Setengah jam berlalu sejak kejadian itu, Reyhan merasa lebih tenang. Luna masih berada di sisinya sambil melirik Reyhan yang turut bungkam. "Kak, itu kemejanya dikancing lagi. Nanti aku khilaf lagi, loh!" usil Luna agar Reyhan bisa lebih ceria. Reyhan tak menjawab, hanya kembali mengancingkan kemejanya dengan bibir mengatup rapat. "Kak, jangan patah semangat! Kita nggak tau masa depan. Mereka juga masih pacaran ini, kan? Bisa putus juga. Masih bisa Kak Rey tikung. Jangan mellow gitu!" guyon Luna sambil meninju pelan lengan Reyhan. Tatapan Reyhan berubah teduh. Mengalihkan netranya pada Luna agar gadis itu masih mau mendengarkannya. "Kalau tadi Windy itu orang asing, aku nggak masalah. Aku bisa lakukan apa pun. Tapi dia sahabatku. Sahabat yang kujaga seumur hidupku. Aku tau perasaannya