasihnya itu sampai pulih.
" Kata maaf bapak tidak akan pernah bisa mengembalikan anak saya "
" Bu..." tegur Wisnu, ia melihat majikannya sudah berlinang air mata.
" Biarkan saya bicara pak Wisnu, bapak yang melihat keadaan saya saat itu, seandainya bapak jadi saya, bapak pasti mengerti kemarahan saya "
Darren memberikan kode agar Wisnu tak bicara lagi
" Mana janji bapak untuk menjaga Kevin untuk saya, dulu bapak janji Kevin akan baik baik saja jika saya sudah pergi ! " teriak Intan sekuat mungkin.
Hening. Sesekali terdengar isakan Intan. ia menundukkan kepala, ia kembali menggigit bibirnya agar emosinya bisa reda.
" Jangan sakiti dirimu, pukul saja aku In Pinta Darren dengan wajah pias. Hatinya terasa sakit melihat tetes darah tadi, ketika dulu ia tak sengaja melihat vidio rekaman yang diputar Art dirumahnya saat Intan ditemukan, hatinya begitu tersayat.
Darren mengangkat panggilan dari mamanya.
" Kevin kenapa ma ? " tanya Darren dengan nada cemas, ia hanya mendengar suara ibunya yang menangis. Intan pun angkat kepala, ia mendekatkan diri pada mantan suaminya agar bisa tahu apa yang sedang terjadi pada anaknya.
" Buruan pak Wisnu, kita harus segera sampai di rumah sakit " pinta Darren, wajahnya begitu pias. Ia memandang wajah mantan istrinya yang menatapnya.
" Kenapa mas ? "
"