Sabtu pagi, pukul 09:12
Bu titin yang sedang bersiap-siap pergi berjualan ke pasar melihat dede sedang duduk di teras, ia melihat raut wajah dede tampak sedih, karena penasaran ia hampiri dede.
“Loh dede?? Kenapa kamu sedih begitu nak?..kok cepet pulangnya?” tanya bu titin
Dede terkejut dihampiri ibunya, ia pikir ibunya sudah pergi berjualan
“Eehh…ibu, anu…k-kuenya..” ucap dede terbata-bata
“Kenapa kuenya? Kurang enak?.. ga suka ya si elita?”
“Bukan bu…kuenya jatuh..”
“Yahh…dede..dede…” ucap bu titin kecewa
“Tapi tetap jadian kan sama elita?..”
“Ngga jadi, dede terlambat bu..”
“Maksud kamu apa?..” tanya bu titin keheranan
“Dede terlambat, Elita udah dilamar orang lain..”
“Apa??! Bukannya elita udah janjian sama kamu?..”
Jawaban dede sangat diluar dugaan bu titin, ia pikir semuanya akan berjalan lancar. Karena ia tahu elita sendiri belum mempunyai hubungan dengan siapa-siapa seperti yang diberi tahu bu kartika beberapa hari lalu.
“Gatau bu! Aku gatau!, Elita bilangnya begitu di sms, tapi nyatanya...ada mobil bagus di depan rumahnya. Pas aku tanya ke supirnya dia bilang si bos lagi ngelamar karyawannya, berati itu si elita kan bu?!..”
“Ibu ga nyangka de...yaudah kamu istirahat aja dulu, masih belum pulih kan?..”
“Tapi bu, aku masih ga rela kak elita tunangan sama orang lain..”
“Iya patah hati itu wajar, ibu juga kaget... tapi mau gimana lagi, kalo orangnya datang bawa mobil pasti orang mampu, itu udah pilihan tepat buat bu kartika & elita, lah kita kebalikannya..” ucap bu titin
“Pengorbanan dede udah besar bu, ibu masih inget kan cerita dede sama dodi selamatin kak elita dari penculik...masa iya kak elita lebih milih orang yang berada..”
“Ya...begitulah nak, kenyataan yang harus diterima.., dah ya ibu mau jualan dulu ke pasar...kasian mang yana nungguin warung lama..” ucap bu titin lalu meninggalkan dede sendiri dirumah
“i-iya bu...huftt..” dede menghela napas mengakhiri percakapannya dengan ibunya.
Karena kondisi badannya belum pulih total, dede memilih untuk tidur daripada bingung mau melakukan apa lagi. Perasaannya kini kacau. Marah dan kecewa bercampur jadi satu. Dede mencoba melupakan hal ini dengan tidur.
"Huftt..bisa gila mikirin ini terus..." ucap dede dalam hati
Sementara itu di rumah dodi dan keluarga, seorang duda berumur 37 tahun berbadan gemuk dengan tinggi 167 cm, sedang duduk rapi dengan setelan jas hitam.
Ia adalah Dimas Adiputro. Manager minimarket tempat Elita bekerja.
Bersama kedua orang tuanya, ia kemari hendak melamar karyawan favoritnya serta gadis pujaan hatinya, Elita Putri Anandita.
Semenjak cerai dari istri pertamanya 6 bulan lalu karena masalah keluarga, dimas langsung mencari istri baru untuk menambal kekosongan hatinya. Sosok kasir cantik berpostur tinggi di minimarket miliknya langsung memikat hati dimas, apalagi wanita itu masih single dan berumur 21 tahun. Calon ibu yang sangat cocok bagi keturunannya nanti.
“Terima kasih bu kartika udah menyiapkan ini semua, maaf ya udah buat repot pagi pagi masak banyak..” ucap dimas
“Sama sama mas dimas, silahkan di cicipi, maaf ya kalo kurang enak hihi...saya orangnya jarang buat kue..”
Duduk di sofa seberang kartika bersama elita, tak lupa dodi duduk di kursi bakso karena tak kebagian tempat.
Elita dan dodi masih belum tahu ada acara apa ibunya masak kue sebanyak ini dan maksud dari kedatangan pria itu bersama kedua orang tuanya. Elita malah kaget yang datang justru pak dimas, manager tempatnya bekerja. Ia pikir bakal ada acara arisan RT atau kumpul-kumpul ibu ibu setempat.
Yang lebih anehnya, pak dimas memakai setelan jas hitam yang tidak wajar dipakai kalau hanya sekedar bertamu dan kedua orang tuanya ikut masing masing membawa dua kotak yang terbungkus kertas emas. Dodi pun demikian, ia melihat ke arah kakaknya dan memberi kode dengan tangan apa maksud ini semua, Elita hanya membalas dengan gelengan kepala.
Memecah keheningan, ibu kandung dimas yang sudah lumayan berumur memulai percakapan, sebut saja bu yanti
“Bu kartika anaknya ada berapa ya..”
“Ini aja bu dua hehe, kalo kebanyakan ribet..”
“ohh haha iya, aduh ini yang ganteng siapa namanya bu..”
“Ini Dodi hermansyah bu, anak kedua saya..masih SMA..”
Dodi nyengir saja disebut ganteng, padahal kalau memang ia ganteng pasti dodi sudah berpacaran, namun kenyataannya tidak ada anak perempuan yang tertarik padanya. Justru ibunya sendiri yang kini jadi pacar atau lebih tepatnya pemuas nafsunya.
“Oh iya..ganteng kamu, mirip bintang iklan..”
“Ahaha ibu bisa aja..emang mirip siapa bu si dodi kira kira?..” tanya kartika
“Mirip....uhmmm..”
“Mirip bintang iklan obat cacingan, dia yang jadi cacingnya..” canda elita memotong percakapan
Seketika seisi ruang tamu tertawa karena candaan elita, kecuali dodi yang memasang wajah manyun. Ingin sekali ia menghajar kakaknya setelah acara ini.
“Oh ini ya yang namanya Elita bu kartika?..., aduh cantiknya...ga salah dimas milih kamu nak..” ucap bu yanti memuji
“Iya bu hehe, faktor keturunan hihi..” ucap kartika
Elita mendadak bingung, apa maksudnya ‘ga salah dimas milih kamu’ itu.
“M-maaf...ibu maksudnya apa ya tadi, apa saya ga salah dengar..” tanya elita
“Loh kamu belum tahu elita?..” balas bu yanti
“I-iya maksudnya apa ya..”
“Udah udah udah mah, biar dimas mulai ya..ekhem..” ucap dimas sambil merapihkan dasinya
“Jadi...bu kartika, dodi... Maksud saya kemari bersama ibu dan bapak saya INGIN...melamar anak ibu yang bernama Elita Putri Anandita..”
“Saya sudah mendapat restu dari Ibu Kartika dan Bapak Rahmat untuk meminang mu ke pelaminan, sekarang tinggal dari kamu elita...apa kamu bersedia jadi istri ku..”
“Satu satunya hal yang bisa saya janjikan padamu adalah hati yang tulus, saya akan lakukan yang terbaik untuk mencintai mu sampai ajal menjemput kita, Elita..” ucap dimas dengan romantis
“Aku janji akan memenuhi semua kebutuhan kamu dan keluarga, kita akan tinggal di rumah yang lebih bagus…itu janji aku elita..” ujar dimas
“Tolong, sayang…terima cinta aku yang tulus..”
….
….
….
….
Seketika seisi ruangan hening dan semua mata melihat ke arah elita, menunggu jawaban tulus darinya.
Tiba tiba dodi tertawa terbahak-bahak hingga ia terjungkal dari kursinya
“HAHAHAHA HAHAHA OM OM GOMBAL HAHAHA JANGAN TERIMA KAK AMPUNN..GELI AKU DENGERNYA..ADUHADUHADUH HAHAAHAHAAA!! SAKIT PINGGANG DODI BU HAHAHA..”
“SSTTT DODI...GA SOPAN..” bisik kartika pada dodi
“M-maaf ya pak, bu.. Anak saya yang ini emang masih agak kekanak kanakan hihi..” ucap kartika lalu mengusir dodi pergi. Dodi pun pergi sambil memegangi pinggangnya yang sakit karena terjatuh.
“I-iya bu..hehe gapapa, wajar bu hehe” kata dimas sambil tersenyum walau didalam hatinya kesal kata kata romantisnya malah ditertawakan.
“Jadi gimana, kak ita kamu mau kan sama mas dimas?...ini demi masa depan kamu nak..” ucap kartika membujuk elita agar mau menerima lamaran mas dimas
Tidak seperti adiknya yang malah tertawa, Elita kini diam seribu bahasa. Tidak ada angin tidak ada hujan, manager tempat ia bekerja melamarnya bahkan kedua orang tuanya sudah merestuinya. Yang paling membebani di pikirannya adalah hari ini seharusnya ia dan dede akan jadian, alias memulai hubungan yang lebih dekat. Bahasanya ‘pacaran’.
Malahan pria lain datang pagi ini melamarnya tanpa pendekatan personal padanya. Selama elita bekerja, mas dimas tak pernah memberi perhatian lebih padanya. Semua karyawan diperlakukan sama sehingga elita tak kepikiran sama sekali mas dimas akan mendekatinya. Lagipula mas dimas bukan tipe pria idamannya secara postur tubuh.
Hampir dua menit elita terdiam tanpa ekspresi, kedua orang tua dimas mulai keheranan, begitu pula kartika yang terus menepuk pundaknya agar elita merespon
Kesal pundaknya terus di tepuk, elita merespon. Ia menegakkan badan dan kepalanya, matanya melirik ke arah dimas, lalu kedua orang tuanya, terakhir elita menengok ke arah ibunya dengan mata melotot.
Suasana mulai tegang, semua tahu ada yang tak beres.
Dengan gerakan cepat elita berdiri lalu pergi ke kamarnya sambil menghentak hentakan lantai. Kartika sempat menahan baju elita namun sia-sia, pegangannya langsung terlepas karena kalah kuat.
Sontak dimas dan kedua orang tuanya kaget melihat respon tak terduga dari elita.
Kartika segera menyusul elita ke kamarnya, tak lupa ia permisi dulu ke tamunya.
“Ehh..ini..m-mmaaf pak, bu…ada kendala sedikit…saya izin tinggal sebentar ya..” ucap kartika
“I-iya bu silahkan” balas dimas sambil senyum terpaksa, sementara kedua orang tuanya mulai berbisik-bisik.
“dimas! Itu jelaskan kenapa?!..” bisik bu yanti pada anaknya
“uuhh...mungkin ada sedikit luapan emosi tidak stabil mah hehe..” balas dimas
“Apa?! Ngelantur kamu!..”
“Kamu sudah dekat kan sama dia? Kok bisa kabur gitu orangnya??..” tanya bu yanti
“Kita udah kenalan lama sih bu, sejak dia kerja di toko..”
“Tapi...aku belum sempat pacaran sama dia..” sambung dimas
“APAA!?!?! BELUM PACARAN??!!..”
“Tapi tapi mah, aku udah temenan dekat sama elita...hampir tiap hari dia aku anter pulang naik motor ke desanya diatas sana...aku juga udah sayang banget sama dia mah, tapi aku malu mau nembak, makanya aku seminggu ini ketemu ibunya minta restu buat menikahi elita, biar langsung aja mah, gituu…” ucap dimas
“Bukan begitu dimass...hadehh hadehh harus ada persetujuan dari pihak wanita juga bukan hanya ibu dan bapaknya doang! Jangan samakan dengan istri pertama mu itu! Ga semua wanita itu sama!..”
“Gimana nih pak, si dimas bikin repot dan malu aja!!...udah tua masih aja gini, masalah ginian aja kamu ga ngerti dimas!...ibu malu sama bu kartika!..” tanya bu yanti pada suaminya
“heh, yaudah pulang aja...acaranya batal...gitu aja kok repot..” balas pak darmo, suami bu yanti
Tanpa mereka sadari, sedari tadi dodi sedang duduk di kursi baksonya, mendengarkan percakapan mereka.
“Loh kok pulang, kenapa? Makanannya belum di cobain pak, bu... dodi sama ibu buat pagi hari buta loh itu...sayang kalo dibiarin..” ucap dodi
“Astaganaga,… kamu ini... nongol tiba tiba, bikin kaget aja...”
“Iya ada masalah ini nak lamarannya batal...maafin ya udah buat repot nak..” ucap bu yanti
“Lohh kenapa batal?..” tanya dodi
“BANYAK NANYA LO!!, LO JUGA GAK MAU KAN KAKAKNYA GUE NIKAHIN!! BUKTINYA TADI NGETAWAIN GUE!!!..” hardik dimas pada dodi
“DIMAS KAMU KURANG AJAR DI RUMAH ORANG!! DIAM KAMU!!..” bentak pak darmo
Dengan kasar pak darmo menarik tangan anaknya, lalu pergi menuju mobil mereka. Bu yanti juga hendak pulang. Tak lupa, sebelum pulang bu yanti mengeluarkan 3 buah parcel berisi makanan ringan dan coklat, lalu ia beri pada dodi.
“Ini nak dodi, bingkisan buat kamu sama kakak...dimakan aja ini ya, bukan hiasan kok..” ucap bu yanti menyerahkan parcel terakhir pada dodi
“HOREEEE! MAKASIH BANYAK BUU..” ujar dodi bahagia
“Iya nak, sayang kalo dibawa pulang lagi...yaudah ibu pamit ya, titip salam buat bu kartika juga..”
“Iya bu nanti dodi sampaikan..”
Tak lama mobil mereka pun pergi dari halaman rumah.