NO, BUKAN TANTE

1051 Kata
Ririe akan backstreet mengunjungi Tama ketika orang tuanya pergi kerja. Menyapa sekadarnya, lalu dia akan berangkat kerja. Itu yang ada dalam benak Ririe untuk planning mulai hari Senin besok. Daripada dia selalu kepikiran anak tersebut. ≈≈≈≈≈ “Kamu bikin apa Sayang?” kata Aruna. “Ibu kan tahu aku paling suka makaroni schotel dan aku memang cuma bisa masak ini,” kata Ririe merendah, karena sejak SMA, sebelum berangkat ke Aussie dia sudah kursus masak. Jadi dia bukan buta dapur. Ririe ingin mengetes apakah Tama sama dengan dirinya, suka makaroni schotel. Besok dia akan bawa makaroni schotel untuk Tama. “Kok bikin yang di aluminium kecil gini. Buat apa?” kata Aruna. “Aku mau bawa besok ke tempat kerjaku. Buat aku ngemil di kantor,” jawab Ririe sambil menabur keju. Aruna pun mengerti, rupanya putrinya ingin bawa bekal. Jadi dia sama sekali tak curiga. ≈≈≈≈≈ ‘Bisa Non. Biasanya Tuan muda berangkat jam tujuh, paling telat setengah delapan,’ itu jawaban yang Ririe terima dari pengasuh Tama. ‘Baik, saya akan ke sana jam delapan. Kalau jam delapan dia sudah makan belum?’ tanya Ririe. ‘Jam delapan itu biasanya dia baru selesai mandi dan mau makan.’ ‘Oke kalau begitu mandikan saja, nanti saya yang suapin makannya. Saya akan bawakan sesuatu untuk dia. Semoga dia suka,’ tulis Ririe lagi. Ririe pun bersiap mandi dan sarapan, dia akan berangkat jam setengah delapan untuk meluncur ke rumah Tama dulu. Baru nanti dia akan ke butik miliknya. Padahal dia ada janji jam sebelas. Terlalu cepat kalau berangkat jam setengah delapan. Hanya karena janjian dengan Tama saja dia berangkat pagi. ≈≈≈≈≈ “Mommy!” teriak Tama dengan senang melihat Ririe ada di ruang makan. “Hallo Sayang. Sini sama Tante,” kata Ririe. “No. Kamu bukan tante, kamu Mommy saya,” jawab Tama lagi. “Ya sudah. Ayo kita makan. Katanya kamu belum makan kan? Apa kamu suka ini?” tanya Ririe mengeluarkan kotak makan yang dia bawa. “Ibu ini saya buat dengan suusu dan kejunya aman buat balita. Apa dia boleh makan ini?” Ririe lupa bukan tanya lebih dulu. “Itu makanan kesukaan den Tama Non,” kata Sulis pengasuh Tama. Tentu saja Ririe senang karena rupanya Tama sama dengan dirinya suka makaroni schotel. Ririe pun mulai menyuapi Tama makan dan kembali Sulis membuat video. “Sekarang Mommy kerja dulu. Besok Mommy ke sini lagi. Nanti malam kamu tidak boleh rewel. Kamu harus nurut sama nanny. Kalau kamu kangen kamu minta nanny telepon Mommy. Mommy akan jawab teleponmu,” kata Ririe seakan Tama anak dewasa yang mengerti semua katanya. Dan anak itu mengangguk-angguk saja. “Ibu saya pamit ya, kalau dia teramat rewel dan tidak bisa dibujuk Ibu bisa telepon saya. Kalau saya sedang tidak sibuk saya akan angkat. Tapi kalau sibuk saya akan tunda, nanti saya yang hubungi lagi,” kata Ririe meninggalkan pesan pada Sulis. “Baik Non. Terima kasih,” jawab pengasuh tersebut. Ririe pun pamit pada Tama, dia ciumi pipi Tama dengan gemas. Lelaki kecil itu pun memeluk sang Mommy dengan erat sekan tak ingin berpisah. “I love you Mommy,” ucap Tama. “I love you too my son,” kata Ririe dengan setitik air di sudut matanya yang dia tahan agar tak bergulir. ≈≈≈≈≈ Bian senyum simpul melihat CCTV ruang bermain Tama, karena tadi si pengasuh memberi kesempatan pada Ririe untuk memberi makan di sana dan CCTV itu juga terhubung dengan Anesh secara langsung. Memang semua yang berhubungan dengan Tama terhubung dengan Anesh dan kakek Bian. Baik kamar tidur mau pun ruang bermain. ‘Anakku sedang apa ya?’ kata Anesh saat dia makan siang. Dia pun langsung melihat CCTV di ponselnya. Dia lihat CCTV sejak dia berangkat kerja. Tentu saja Anesh kaget melihat ada gadis cantik yang menyuapi putranya. Dia juga mendengarkan dengan jelas debat panggilan untuk perempuan tersebut karena Tama ngotot manggil Mommy sedang gadis tersebut minta dipanggil tante atau aunty. Anesh tersenyum melihat kegigihan Tama, sifat yang sangat dia sukai dari putranya. Berani mengatakan keinginannya dan memperjuangkan. ‘Rasanya tadi tidak ada makaroni schotel, terlebih itu di dalam aluminium foil kecil seperti itu, apa gadis itu bawa. Apa aman buat Tama? Jangan-jangan nanti anakku diracun!’ pikir Anesh. Dia langsung menghubungi nanny-nya Tama. ≈≈≈≈≈ “Kalau diracun gadis itu juga mabuk atau pingsan Tuan muda,” kata nanny tersebut saat Anesh bertanya mengapa bisa Tama makan makaroni schotel yang dibawa orang luar. ‘Iya juga ya tak mungkin anakku keracunan sendiri kalau makannya saling suap seperti itu. Tentu gadis itu juga akan keracunan,’ kata Anesh dalam hatinya membenarkan pendapat sang pengasuh. Sulis tak enak pada Anesh karena dianggap mengabaikan keselamatan Tama. “Apa Tuan muda mau lihat video yang saya bikin saat mereka makan satu suap berdua? Kalau keracunan dua-duanya pasti kena. Karena mereka selalu seperti itu. Den Tama pasti menyuapi mommy-nya. Dia tidak mau makan sendirian,” jelas Sulis. Untung tadi dia membuat video bagaimana Tama menyuapi mommy-nya. Pembantu atau pengasuh atau pegawai di rumah itu tidak tahu bahwa ruang main, ruang kamar tidur Tama itu full CCTV yang langsung terhubung ke ponsel Anesh dan Bian. Jadi sebenarnya tanpa diberi rekaman video yang dari ponsel pengasuh, Anesh juga sudah melihat. Semua memang tak diberitahu masalah CCTV agar dua orang itu bisa tahu kejujuran para pegawai. Tapi Anesh tidak memperhatikan hal tersebut, dia tidak memperhatikan kalau Tama menyuapi gadis itu. Yang dia khawatirkan hanya keselamatan anaknya saja. “Sekarang gadis tersebut ke mana?” tanya Anesh lagi. ”Dia di sini hanya datang untuk menyuapi den Tama saja Tuan muda. Habis itu dia pergi. Sepertinya gadis itu mau berangkat ke kantor,” jawab pengasuh pada Anesh. “Apa dia datang tiap hari?” tanya Anesh tanpa berpikir. “Baru satu kali ini Tuan muda. Kan mereka baru ketemu kemarin hari Sabtu sore. Hari Minggu kan Tuan mencari dia di taman kota tidak bertemu,” jawab Sulis. “Oh baiklah. Kita lihat apakah dia akan tiap hari datang,” jawab Anesh lagi. “Apa sebelumnya dia hubungi kamu?” “Iya Tuan. Seperti yang saya laporkan kemarin. Saya minta di share foto, sehingga dia tahu nomor saya. Lalu tadi pagi tanya apakah Tuan Muda sudah makan atau belum karena dia masak untuk bawa ke kantornya.” “Kalau begitu bila besok dia datang lagi kamu kasih tahu saya!” “Baik Tuan.” ≈≈≈≈≈
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN