"Pagi cintaku sayangku my darlingku. Apa kabar hari ini?" Seru Arham begitu Rena baru saja melewati tangga.
Gadis 17 tahun itu hanya melirik sekilas kemudian melanjutkan langkah nya lagi.
Arham mengejar, "Idih pagi pagi sudah jutek amat sih" godanya.
Rena tetap berjalan tak menghiraukan candaan Arham ataupun sapaan lelaki itu.
"Hei. Ngomong dong kalo aku ajak bicara," seru Arham yang sudah menghadang langkah kaki Rena. Cewek itu memutar bola matanya kemudian melangkah ke sebelah Arham namun lelaki itu kembali menghalangi.
"Hhh.. Mau kamu apa sih ganggu aku terus?" tanya Rena jengah.
Arham tersenyum "Akhirnya mau ngomong juga. Temenan yuk!" ajak nya.
Rena melesat melewati Arham, cowok itu kembali mengejar.
"Cuman mau ajak temenan aja susah banget ya? Setidaknya jika ada teman itu menyenangkan loh" Ucap Vino.
"Gak usah ikut campur" Sahut Rena ketus.
"Rena!" panggil Arham lagi. Rena langsung berhenti dan berbalik menatap cowok cerewet seangkatannya itu yang sedang berdiri sekitar 4 meter darinya.
Wajah datar tanpa senyuman, wajahnya tanpa ekspresi dengan kepala sedikit miring menatap Arham dengan malas, alisnya di naikkan sebelah.
"Kamu gak bosen tiap hari kayak gini? Jika kamu masih ngotot mau ikut ikutan denganku lebih baik jangan, berurusan dengan makhluk gaib itu gak enak, banyak bahaya!" ucap Rena.
"Rena. tunggu!" Seru Arham saat Rena sudah berbalik berjalan lagi.
"Aku hanya ingin menjadi temanmu apa susahnya kamu jadi temanku" ucap Arham.
"Udah terima aja" Sahut Vino.
"Bisa diam gak sih lo!" maki Rena pada Vino namun Arham yang kaget hingga langsung terdiam dan berkedip beberapa kali.
Rena menghela nafas, "Arham dengar," cewek itu berbalik dan Arham menunggu kalimat Rena selanjutnya, "Aku bukannya tidak mau berteman sama kamu. Kamu gak tau kondisi berada di posisi aku itu kayak gimana dan lebih baik kamu gak usah ikut campur demi keselamatan kamu sendiri." setelah itu Rena berbelok masuk ke kelasnya. Arham hanya bisa sampai di pintu mengikuti Rena saat bel masuk sudah berbunyi.
_____
Setelah jam istirahat tiba, Rena langsung menuju ke kantin di ikuti Vino di belakangnya.
"Lihat lihat. Itu cewek yang ngebentak kak Arham tadi bukan sih" bisik anak-anak yang lain.
"Idih muka pas pasan gitu sok jual mahal banget di ajak temenan sama kak Arham gak mau. Kan kasian kak Arham yang di gituin"
"Katanya dia bisa liat makhluk halus sama kematian seseorang loh"
"Shhtt.. Diam. Kalo dia dengar nanti dia bilang sama hantunya buat gangguin kalian"
Bisikan seperti itu sudah bukan masalah lagi bagi Rena. Cewek itu dengan santainya melewati mereka sontak pembicaraan para adik kelasnya itu berhenti untuk menatap Rena seorang gadis indigo yang tidak memiliki satu teman pun.
Vino menatap anak anak berseragam abu abu itu dengan jengkel dia berbalik dan berdiri di tengah tengah cewek-cewek mulut cabe itu kemudian menyentil kepalanya.
"Ah! Ada hantu mukul kepalaku!" teriak salah satunya hingga yang lain ikut ribut saat itu Rena langsung berbalik dan menatap Vino yang sedang cekikikan.
But wait! Vino bisa nyentuh mereka? Kok bisa?
Cowok itu dengan kekehan gelinya menghampiri Rena yang menatap tajam ke arahnya.
"Apa? Aku cuman ngasih mereka pelajaran dikit biar gak gosipin orang," ucap Vino tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Rena berusaha tidak peduli. Ini kantin di mana puluhan anak-anak ada disini dan jika Rena tiba tiba berbicara pada Vino ia yakin hanya butuh waktu kurang dari 1 menit untuk membuat puluhan anak yang ada di kantin itu lari kalang kabut. Rena tidak mau membuat ibu kantin merugi karena nya untuk kesekian kali.
Dalam hati Rena harus bisa menahan untuk tidak memaki Vino.
Rena mulai memesan makanannya dan melahapnya sampai habis sebelum pergi ke area perpustakaan. Ruangan yang begitu damai di antara satu sekolah. Rena mengambil salah satu buku kemudian ia buka dan membawanya duduk sembari membaca buku yang ia pegang itu.
"Shhtt!"
Rena mendongak.
"Shhtt!"
Kepalanya mulai menoleh ke sana kemari.
"Di sini," ucap suara itu dari seberang meja. Namun begitu mengetahui itu suara siapa Rena langsung mencureng. Mood nya langsung down.
"Kenapa kamu ada di mana mana sih," gerutu Rena.
Buku besar yang tengah menutupi wajahnya di turunkan. Arham dengan senyum lebar menatap Rena seakan lupa dengan apa yang beberapa jam lalu Rena katakan untuk tidak ikut campur pada urusannya.
"Kukuh juga nih anak ajak kamu berteman. Udah terima aja, orangnya lumayan kok buat di jadiin temen," sahut Vino yang membuat Rena memutar bola matanya.
Rena kembali fokus pada bukunya mengabaikan keberadaan Arham. Cowok itu kemudian berdiri dan mengambil tempat duduk persis di samping Rena.
Arham menatap Rena dengan sebagian kepala di topang oleh tangannya di atas meja. Sedangkan Rena mulai tidak fokus dengan tatapan Arham yang terus menatapnya, begitu buku yang ia baca di turunkan tenyata Arham tertidur.
Tapi Rena tidak percaya cowok itu benar benar tidur. Padahal Rena ingin mengomeli Arham untuk tidak lagi mendekatinya. Tapi dasar lelaki keras kepala itu sangat susah di kasi tau. Rena berdiri mengembalikan buku ke tempat semula menuju kelasnya lagi tapi begitu dia sampai tepat di atas mejanya ada banyak sekali tulisan kata k********r dari tinta spidol.
Rena menatap teman kelasnya satu persatu yang sengaja mengabaikan dirinya. Dia lebih memilih menghela nafas tidak mau mencari masalah meskipun Rena tau siapa dalang dari coretan coretan di atas mejanya ini.
"Mau aku balaskan?" ucap Vino menawarkan diri.
"Gak usah" jawab Rena.
Meskipun bukan Vino yang di buat seperti ini entah kenapa Vino juga kesal dengan tingkah anak anak remaja kurang kerjaan itu.
Saat bel pulang berbunyi, Rena langsung keluar dari kelas dan berpapasan dengan sosok hitam yang dulu pernah membunuh siska teman kelasnya tapi kali ini sosok hitam itu mengikuti seorang cowok.
Rena tau jika semua orang yang di ikuti oleh sosok itu pasti tidak akan lama ada kabar orang meninggal. Rena sudah biasa dan sering melihat hal seperti ini namun kematian mereka semua berbeda beda.
Rena mengikuti sosok hitam dan cowok yang di ikutinya dari jarak jauh, "Kamu pasti merasakan kalau dia akan segera meninggal ‘kan?" celetuk Vino.
Rena hanya menoleh sekilas ke arah Vino. Begitu akan melewati lapangan tiba tiba cowok tadi langsung jatuh dan kejang kejang. Rena hanya berdiri dan sosok hitam itu tetap berdiri di sana.
Karena jam pulang sekolah kejadiannya, banyak siswa yang langsung berlarian ke anak cowok tadi. Rena ikut melihat dari jarak dekat, cowok itu keracunan terlihat bagaimana ia mengeluarkan busa dari dalam mulutnya, mau di selamatkan pun percuma karena sudah ada yang akan membawa arwahnya ke langit.
Tubuhnya di angkat oleh anak-anak lain dan di bawa ke uks sebelum mobil ambulan datang. Sosok hitam tadi mengikuti, tapi kali ini tidak semenyeramkan saat pertama kali Rena lihat.
"Apa dia adalah malaikat maut?" Celetuk Vino.
"Aku tidak tau tapi mungkin saja iya." jawab Rena.
____
Bersambung...