Setelah mengeringkan badan dan melilitkan handuk di pinggangnya, dodi langsung keluar dari kamar mandi.
Di luar dodi mendapati kakaknya sedang meringis kesakitan duduk di kursi dapur sementara paijo memegangi tangan kakaknya.
“Kakak kenapa?!.., kenapa tadi teriak??..” tanya dodi khawatir
“Ehh dodi, a-anu ini tadi ada kejadian..” ucap paijo
“Kejadian apa? Kakak dodi diapain sampai meringis gitu!!..” bentak dodi
“A-anuu ini tadi mas mau kasih tau caranya pegang sodet yang benar, dodi kan tau mas pernah kerja di resto jadi mas tahu caranya, kakaknya tadi masak pakai tangan kiri soalnya..hihi..-
Nah si teteh ini ngelawan waktu mas ajarin, kecipratan minyak deh hehe..” ungkap paijo
“Kakak ini emang orangnya kidal!!..” bentak dodi hingga membuat paijo melangkah mundur
“Ya ampun…kakak tangannya gimana??..” ucap dodi berjalan mendekati kakaknya
“S-sakit dod, sakit…huuu..”
Dodi mengecek tangan kiri kakaknya dan benar saja, terdapat luka bakar ringan di tangan kakaknya.
Dodi tidak panik dan langsung menarik tangan kakaknya ke wastafel lalu ia biarkan air mengalir di tangan kakaknya selama beberapa menit
“Ohh iya dod, coba pakai odol! Kata orang sih gitu..” ucap paijo
“Bisa diam gak? Dan juga pakai odol itu cara yang ga betul, malah makin parah!..” balas dodi judes
“Eh ada apaan sih pagi pagi ribut gini dodi??..” tanya kartika yang baru sampai dari pasar
“Ini nih bu, tangan kakak kena minyak panas gara gara mas paijo..” ucap dodi
Paijo mulai merasa terpojok karena kehadiran ibu mereka berdua
“Hmm? Mana coba ibu lihat…, Ah ini mah gapapa..besok juga sembuh..”
“B-bb-besokk?!...Kakak harus masuk kerja hari ini bu!..”
“Ya cuti aja dulu..” ucap kartika dengan santainya
“Mana bisa cuti! Shift pertama yang masuk kakak sama si erni doang bu..”
“Terus kenapa bisa kena minyak?..” tanya kartika
“Tanya tuh sama mas paijo..” balas dodi
Paijo kemudian menjelaskan semuanya pada kartika dengan segala pembelaannya tanpa meminta maaf.
“Ohh ya gapapa mas paijo, namanya juga kecelakaan hihi…”
“Hehe iya bu niat saya baik kok..” ucap paijo dengan wajah nyengir
Dodi merasa kesal dengan ibunya yang malah memaklumi tindakan mas paijo sementara dirinya sibuk membantu kakaknya yang kesakitan.
Ditambah lagi ibunya kemudian malah menawari mas paijo kopi, tampak ibu cuek sekali dengan kondisi kakaknya. Dodi sebenarnya ingin protes namun ia takut akan meretakkan hubungannya dengan ibu.
Setelah beberapa menit di aliri air, dodi menngeringkan tangan kakaknya dengan tisu
Kemudian ia beri kakaknya salep khusus luka bakar di bagian yang terkena.
“Kak ini di perban ya?..”
“Perban?..”
“Iya kak, biar ga kena bakteri..”
“Ahh yaudah deh, iya..”
Dodi pun melilitkan perban di telapak dan punggung tangan kakaknya, menyisakan bagian jari yang tidak di perban.
“Aduh dod, makasih dod…haduhh..walau masih perih tapi sekarang mendingan..” ucap elita
“Iya kak, sama sama..” balas dodi
“Maafin kakak ya, jadinya telat kamu..”
“Ah gapapa kak, yaudah dodi berangkat dulu yah..” pamit dodi pada kakaknya
“Iya dod, hati hati…salam buat dede hihihi..”
Hari ini elita terpaksa harus bekerja dengan perban di tangannya. Walau demikian, elita mampu bekerja dengan normal.
Pukul 13:50, Kantin sekolah
Dodi bersama dede dan heru sedang bersantai seusai jam pelajaran terakhir ditemani es cincau yang mereka pesan.
Sudah lama mereka tidak kumpul kumpul, ada ada saja halangannya. Dede hari ini berinisiatif mengajak mereka jajan di kantin.
“De, lu kayaknya seneng banget hari ini..-
Mulut lu nyengir mulu gue perhatiin..” ucap heru memulai obrolan
Bukan tanpa alasan heru menanyakan itu, karena selama di kelas tadi, wajah dede tampak sumringah dan bersemangat, bahasa kerennya ‘memancarkan aura positif’, tak seperti biasanya.
“Oh iya dong her, wajah yang bahagia berarti orangnya bahagia..” ucap dede
“Yaelah bahagia-bahagiaan…kebagusan bahasa lu de!..., emang ada apa sih?!..” tanya heru
“Ada deh…” balas dede
“Dod, ni anak abis kejedot apaan sih? Jadi aneh gini. “
Dodi yang tahu betul alasan dede begitu bahagia hari ini enggan memberi tahu yang sebenarnya pada heru. Ia pun berpura-pura tak tahu.
“Gatau her, biarin aja napa..” balas dodi
Tiba tiba dede merasa perlu ke toilet, ia pun bergegas pergi ke toilet meninggalkan temannya.
Bodohnya dede, ia lupa membawa Hpnya.
Dodi iseng membuka Hp dede dan melihat lihat isi sms-nya. Karena Hp dede masih Hp batangan yang tidak memiliki password, dodi dengan mudah membuka Hp dede. Dodi ingin melihat percakapan dede dengan kakaknya
Heru yang sedang sibuk dengan Hpnya sendiri tak menyadari kelakuan iseng dodi.
Dodi tak kuat untuk menahan tawa saat melihat isi percakapan dede dengan kakaknya. Ia pun tertawa lepas.
“Apa yang lucu sih dod?..” tanya heru
“Ngga…bukan apa-apa…hihi..”
Bagaimana dodi tidak tertawa, isi percakapan dede kebanyakan kata kata manis dan gombal receh dari dede untuk kakaknya. Dari situ juga dodi tahu kakaknya dan dede saling berbalas sms hingga tengah malam.
Tiba tiba satu pesan masuk, rupanya dari kakaknya yang berisi..
[02:08 PM] ElitaSayangku: Dede…kakak mampir ke rumah kamu yah (emot hati)…kangenn..(emot kiss)
Dodi sudah tak kuat lagi membaca pesan romantis mereka, dodi pun menaruh kembali hp dede dan lanjut mengobrol basa basi dengan heru.
Beberapa saat kemudian dede kembali dari toilet.
“Hmmm waduh bro, gue kayaknya harus pulang duluan deh bro...ada urusan..” ucap dede setelah mengecek hpnya
“Yaelah de, baru aja nongol dari wc...urusan apa sih? Kayak orang sibuk aja lo..” balas heru
“Uhh ini...ibu gue minta tolong benerin atap, mumpung belum hujan!..”
“Ohh yaudah, kirain mandiin kebo pak rt lagi hahaha..” canda heru
"Yaudah gue duluan ya dod, her..., MANG! CINCAU YANG BAYAR YANG MAKE TOPI INI YA!!..” teriak dede pada mamang cincau sambil menunjuk ke arah heru
“Sialan lo de!..” ketus heru
Dodi tertawa cekikikan mendengar ucapan bohong dede.
14:20
Dede akhirnya tiba di rumahnya. Dan benar saja, rupanya elita sudah menunggu di teras rumahnya sambil duduk di kursi goyang peninggalan kakek dede.
“Kak ita! Maaf ya jadi nungguin..” sapa dede sambil melepas sepatunya
“Ah kamu mah gitu, lama..” balas elita
“Ya maaf...kan tadi ceritanya mules jadinya ke toilet deh..”
“Dede...liat nih tangan aku..”
Dede lalu melihat tangan elita, terkejut dede mendapati tangan pacarnya dibalut perban
“Loh kok bisa diperban? Kena apa?..” tanya dede
“Tadi pagi aku digangguin lagi masakin dodi telur sama om om di rumah..”
“Om om? Om-nya siapa?..”
“Semalam bapak pulang, dia bawa temennya kesini untuk kerja di ladangnya yang lama..”
“Kerja disini? Berarti dia tinggal disana?..”
“Iya, sampai kamarnya dia jadi..”
“Waduh...enak banget dapet kerja gratis, tempat tinggal gratis terus ketemu kamu tiap hari lagi..”
“Iya de, kakak sama dodi sebenarnya dari awal ga suka sama dia…tapi karena bapak sama ibu udah setuju mau gimana lagi..” ungkap elita
“untung dodi langsung bantu obatin, sama om om itu tangan aku cuma di urut urut ga jelas gitu…udah tau luka bakar malah di urut..” sambung elita
“Apa?? Berani beraninya dia pegang pegang tangan kamu..., sekali lagi kamu di gangguin dia bilang ke dede ya! Biar tak tinju idungnya!..” seru dede
“Hihihi emang kamu berani? Liat aja nanti orangnya di rumah, badannya lumayan kekar..”
“Ga penting mau sekekar apa pun pasti aku bakal lawan..” ucap dede dengan maksud berbeda
“Ihh, muka kamu sini deh!..”
Dede lalu mendekat kan wajahnya ke elita.
“Aduhh aduhh..b-beret..bwerentii. awwww!!..” teriak dede kesakitan
“Hahahaha…kamu sih gemesin banget…sok jago lagi..” tawa elita sambil mencubit pipi dede dengan gemas
“K-kamu katanya kangenn…a-aduhh..ouchh..”
“Oh iya! Hihi..” Elita akhirnya melepas cubitannya di pipi dede
Elita kemudian menarik wajah dede hingga ia dapat mencium pipi dede.
Dede terkejut pipinya di cium elita, padahal ia kira elita akan memeluknya. Dede pun jadi kegirangan.
Dede menyosor hendak membalas ciuman elita namun jari telunjuk elita menahan bibir dede.
“Hihi, nakal ya??..” ucap elita
“Hmm? Masa aku ga boleh?..” balas dede
“Boleh suatu saat nanti hihi..”
“Yah..masa suatu saat..”
Dede kemudian mengajak elita masuk ke dalam untuk sekedar mengobrol-obrol dan melepas penat bersama gadis jangkung yang kini telah jadi pacarnya.
Hanya beralaskan tikar dede dan elita juga menyantap nasi bungkus beserta lauknya yang elita beli sebelumnya.
Singkat cerita jam sudah menunjukkan pukul tiga menjelang sore, Elita pun pamit dari rumah dede.
Sesampainya di rumah, elita mendapati rumah terasa kosong. Tak ada tanda tanda kehidupan.
Ia mengecek kamar dodi dan orang tuanya isinya kosong. Tinggal kamarnya sendiri yang belum ia cek.
Elita lalu membuka pintu kamarnya *kreeek*
Betapa terkejutnya ia mendapati mas paijo bertelanjang d**a sedang tidur di atas kasurnya. Tampak badan kekar paijo agak berkeringat, padahal saat ini cuaca sedang mendung.
Elita tak habis pikir, emosinya meledak melihat pria asing sedang tidur dengan santainya di atas kasurnya.
*PLAAK PLAAK PLAAK PLAAK*
Empat tamparan keras bulak balik mendarat di pipi paijo, membuat paijo terperanjat
“ARGHHHHH!! HAAHHH HAHH HAHH…APA SIH…-
YA AMPUN!!..M-maaf neng…mas ketiduran tadi..”
Terkejut paijo mendapati elita di kamar ini
“SURUH SIAPA TIDUR DI KAMAR INI?!!..” Bentak elita
“Engg..m-maaf teh, beneran mas ketiduran doang..” ucap paijo terbata-bata
“PERGI GAK DARI KAMAR INI?!!..” ucap elita dengan hardiknya
Paijo pun buru buru meninggalkan kamar elita dengan kepala tertunduk malu.
Saat sedang merapihkan sprei kasur yang berantakan elita mendengar pintu kamar orang tuanya terbuka.
Mungkin ibunya atau bapak sudah pulang, pikir elita. Walau ada kemungkinan paijo yang membuka pintu kamar itu. Elita tak berpikiran paijo akan tidur ke kamar orang tuanya, mana berani dia? Namun elita tetap waspada. Apalagi setelah paijo se-enaknya tidur di kamarnya.
Elita tahu betul perbedaan suara pintu kamar dodi dan orang tuanya. Pintu kamar orang tuanya sudah tua sehingga mengeluarkan suara yang agak kencang saat di buka, sebaliknya dengan pintu kamar dodi yang lebih baru dan bagus.
“Loh kakak udah pulang, ibu nungguin juga dari tadi..”
Elita menengok kebelakang dan melihat ibunya di depan kamarnya hanya mengenakan handuk, sepertinya ibu baru selesai mandi.
“Eh ibu, iya mampir ke rumah dede tadi. Dodi sama bapak mana bu?..”
“Oh lagi pada ke ladang tuh, lagi beresin ladang dari ilalang..”
“Ah tau gitu kakak mampir aja kesana, tapi ngomong ngomong kenapa paijo gak ikut?..”
“Oh paijo kakinya sakit tadi, jadi ga ikut deh...baru aja tadi ibu urut..”
“Ohh gitu...huh gimana sih katanya mau kerja tapi udah sakit duluan..”
“Ya gapapa lah kak, daripada dipaksa kerja kasian... yaudah ibu pakai baju dulu ya..”
Elita tak membalas, hanya menganggukan kepala sementara ibunya pergi ke kamarnya.
Setelah beberapa saat elita baru menyadari sesuatu
“Tunggu-tunggu...tadi yang buka pintu siapa? Padahal ibu abis mandi...j-jangan jangan...” gumam elita menyadari hal yang janggal
Elita beringsut mengecek keluar kamar mencari paijo, elita mengecek di sofa namun tidak ada siapa-siapa. Elita mengira paijo akan tidur di sofa, kini tinggal kamar ibunya yang belum ia cek.
“Mana mungkin! Ibu kan ada di dalam juga lagi ganti baju!..” ucapnya dalam hati
Elita kemudian menggedor-gedor pintu kamar ibunya.
*DOR DOR DOR DOR DOR* (karena di gedor bunyinya bukan *tok tok tok*)
“IBUU!! BUKA PINTUNYA!!..”
‘IBUU!!..” teriak elita
“BUKA PINTUNYA!!!...MAS PAIJO DIMANA BU!..”
Semenit dua menit tak ada respon dari dalam, elita mulai geram. Dengan sekuat tenaga ia meninju pintu kamar ibunya dengan keras.
*!!DOOARRRR!!*
Suara yang dihasilkan sangat keras, sampai sampai tetangga yang kebetulan lewat celingak celinguk ke arah rumah. Inilah yang dodi dan kartika takuti dari elita, cantik berwajah anggun namun memiliki emosi yang meledak ledak.
Tak lama kemudian ibunya keluar hanya mengenakan tank top hijau yang biasa ia pakai jika sore hari. Tampak ibunya ketakutan terlihat dari tangannya yang gemetar.
“Hhuhh..huhh...ibu! Kenapa ibu gak nyaut tadi kakak gedor gedor!..” bentak elita
“Uhh..a-anu.....t-tadii...” ucap elita ketakutan terbata-bata
“DIMANA PAIJO?!..”
Elita ingin segera mencari tahu dimana paijo, ia minta ibunya untuk minggir namun ibu menghalang-halanginya. Sehingga ia tak bisa lewat.
“Apaan sih bu! Minggir!!..”
Namun ibunya masih saja menghalang-halangi, Elita sadar ibunya menyembunyikan sesuatu. Emosinya makin menjadi-jadi. Dengan tenaganya ia mendorong ibunya hingga terjatuh.
Kebenaran mulai terungkap, yang ia khawatirkan tadi benar rupanya.
Elita mendapati paijo sedang tertidur di atas kasur ibunya.
“Ohh ini yang ibu coba sembunyikan..” ucapnya dalam hati
Elita sangat terkejut, bisa bisanya ibu membiarkan pria lain di dalam kamarnya saat ia sedang memakai baju. Entah apa yang telah mereka lakukan di dalam.
“Baru hari pertama udah berani sekamar bareng, gimana kedepannya..” ucap elita dalam hati
“Bu, jelasin kenapa ibu biarin mas paijo di dalam kamar ibu?..” tanya elita
Kartika tak membalas, kepalanya pun terasa berat sekali untuk tegak. Ia terus menundukkan kepala.
“Jawab bu! KENAPA IBU BIARIN MAS PAIJO DI DALAM!! IBU KAN LAGI PAKAI BAJU!!..” tanya elita penuh emosi
Tiba tiba ibunya bangun dan pergi meninggalkan kamarnya sambil menangis.
“E-ehh ibu!!...ouch!..”
Kartika memaksa menerobos sampai membuat pinggang anaknya terbentur.
Elita terdiam sebentar, mencoba meresapi kejadian barusan. Ia pun sadar telah berbuat kasar pada ibunya hingga membuatnya menangis.
Tanpa berpikir panjang elita segera menghampiri ibunya yang sedang duduk menangis di sofa sambil menutup wajahnya.
Elita lalu berlutut di depan ibunya
“I-ibu…” sapa elita
“Maafin kakak bu…”
“Maafin kakak dong bu, tadi kakak emosi..”
“J-jangan buat kakak kecewa lagi bu…hikss..hikss..” tangis elita mulai keluar
Melihat anaknya berlutut sambil menangis dihadapannya membuat hati kartika luluh, ia akhirnya buka suara.
“Kamu jadi anak yang baik ya…” ucap kartika sambil mengelus kepala anak pertamanya ini
“Mm-maksud gimana?..” balas elita
“Ibu teringat kamu terakhir nangis kaya gini 13 tahun lalu, waktu itu kamu minta di beliin boneka tapi ibu ga beliin…hihi..-
gak terasa sekarang kamu udah tumbuh besar...tapi kenapa gedenya malah jadi galak, padahal dulu enggak..” ucap kartika
“Aku galak kalau di perlukan bu, aslinya kakak paling sayang sama ibu dan dodi…maka dari itu tolong jangan buat aku kecewa lagi bu..”
“Iya sayang, soal tadi gak seperti yang kamu pikirkan kok…mas paijo itu tidur doang di kamar..”
“T-tapi ibu mau pakai baju kenapa ibu biarkan di dalam??...”
“Ibu kan gak enak ngusirnya kak..”
“I-iya deh, tapi janji ya…jangan sampai terulang lagi..”
Kartika tahu apa yang dimaksud elita, ia tak ingin kejadian mesumnya dengan dede terulang.
“Janji, ibu janji…, kalau kamu percaya sama ibu, sini peluk ibu kak..”
Elita beringsut memeluk ibunya sambil berdiri, terasa hangat sekali badan ibunya. Elita pun senang bisa memulihkan hubungannya dengan ibu yang sempat renggang tadi.
Kendati demikian, Elita tak sepenuhnya percaya pada ibunya. Ia malah meningkatkan kewaspadaannya sejak kejadian sore ini