“Jika kita menikah dan tinggal satu atap bersama.” Deg! Gerakan tangan Caca berhenti. Dia mulai menatap lekat pria yang mengucapkan kalimat itu, bahkan tanpa ragu-ragu. Dia menelaah kalimat yang dilontarkan pria di hadapannya saat ini. Apa maksudnya mengatakan itu. ‘Apa yang dia katakan? Apa dia melamarku?’ bathin Caca menebak-nebak. Deg! Aiyaz terdiam. Kedua matanya mengerjap perlahan. ‘Melamar? Kenapa dia berpikiran seperti itu?’ bathin Aiyaz mulai bingung. Entahlah, tidak ada yang tahu bagaimana karakter pria yang satu ini. Tentu saja Caca akan merasa dilamar, sebab kalimat Aiyaz sangat ambigu di pendengarannya. Caca merasa risih dipandang begitu lekat oleh Aiyaz. Dia melempar pandangannya ke arah lain, dan berpura-pu