bc

Dihamili Dokter Kandungan

book_age18+
8.5K
IKUTI
57.8K
BACA
HE
escape while being pregnant
heir/heiress
drama
bxg
genius
affair
like
intro-logo
Uraian

dr. Dylan Rajasa Argawinata Sp.Og adalah dokter Obgyn baru dirumah sakit Atma Medika, rumah sakit besar yang merupakan milik keluarga dr. Regan. Baru beberapa bulan bekerja, Dylan tiba-tiba terlibat hubungan yang sangat rumit dengan seorang model antagonis bernama Berlian Adellia. Berlian adalah adik sepupu Regan yang menetap di Australia. Kedatangannya ke Indonesia hanyalah untuk mengunjungi keluarganya. Namun sialnya, wanita cantik itu harus terlibat cinta satu malam dengan dokter Obgyn bernama Dylan.

Dokter tampan berusia tiga puluh lima tahun itu langsung menjadi idola baru di rumah sakit Atma Medika. Ramah, baik hati, murah senyum dan sangat welcome pada semua pasien membuat Dylan langsung mendapat tempat dihati para pasiennya.

Menjadi seorang dokter adalah impian Dylan sejak kecil, apalagi menjadi seorang dokter Obgyn adalah hal yang selalu Dylan dambakan sejak ia mengenal pelajaran Biologi tepatnya pada bab reproduksi.

Dylan adalah pria yang sangat bersahaja, tampan dan tak pernah neko-neko dalam segala hal. Sempat beberapa kali putus dari wanita, membuat Dylan kini memutuskan untuk tak lagi menjalin hubungan asmara.

Dylan ingin lebih fokus kepada pekerjaannya, pekerjaan yang sangat ia cintai. Meskipun usia tiga puluh lima tahun di Indonesia adalah usia yang sangat matang dan cukup untuk membangun sebuah bahtera rumah tangga.

Ketika Dylan enggan untuk memikirkan soal pasangan, disaat itu juga ia dihadapkan dengan sebuah masalah besar yang cukup rumit.

Malam yang panjang dimana hubungan panas itu terjadi membuat Dylan tak bisa mengabaikan Berlian begitu saja. Meskipun wanita itu berulang kali mengatakan jika hal itu sudah biasa dan tak perlu Dylan ingat-ingat lagi. Namun tetap saja Dylan tidak bisa melakukannya. Karena ada sesuatu yang tertinggal didalam tubuh Berlian yang harus Dylan pertanggungjawabkan keberadaannya.

Dan Dylan tidak bisa lari begitu saja...

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1 Menolong Dylan
Seperti biasa Dylan bertugas di rumah sakit siang ini. Jadwal prakteknya dimulai satu jam lagi dan ia harus sudah bersiap pergi ke rumah sakit. Setibanya dirumah sakit, Dylan langsung disambut hangat oleh para pegawai dan perawat yang menyapanya dengan senyuman hangat. Aura Dylan memang sangat menggoda, tak bisa dipungkiri sama sekali jika dokter Obgyn itu memiliki pesona dan daya tarik yang sangat memikat hati. Senyumannya sungguh sangat meneduhkan, membuat jantung berdetak tak karuan. Membuat siapapun yang melihatnya pasti akan ikut senyum-senyum sendiri seperti orang gila. "dr. Dylan, ya ampun dok, gemes banget sih..." Ungkap salah satu perawat yang tampak terlihat gemas ketika melihat Dylan berjalan seperti bias. "Nanti kalau gue hamil, gue mau diperiksa sama dia. Ya ampun gimana ya rasanya..." "Kelamaan nungguin hamil, gue aja mau kalau dihamilin sama dia." "Bibit unggul banget ya?" "Jelas. Anak gue pasti lucu banget nanti kayak bapaknya." "Halu Lo!" "Nggak apa-apa deh, menghalu aja dulu, siapa tau nanti jadi kenyataan." "Kriteria dia pasti standard internasional, buktinya sampai sekarang dia masih sendiri, pasti dr. Dylan selektif banget." "Ya wajar ajalah dia selektif, namanya juga dokter, gantengnya nggak ada obat lagi. Nggak heran kok." "Dan kita berdua ini apa? Cuma remahan kacang, dilirik aja enggak, eh disenyumin doang." *** Sore menjelang, Dylan akhirnya telah selesai dengan tugas-tugasnya. Sungguh hari yang sangat melelahkan, namun meski begitu Dylan sangat senang dengan pekerjaannya. Karena semelelahkan apapun pekerjaan yang kita lakukan, jika kita menyukai pekerjaan tersebut dan melakukannya dengan sepenuh hati, maka lelah tersebut tak akan pernah terasa sama sekali. "dr. Dylan!" Panggil salah satu perawat. "Iya?" "Dokter setelah ini free kan?" Tanyanya. "Yup, ada apa memangnya?" "Rencananya setelah pergantian shift saya dan beberapa perawat mau ngajakin dr. Dylan makan-makan. Sebentar aja dok, dokter bisa ya... Please..." Bujuk perawat tersebut dengan penuh permohonan. "Eh tapi..." "Nggak lama kok dok, abis makan dokter bisa langsung pulang. Tolong dok... Please ya ya..." Perawat bernama Fiona itu terus memohon seraya memegang tangan Dylan membuat Dylan merasa sangat risih. "Ba-baiklah, saya bersedia ikut." Ujar Dylan pada akhirnya seraya melepaskan tangannya dengan paksa. Fiona memang akhir-akhir ini semakin tidak sopan kepadanya, entah itu benar atau cuma perasaan Dylan saja. Yang jelas Dylan merasa sangat aneh dengan sikap Fiona kepadanya akhir-akhir ini. Mereka berdua memang cukup dekat karena Fiona adalah salah satu perawat yang bertugas untuk membantunya menangani pasien. Namun bagi Dylan, hubungan mereka berdua hanyalah sebatas hubungan antara rekan kerja. Dylan tak pernah berpikir sampai kearah sana. Namun sepertinya Fiona sudah salah paham, Dylan yang selalu ramah dan baik itu mungkin membuat Fiona jadi salah mengartikannya. Kalau sudah begini Dylan jadi risih sendiri. Tapi mau menolak juga tak enak hati. Dylan sungguh bingung, mungkin ia diamkan saja terlebih dahulu karena masih awal. Namun jika lama kelamaan sikap Fiona jadi kurang ajar, maka Dylan akan bersikap tegas kepada perawat itu. *** Malam pun tiba, dan Dylan akhirnya telah sampai disebuah restoran yang lokasinya tak jauh dari rumah sakit Atma Medika. Dylan merasa agak aneh karena cuma dia satu-satunya dokter yang diajak makan-makan. Sedangkan yang lainnya adalah perawat berjumlah lima orang, tiga perempuan dan dua laki-laki. Saat memasuki restoran perasaan Dylan sudah tidak karuan, mau pulang tapi segan, Dylan tak enak hati dengan perawat yang lain. "Dokter mau makan apa? Biar saya pesenin ya dok." Tanya Fiona. "Eum... Saya, saya pilih sendiri saja." Dylan pun segera mengambil buku menu, sedangkan Fiona yang melihat itu jadi merasa malu sendiri. Namun ia masih tak mau menyerah untuk terus mendekati Dylan. "Makanan favorit dokter apa sih dok?" Tanya Fiona tiba-tiba. "Saya? Saya makan apa saja." "Oh... Kalau minuman?" "Saya juga minum apa saja." Lama obrolan monoton itu berlanjut sampai tiba-tiba dari kejauhan ada seorang gadis cantik yang sedang memperhatikan mereka berdua. Gadis yang tak lain adalah Lian itu menatap Dylan dengan tatapan intens seolah tengah mencurigai sesuatu. Saat Dylan berbalik, tiba-tiba saja Fiona memasukkan sesuatu ke dalam minuman Dylan dan hal itu pun tak luput dari pengamatan Lian. Lian tentu saja merasa kesal sendiri dengan apa yang Fiona lakukan. Dan Lian pun sudah menduga jika serbuk yang Fiona masukkan kedalam minuman Dylan adalah obat perangsang. Melihat tatapan penuh cinta dan kagum yang Fiona berikan kepada Dylan membuat Lian langsung bisa menebak jika gadis yang berprofesi sebagai perawat itu menaruh perasaan kepada Dylan. Setelah Dylan menenggak habis minumannya, dokter tampan itu awalnya tidak merasakan apapun, namun lima belas menit kemudian, tiba-tiba saja ia merasakan sensasi gerah yang sangat luar biasa. Melihat reaksi Dylan yang tidak biasa, Fiona tentu saja langsung tersenyum puas, dan hal itu entah kenapa membuat Lian merasa sangat kesal setengah mati. "Dasar jalang, beraninya main belakang." Gumam Lian dengan penuh emosi. Entah kenapa ia ingin sekali menyelamatkan Dylan dari jebakan perawat licik itu. Dalam hati Lian, ia tidak rela jika dokter seperti Dylan bisa jatuh ke tangan perawat tidak tahu malu seperti Fiona. "A-apa yang kamu lakukan?" Tanya Dylan pada Fiona dengan tatapan tajam, bahkan sekarang Dylan tengah merapatkan kedua kakinya seraya menahan segala gejolak dan hasrat menggebu-gebu yang tengah ia rasakan. "A-apa? Sa-saya nggak ngapa-ngapain kok dok." "Dokter silahkan dinikmati ya dok, terimakasih banyak karena dr. Dylan sudah mau meluangkan waktu untuk kami semua." Ujar salah satu perawat kepada Dylan yang saat ini tengah mengatur nafasnya guna meredakan rasa ingin menerkam siapa saja wanita yang ada didepannya. Tapi Dylan masih punya akal dan pikiran yang waras, meskipun ia sedang ingin memangsa seorang wanita, namun Dylan tentu saja tidak akan mudah melakukannya. Apalagi dengan Fiona, cuih! Jangan harap. Setelah semua ini, Dylan akan membuat perhitungan dengan perawat itu. "Dokter apa mau saya antar pulang? Kayaknya dr. Dylan lagi nggak enak badan." Tanya Fiona dengan wajah tanpa dosa. "Saya bisa pulang sendiri. Maaf semuanya saya permisi dulu, terimakasih atas undangan makannya. Tapi saya harus pergi sekarang." Dylan sudah akan berdiri namun Fiona tiba-tiba saja menarik tangannya. "Tapi dok, acaranya belum selesai." "Lepaskan saya!" Pinta Dylan dengan tatapan membunuh. Fiona pun segera melepaskan tangan Dylan dengan takut-takut. "Maaf ya semuanya, aku akan antar dr. Dylan pulang dulu, kalian bisa lanjutkan makan-makannya." Ujar Fiona dengan penuh percaya diri, perawat yang lain pun seolah risih dengan apa yang Fiona lakukan terhadap Dylan. Fiona itu terlalu percaya diri sampai ia tak sadar diri. Sungguh bikin malu saja. "Saya bisa pulang sendiri, sebaiknya kamu disini saja." Dylan mencengkeram kursi dengan kuat, demi Tuhan ia sudah tak sanggup lagi menahan semua ini, ia perlu air hangat untuk menetralkan ini semua. "Tapi dok, dokter kayaknya nggak bisa pulang sendiri, biar saya antar ya dok! Ayo dok!" Fiona sepertinya sangat memaksa karena ia punya maksud tersembunyi, disaat seperti ini Dylan benar-benar sangat sulit untuk melawan. Tubuhnya panas sekali, Dylan benar-benar sangat ingin bertempur sekarang juga, tapi astaga ini benar-benar sangat sulit, Dylan tidak mungkin melakukannya dan tidak akan mau melakukannya meskipun Fiona memaksanya. "Sayang!" Suara itu, suara lembut yang tidak asing ditelinga Dylan. "Sayang kamu ngapain disini? Kamu kenapa?" Tanpa rasa sungkan Lian tiba-tiba saja mengambil alih tangan Dylan dari Fiona yang hanya bisa berdiri mematung seperti orang dungu. Fiona terlalu terkejut saat melihat gadis yang kecantikannya bahkan tak ada seujung kuku pun darinya. Dylan sendiri juga benar-benar terkejut dengan kehadiran sosok gadis yang bahkan tak ia ketahui namanya. Gadis yang kemarin sempat membuat dirinya kagum karena kecantikannya. Dan apa katanya tadi? Gadis itu memanggil Dylan dengan sebutan sayang? "Maaf mbak siapanya dr. Dylan?" Tanya Fiona pada Lian. "Kamu nggak tau ya kalau dr. Dylan ini udah punya pacar? Ya ampun kasihan banget, jangan kepedean dulu ya! Kalau mau pedekate itu dilihat dulu orangnya udah punya pacar apa belum, kalau kayak gini kan malu sendiri." Tutur Lian dengan tatapan jutek. "Siapa bilang saya mau pedekate? Mbak jangan sok tau ya!" "Udah nggak usah munafik, emang ya pacarku ini udah banyak banget yang ngincar. Bahkan udah punya calon istri aja masih aja diteror sama gadis-gadis j****y macam kamu." "Mbak jaga ya omongannya!" Fiona sudah sangat kesal, ia ingin sekali mencakar wajah mulus Lian, namun tiba-tiba saja Lian buru-buru pergi sambil membawa Dylan yang sempoyongan. "Dokter! Dokter mau kemana dok?" Seru Fiona dengan frustasi. Namun Dylan sama sekali tak menggubrisnya. "Udahlah nyerah aja. Pacar dr. Dylan lebih segalanya bila dibanding kamu. Kayaknya anak orang kaya pula, nggak main-main outfitnya. Tas yang dia bawa aja bahkan bisa buat beli mobil baru." Ujar salah satu rekan perawat Fiona. Fiona pun tampak kesal setengah mati, sungguh gagal total rencananya untuk menyebak Dylan. Padahal ia ingin sekali mengikat dokter itu dan menjadikan Dylan miliknya. Fiona sangat kesal jika melihat Dylan dikerumuni banyak pasien wanita yang ingin sekali disentuh perutnya. Fiona sungguh muak melihat senyuman manis Dylan kepada para pasiennya. *** Lian sudah membawa Dylan keluar dari restoran, namun saat ia akan pergi, Dylan tiba-tiba saja menarik tangannya dengan kuat. "Ada apa lagi? Kan udah ditolongin, bilang makasih juga enggak, sekarang malah nggak mau lepas." Lian berusaha melepaskan tangannya, tapi rasanya sangat sulit sekali, ia kalah kuat dengan Dylan yang tangannya saja terlihat berotot. "To-tolong saya sekali lagi, saya mohon." Pinta Dylan dengan terbata-bata. Sungguh Dylan sudah tak sanggup lagi menahannya, efek obat kuat ini sungguh luar biasa, Dylan curiga Fiona memberikannya Viagra dengan dosis yang melebihi batas. "Sial!" Dylan mengumpat keras ketika miliknya semakin ngilu luar biasa. Dylan benar-benar butuh pelepasan apalagi setelah melihat paha putih mulus milik Lian yang sangat menantang. "Kamu 'itu' ya?" Tanya Lian dengan tatapan terkejut saat melihat celana Dylan yang mengetat, apalagi dokter Obgyn itu terus berusaha memegangi miliknya. "Air putih kamu punya air putih, air putih bisa menetralkan, tolong carikan saya air putih!" Wajah Dylan sudah sangat memerah, Lian bingung sekaligus kasihan sekali saat melihat Dylan begitu sangat tersiksa. "Ada dimobil ben- eh, kan aku kesini pakai taksi online. Ya ampun, gimana ini?" "Dimobil saya cepat! Ambil saja didalam!" "Bentar-bentar, ini-ini!" Setelah mengambil air putih, Lian pun segera memberikannya kepada Dylan. Dylan segera meminum air tersebut bahkan ia turut mengguyur kepalanya yang terasa sangat pening seperti ingin meledak. "Nggak bisa, ini kurang, astaga apa coba berpikir, ashhh..." Pria itu melenguh hebat, sungguh tak tahan lagi rasanya menahan semua ini. "Aduh gimana nih, ke rumah sakit aja gimana?" "Nggak bisa, seisi rumah sakit bisa menertawakan saya. Saya mau mati rasanya, saya... Saya mohon tolong saya sekali saja." "Tolong apaan? Kita nggak kenal, aku nggak mau. Aku tau maksud kamu." "Saya mohon sekali saja, saya janji akan berikan apapun yang kamu mau." "Nggak mau, maaf aku nggak bisa. Lebih baik kamu cari orang lain." "Ini urgent sa-saya... Tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Saya juga tidak bisa memberikannya kepada sembarang wanita." "Aku nggak tau, aku bingung, masa bodo!" Lian tiba-tiba saja pergi meninggalkan Dylan begitu saja dipinggir jalan. Demi Tuhan meskipun Dylan adalah dokter yang ketampanannya sangat luar biasa, tapi bukan berarti Lian akan dengan mudahnya menyerahkan dirinya kepada Dylan. Lian bahkan selama ini sangat menjaga dirinya dengan baik, meskipun tinggal di Australia dengan berprofesi sebagai model adalah sebuah tantangan yang begitu besar baginya. Namun sampai saat ini hubungan yang sering ia jalani dengan para pria tak pernah sampai kelewat batas. Saat melihat Dylan dari kejauhan, Lian benar-benar tidak tega, hati nuraninya seakan terketuk, Lian goyah, ia tak sanggup melihat Dylan kesakitan dengan bercucuran keringat dingin. "Gila ini gila. Hhh... Terpaksa, apa boleh buat, ini hanya untuk kemanusiaan." Gumam Lian pada akhirnya seraya berjalan kembali kearah Dylan lalu segera menyeret dokter tersebut menuju hotel yang lokasinya tak jauh dari restoran. Lian janji ini hanya untuk sekali dan terakhir. Jika bukan Dylan orangnya, Lian tentu tak akan pernah rela melakukannya pada siapapun juga.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
114.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
199.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
18.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
217.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook