Deg! Entah kenapa, dia merasa hatinya sangat nyeri saat membaca semua pesan itu. ‘Apa yang telah kau lakukan, Aka?’ bathinnya kemudian bergeming, melirik Caca dengan helaian napas panjang. Dia memperhatikan wajah Caca begitu damai dalam tidurnya. Namun, matanya terfokus pada satu bagian wajah Caca. Sekali lagi, hatinya semakin nyeri. Begitu dalam ia memperhatikan bagian itu. Hidung Caca mulai terlihat membiru. Kening Aiyaz semakin berkerut, saat tubuhnya semakin membungkuk untuk memastikan bahwa kebiruan di hidung Caca tidak membuat kerusakan pada batang hidungnya. Seketika, Aiyaz mengingat isi pesan terakhir yang sempat membuat nyeri ulu hatinya. Dek, Mas kirim uang nanti beberapa hari lagi ya. Jangan pikirin biaya hidup kamu. Kamu fok