Gula Jawa

1697 Kata
Selamat malam . Up Vines Semoga suka Jangan lupa Votement'a Happy reading . . . . Setelah gadis nakal itu keluar, aku mempelajari berkas yang sejak tadi berada di atas mejaku, berkas kontrak yang akan aku tandatangani bersama PT Makmur Tower. Kontrak baru untuk pembangunan Apartemen 40 lantai, proyek besar pantas saja minta bertemu langsung denganku. Tok tok tok “Masuk!” “Maaf pak, klien sudah datang dan menunggu di ruang meeting.” Kata Joko saat pintu sudah terbuka, aku mengangguk. “Oke.” Jawabku sambil membereskan berkas dan bangkit, berjalan keluar ruang kerja menuju ruang meeting, langkahku terhenti saat melihat Ines sedang sibuk di depan laptop, saat sedang serius Ines memang menggemaskan membuat jiwa jombloku meronta – ronta ingin segera memilikinya. “Ines!” Panggilku dan gadis itu melirik. “Ya.” “Ikut ke ruang meeting, sekalian belajar biar bisa bantu pekerjaan Joko.” Kataku dan dia mengangguk, manis sekali sih kalau nurut begitu, aku ‘kan jadi gimana gitu. Kami bertiga berjalan menuju ruang meeting, Joko membuka pintu terlebih dahulu karena dia yang berjalan di depan. “Selamat pagi.” Sapa Joko saat pintu sudah terbuka, mataku langsung bertemu dengan wanita itu, ah s**l! Kenapa harus bertemu dengan dia, pantas saja dia memaksa bertemu denganku, kenapa juga aku tak ingat jika PT Makmur Tower miliknya. “Selamat pagi pak Vino.” Sapanya padaku, sumpah ya kalau saja dia bukan rekan bisnis rasanya benar – benar malas bertemu dengannya lagi. “Pagi.” Jawabku datar. “Senang bisa kembali bertemu lagi dengan pak Vino, sudah lama ya mungkin empat atau lima tahun kita tak berjumpa.” Aku tak berniat menjawab basa basinya, jika bisa aku tak ingin bertemu dengannya untuk selamanya. Kalian mungkin bertanya – tanya siapa wanita yang aku temui ini, apa dia mantan pacarku? Tentu bukan, karena aku belum pernah pacaran. Apa dia pernah jalan denganku? Jawabannya ya, aku pernah jalan dengannya sekali dan itu yang terakhir kali juga, karena sejak itu aku benar – benar menjauhinya. Aku mau menerima ajakan makan malam karena awalnya urusan pekerjaan tapi saat makan malam, dia membuatku murka. Dia Sukma, janda kaya raya pemilik beberapa restoran dan apartemen mewah di Jakarta dan Surabaya. Janda kaya yang sudah membuatku panas dingin karena permintaan gilanya, dia rela memberikan satu restorannya untukku asal aku mau menemaninya satu malam, bukan menemani lebih tepatnya memuaskannya dalam satu malam. Gila, biar kata orang aku ini playboy, badboy, sengklek atau apalah sebutannya, aku ini masih punya harga diri, aku masih mampu membeli lima restoran sekaligus, bukannya aku sombong tapi aku bicara fakta karena aku keturunan Abhimanyu, meski tak ada uang pun tetap aku tolak, karena bagi Abhimanyu harga diri nomor satu. Aku mau melepas keperjakaanku, tapi dengan wanita yang aku cinta dan pastinya sudah sah menjadi istriku, sudah sah untuk aku sentuh. Jika belum sah, mana berani aku, bukannya aku sok suci, tapi aku ingat keluarga atau kelak jika aku punya anak perempuan, aku tidak bisa membayangkan jika keluargaku atau anak perempuanku kelak di sentuh pria tanpa sebuah ikatan pernikahan, okelah cium mungkin nggak apa, tapi jangan sampai lebih. Meskipun jujur aku akui, akhir – akhir ini benteng pertahananku hampir saja jebol setiap kali berdekatan dengan Ines. Aku berjalan untuk duduk di kursi yang biasa aku duduki setiap meeting, kalau saja perusahaan dia dan perusahaan yang aku pimpin tidak menjalin kerja sama dari dulu, dari jaman opa Pras rasanya malas sekali kerja sama dengannya, aku hanya menghargai kerja keras opa yang sudah susah payah membangun perusahaan dan mencari rekan bisnis yang memang bisa dipercaya. “Silakan duduk.” Kataku saat sudah duduk, mempersilahkan tiga orang perwakilan dari PT Makmur Tower untuk duduk. “Terima kasih.” Jawabnya dan aku hanya mengangguk saja. “Kita langsung saja ke inti pertemuan ini, karena saya harus kembali ke polres, urusan lain – lainnya bisa di bicarakan dengan asisten dan sekretaris saya.” Aku pun mulai membuka rapat, menjelaskan beberapa detail proyek yang akan berlangsung tanpa menatap wanita itu sama sekali. “Baik, saya rasa hanya itu yang bisa saya jelaskan, untuk lebih lengkapnya bisa tanyakan pada mereka berdua, bisa tanda tangan kontrak sekarang? Karena saya harus pergi.” “Baik pak Vino, kami sudah cukup jelas dan silakan kita mulai penandatanganan.” Aku hanya mengangguk saja dan mulai menandatangani kontrak, “Sebelumnya saya mohon maaf karena harus pergi dulu, mari.” Kataku sambil menyalami mereka satu – persatu, saat aku menyalami Sukma, dia menggenggam erat tanganku matanya terus menatapku. “Pak Vino, apa lain waktu kita bisa bertemu kembali? Saya ingin mengajak bapak makan malam, apa bisa?” tanya dia sambil tersenyum. Apa? Makan malam? Jangan harap deh, aku belum pikun saat makan malam terakhir. “Maaf saya nggak bisa janji, mungkin ibu bisa ajak Joko sebagai perwakilan saya, permisi.” Kataku langsung menarik tanganku dari genggaman tangan Sukma. Rasanya menjijikkan sekali, aku kira dia sudah tobat nyatanya masih saja suka sama berondong. Kalian nggak usah ketawa, aku memang berondong, masih perjaka tulen, usiaku dengannya mungkin ada selisih 15 – 20 tahun. Aku keluar ruang meeting di ikuti Ines, Joko masih berada di dalam. “Ines, ikut ke ruangan saya.” Kataku sambil terus berjalan, tanpa menoleh ke belakang di mana Ines berada. Aku memasuki ruang kerjaku dan segera memasuki toilet untuk mencuci tangan, parfum wanita itu menempel di tanganku, rasanya bikin mual. Aku keluar toilet dan gadis nakal itu sudah duduk manis sambil memainkan ponselnya. Ya ampun, aku benar – benar sudah jatuh pada pesona gadis gula jawa ini, coba anteng terus seperti itu, kakanda akan langsung melamar adinda, ciyuuuss nggak bohong, kalau bohong rela deh langsung di nikahkan sama dia, ngarep boleh lah ya. “Saya memang manis, lihatnya jangan gitu juga kali.” Suara lantangnya membuyarkan semua lamunan manisku, rasanya greget sekali saat sedang enak – enaknya melamun harus di sadarkan dengan perkataan itu. Aku berjalan mendekatinya, duduk tepat di depannya, menatap wajahnya yang tak pernah di poles makeup, setiap hari dia hanya mengukir alisnya dan juga memakai lipstik, tapi bagiku sudah terlihat sangat cantik, cinta oh cinta benar - benar sudah membuatku tak waras. “Manis gula biang, bikin perut mules.” Kataku sambil menahan tawa. “Terserah bapak saja deh, sekarang ada apa bapak minta saya ke sini?” Aku menyodorkan ponselku padanya, dia tampak bingung karena terlihat jelas dari kerutan di keningnya. “Minta nomor kamu.” Kataku. “Buat apa?” Rasanya gemas sekali saat dia bertanya buat apa, maunya sih jawab buat PDKT, tapi yang ada bikin gadis nakal ini makin menjadi, santai kaya di pantai sajalah, yang penting masih bisa di pantau, jangan sampai kecolongan lagi ada yang mendekati dia. “Kamu lupa? Saat ini sudah menjadi sekretaris saya? masa saya nggak punya nomor sekretaris sendiri, kamu juga sejak jadi sekretaris nggak pernah lapor apa – apa, mulai sekarang tugas melapor bukan Joko tapi kamu, paham?” kataku dan dia hanya mengangguk saja. Ines mengambil ponselku dan mengetik nomornya, aku menatap wajahnya, Ines memang benar kalau dia manis, semanis gula jawa. “Kasih namanya gula jawa, jangan nama kamu.” Kataku dan dia langsung menatapku. “Kenapa gula jawa?” “Karena kamu mirip gula jawa, hitam manis.” Kataku sambil tersenyum. “Tadi katanya gula biang!” “Nggak, cocoknya gula jawa.” Kataku dan dia menyerahkan ponselku, aku melihat nama contact-nya. Dineschara Sekre Bos Galak Aku langsung menatapnya, “Kamu tuli ya, saya bilangnya gula jawa kenapa nama ini yang di tulis? Terus, maksudnya apa ini bos galak? Memangnya saya galak?” Dia mengangguk, “Bapak ini nggak cuma galak tapi juga ngeselin dan nama itu jauh lebih bagus dari gula jawa.” Katanya sambil mengedipkan mata kanannya dan berdiri, melangkahkan kakinya meninggalkan aku yang saat ini tak lagi bisa berkata apa – apa. Sumpah, jantungku rasanya mau lepas saat dia berkedip menggodaku, suaranya terdengar manja dan sexy. Ya ampun, gadis itu sekarang makin nakal saja, membuat aku makin jantungan, tubuhku mendadak lemas sekali. Aku menggeram kesal, menggaruk kepalaku yang tidak gatal, gara – gara ulahnya sijun yang sedang tidur jadi terbangun, membuatku frustasi. Kenapa sih jun, sekarang suka banget bangun jika di dekat gadis nakal itu, dari dulu aku jalan sama model atau artis yang kinclong kamu nggak pernah bangun, giliran dengan gadis nakal itu suka sekali bangun, bikin aku pusing. Aku butuh minuman dingin, otakku saat ini benar – benar panas. Aku menekan interkom, menghubungi Joko, “Ko tolong beliin air putih pakai es batu yang banyak sekarang juga.” Kataku dan langsung mematikan interkom tanpa mendengar jawaban dari Joko. Tok tok tok “Masuk!” jawabku, akhirnya setelah lima menit menunggu datang juga. Aku menatap ke pintu saat pintu terbuka, aku terkejut melihat orang yang membawa minuman pesananku, dia yang tak aku harapkan muncul di depanku saat ini, dia Ines. “Kenapa kamu? Joko mana?” tanyaku langsung tapi dia diam saja, tangannya memindahkan gelas berisi air putih dan es batu dari nampan ke atas mejaku. Dia menatapku, “Terima kasih Ines sudah membawakan saya minuman.” Katanya, “Pak Joko masih di ruang meeting, tadi saya yang angkat bukan pak Joko.” Aku hampir saja tertawa saat mendengar sindirannya, ya aku memang salah karena tidak mengucapkan terima kasih tapi langsung memberondongnya dengan pertanyaan, mau bagaimana lagi, aku terkejut saat melihat dia membawakan minuman pesananku, saat ini aku sedang tidak ingin bertemu dengannya. “Iya terima kasih, keluar sana!” kataku dan dia langsung menatapku lalu tersenyum, aku sudah curiga saat melihatnya tersenyum apalagi ini pertama kalinya dia tersenyum sangat manis sekali padaku, meskipun aku bahagia karena melihat senyum manisnya, tapi aku juga was – was pasti dia akan menjahiliku. “Air dingin buat apa? Buat mendinginkan kepala bapak ya? Makanya, jadi om – om pikirannya jangan m***m terus, tersiksa sendiri ‘kan?” katanya sambil tertawa dan melangkah keluar ruang kerjaku. “INES!!!” Teriakku dan dia malah tertawa ngakak, s**l! Lagi – lagi gadis itu bikin aku tak bisa berkata apa – apa. Benarkan, dugaanku tidak meleset, dia memang makin nakal, awas kamu gadis nakal tunggu pembalasanku, sudah dua kali kamu jahil padaku. *** Terima kasih Yang sudah memberi Votement . . Bagaimana part kali ini? . . Jika suka karyaku jangan lupa tambhkan ke library + follow my Acc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN