“Pengiriman kita dibajak, Tuan. Tiga orang kita mati.” Cia menggunting ujung simpul benang jahit. Setelah menyelesaikan semua tahap pengobatan pada luka di paha Geraldo, Cia kemudian menutupnya dengan kain kasa, lalu menyegel ujung kasa dengan plester. “Bagaimana bisa? Memangnya kamu tidak mengatur pengawalan saat mengirim barang?” tanya Geraldo geram. Bukan hanya kehilangan barang, tapi dia juga kehilangan nyawa anak buahnya. Geraldo mengalihkan tatapan mata tajamnya. “Eric.” Yang dipanggil langsung berdehem. “Maaf, Tuan. Karena kemarin memang ada banyak pengiriman—sementara banyak orang kita juga sedang—” Eric menghentikan sesaat kalimatnya. Bola mata pria itu bergulir ke samping. “Hentikan dulu perbincangan kalian.” Cia bersuara. Wanita itu membereskan dengan cepat perkakas yang di