BABY BOY

975 Kata
“Hari ini kita makan apa? Ayo makan yang sehat, ingat kamu tidak boleh makan junk food,” kata temannya penuh perhatian. “Tidak aku tidak makan junk food, kita ke resto Indonesia saja yuk,” ajak Ririe. Untuk mahasiwa di Aussie, mereka biasa makan aneka menu khas Indonesia. Ririe pun memesan bebek betutu dan kangkung plecing untuk menu makan siangnya, dia tak tahu di sudut ada seorang lelaki yang sebenarnya adalah ayah bayinya. Saat itu Anesh juga sedang makan makanan Bali karena memang resto itu adalah resto khusus menu Bali. Menu yang sama mereka pesan bebek betutu dan kangkung plecing. Hanya Anesh sudah sejak tadi dating, dia malah hampir pulang karena sudah hampir habisa makanan yang dia order. Andai mereka tahu bahwa mereka punya satu nyawa hasil gabungan kegiatan mereka malam itu. Tapi keduanya sama-sama tak tahu walau di satu lokasi yang sama. Dulu saat di rawat juga mereka berada di satu rumah sakit yang sama hanya beda paviliun. “Itu kan gadis yang selalu kita pantau juga,” kata seorang ajudan Anesh di luar rumah makan. “Iya, kenapa jadi mereka berdua di sini ya?” kata ajudan lainnya. “Mungkin keduanya sama-sama ingin masakan Bali. Sudahlah kita kan tugasnya hanya memantau. Kalau pun mereka berinteraksi itu bagus. Yang penting tidak menyalahi aturan tuan besar,” ucap yang lain. Seperti biasa Anesh makan tanpa menegur siapa pun. Dia tidak berurusan dengan orang lain. Makan ya hanya sendiri, kalau ada temannya yang mengajak makan tentu dia akan dengan senang hati tapi kalau tidak, dia ya sendirian saja. Anesh sama dengan Hessa, sama-sama kutu buku, sama-sama berprestasi, sama-sama diam, dan sama-sama tidak suka main perempuan. ≈≈≈≈≈ “Ingat ya, jangan sampai tidak mendapatkan gizi yang terbaik,” kata Bian setiap saat. Dia memantau melalui ajudannya. “Tidak perlu dinasehati seperti itu. Ririe-nya selalu ingin memberi yang terbaik buat baby. Jadi Kakek tenang saja,” kata Hessa. “Dan lagi anak buah Kakek kan selalu memantau dia, mereka bisa lihat kok apa yang Ririe makan tiap hari. Baik di kampus mau pun kalau dia jajan. Dan di rumah pastinya saya menyediakan semua yang terbaik,” kata Hessa lagi. ≈≈≈≈≈ “Kalau kamu ingin sesuatu kamu bilang ya Sayang. Jangan sampai kamu ngences. Kata orang-orang kalau keinginan yang tidak dipenuhi nanti kamu ngences. Tentu Ibu nggak akan senang kalau kamu seperti itu.” Ririe mengajak baby bicara. “Ibu maunya kamu sehat dan kuat. Sama seperti Ibu dan Uwak tentunya ya,” kata Ririe pada bayinya saat mereka hendak tidur. Setiap saat Ririe selalu mengajak sang baby bicara, katanya bayi dalam kandungan sangat baik bila diajak bicara. Itu sebabnya Ririe selalu mengajak sang baby bicara apa pun dan kapan pun bila dia rasa memungkinkan bicara. “Wah kamu sudah mulai ada pergerakan ya Sayang,” kata Ririe saat merasakan ada yang bergeser. Bukan menendang. Baru bergeser di perutnya. Tentu sensasi yang pertama Ririe rasakan dan dia sangat bahagia dengan semua itu. “Sehat terus ya Sayang ya, ini sudah bulan keempat. Sebentar lagi kita bertemu di luar,” kata Ririe dia tentu sangat senang baby-nya sehat. Hari ini dia baru saja control kandungannya. Ririe tak pernah lupa meminum vitamin dari dokter. Dia patuhi semua yang dokter sarankan. ≈≈≈≈≈ “Alhamdulillaaaaaaaaaah,” kata kakek Bian begitu mengetahui calon bayi Ririe adalah lelaki. Sekarang kehamilan Ririe sudah lima bulan. Dia tetap enjoy menikmati hari-harinya. Dia tetap kuliah tidak mau ambil cuti. Teman-temannya menganggap hal itu biasa saja. Tidak ada yang memandang rendah. Itu adalah pilihan hidup. Banyak di luaran sana yang lebih buruk dari Ririe. Mereka jualan tiap malam tak ada yang mencibir. Kenapa Ririe yang menjadi korban penjebakan lalu dikucilkan? Itu tidak adil. Begitu pandangan teman-teman Ririe, sehingga mereka malah mendukung Ririe, bila Ririe kesulitan. Kadang mereka melarang Ririe untuk bolak-balik ke perpustakaan mencari bahan, mereka akan membantu mencari bahan-bahan kuliah dan Ririe tinggal duduk manis. “Aku hanya ingin cicitku mendapat yang terbaik, jangan sampai dia kekurangan gizi, sehingga bodoh. Dia adalah keturunan Ganendra. Tak boleh sembarangan. Terlebih aku tahu dia lelaki, dia perempuan saja akan aku jaga sepenuh hati.” Kakek Bian meminta Hessa membelikan bahan makanan terbaik untuk Ririe. Walau uang bukan masalah buat Hessa, tapi kakek mentransfer biaya yang dibutuhkan Ririe. ≈≈≈≈≈ “Ibu tidak perlu ke sini Bu. Kami akan campink musim panas, jadi tidak ada di rumah, nanti Ibu malahan sia-sia ke Australia kami tidak bisa menemani,” begitu yang Hessa katakan kepada ibunya saat sang ibu ingin datang mengunjungi mereka di Australia, sebab Hessa bilang liburan kali ini Hessa dan Ririe tidak bisa pulang ke Indonesia, berhubung mereka punya kegiatan yang sangat padat. Tentu saja sebagai ibu yang kedua anaknya ada di Australia Aruna Pratama ingin melihat anak-anaknya, karena dia juga kangen. Dia juga ingin refreshing karena sepanjang hari mendampingi suaminya sibuk persiapan pemilu. ≈≈≈≈≈ “Kak, aku baru ingat loh,” ucap Ririe sambil ngemil keripik kentang. “Kenapa?” tanya Hessa yang masih sibuk dengan tugas mata kuliah yang diambilnya. “Tya kan juga kuliah di sini. Apa dia tidak bilang sama ibu dan ayah kondisi aku? Atau setidaknya dia dia bilang ke tante Hanni, nanti dari tante Hanni sampai ke ayah,” ucap Ririe. Tya atau Aditya Sulistyo adalah adik sepupu dari Hessa dan Ririe. Hanni mamanya Tya, adalah adik kandung ayah mereka. “Kamu tidak usah pikirin Tya, urusan Tya sudah ada yang handle. Dia tidak akan pernah berani menyebarkan soal kehamilanmu atau mengusikmu lagi,” kata Hessa. “Kok bisa begitu Kak?” “Sudah tenang saja. Siapa pun tidak akan ada yang bisa menyebar tentang kehamilanmu. Kamu enjoy saja masa kehamilan, sehingga baby selalu sehat. Kamu ingin anak yang sehat kan?” “Iya Kak. Aku ingin baby sehat. Nanti aku akan bersama dengan dia walau kami tidak punya sosok pendamping sebagai ayah atau suami,” kata Ririe yang telah siap jadi single parent. ≈≈≈≈≈
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN