Selamat malam
.
Spoiler bab 14 WP sudah ada di i********: : storyrosh_
yang belum lihat, cuuuss meluncur ke Ig
.
Up Vines
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Happy reading ?
.
.
.
.
Dineshcara Gantari Mahika
Berulang kali aku merutuki kebodohanku, bisa - bisanya aku bersikap genit pada atasanku yang super ngeselin itu. Seharian ini aku di buat kesal dengan segala tingkahnya itu, pagi tadi saat aku baru kembali dari pantry, pak Joko tumbenan memarahiku dan memintaku untuk segera masuk ke dalam ruang kerja atasanku.
Masuk ruang kerja atasanku, di sambut dengan wajahnya yang sangat menyeramkan, sepertinya suasana hatinya sedang tidak baik - baik saja, aku sebisa mungkin bersikap biasa saja dan setenang mungkin, meski sejujurnya aku sangat takut dengan tatapannya itu, jantungku sudah berdetak kencang.
Dengan sikap bossy-nya, atasanku ini menuduhku pacaran di pantry dan seperti biasa gaji buta selalu dia katakan, padahal pria yang ngobrol denganku itu karyawan baru bagian lapangan, dia tanya apa benar bahan pembuatan rambu belum tiba, karena divisi produksi rambu hari ini libur dan aku jawab iya, pengiriman scotlait terhambat, kemungkinan malam atau besok pagi baru sampai, itu info yang aku dapat dari divisi pembelanjaan.
Belum hilang rasa kesalku karena dia menuduhku pacaran, selanjutnya dia membuatku sangat malu, karena dengan kurang ajarnya dia menunjuk kancing kemejaku yang tak sengaja terlepas. Kesal iya, malu apalagi, bahkan aku langsung pergi dari ruangannya, aku tak peduli dianggap tak sopan.
Saat aku sudah mulai bekerja, atasanku ini mengajak ke ruang meeting untuk bertemu klien, katanya sekalian aku belajar biar bisa bantu pekerjaan pak Joko, aku nurut saja ikut ke ruang meeting, malas untuk mendebat, toh itu juga bagian dari pekerjaanku saat ini.
Di ruang meeting, entah kenapa suasananya benar - benar sulit diungkapkan dengan kata - kata. Wajah atasanku yang tadi sudah cerah bersinar dan berhias senyum menyebalkan, mungkin karena berhasil membuatku malu di depannya, saat sudah masuk ruang meeting mendadak wajahnya terlihat angker, bahkan lebih angker dari pagi tadi. Wajahnya langsung cemberut saat bersalaman dengan wanita yang bernama bu Sukma, berbanding terbalik dengan atasanku, wajah bu Sukma justru berbinar dan tak lepas dari senyumnya.
Aku jadi curiga, sepertinya ada kisah kasih di masa lalu antara mereka berdua. Menurut kabar burung yang aku dapat, atasanku ini playboy, sangat suka gonta ganti pacar, jika benar bu Sukma ini mantan pacarnya, benar - benar amazing, wanita yang pantasnya jadi ibu untuknya malah di pacarin.
Sepanjang atasanku menjelaskan detail proyek, bu Sukma terus saja menatap atasanku, tatapan yang terlihat sangat memuja dan mendamba membuatku bergidik, tapi juga ada rasa tak suka yang aku rasakan, rasanya nggak rela banget lihat atasanku yang super ngesilin ditatap seperti itu.
Selesai meeting aku di ajak ke ruang kerja atasanku, di sana dia meminta nomor ponselku dan memintaku untuk menyimpannya dengan nama gula jawa, benar - benar kurang asem orang ini, mentang - mentang kulitnya lebih cerah dari kulitku, wajarlah jika kulit tubuhku tak cerah, selain faktor keturunan aku juga tak pernah perawatan, sayang banget buang - buang duit untuk perawatan.
Atasanku ini memang tampan, seperti opa - opa korea, matanya yang sipit, tapi sangat tajam dan menakutkan jika menatap, dia juga memiliki lesung pipi, jakun yang makin membuatnya lelaki banget.
Dia memang sempurna sebagai laki - laki, tapi kelakuannya itu yang bikin ngelus d**a dan perbanyak istighfar. Ucapannya cepat berubah - ubah, sekarang dia bicara menyakitkan, menit berikutnya sok manis, menit berikutnya bicara nyleneh yaang bikin kesal.
Aku juga bingung sendiri kenapa dengan genitnya aku mengedipkan mata padanya dan menertawakan wajahnya yang cengo menatapku, lucu sekali.
Setelah mengantar air dan es batu, aku kembali bekerja, memeriksa laporan proyek yang di Surabaya.
Sekitar satu jam-an, pintu ruang kerja atasanku terbuka, aku hanya melirik sekilas lalu melanjutkan lagi pekerjaanku, saat ini aku malas debat dengannya, aku juga masih malu karena tadi sudah genit padanya.
"Ko, tolong bilang sama sekretaris saya, laporan dari Surabaya sore ini segera kirim ke email, saya harus balik ke polres."
Aku mendengus kesal, hello pak! Sekretaris bapak ada di samping pak Joko loh, apa bapak nggak bisa bilang langsung? Inginnya aku bertanya seperti itu, tapi aku urungkan, masih dengan alasan malas debat dengannya.
Aku melirik pak Joko yang tampak kebingungan, tapi tetap saja mengangguk, "Baik pak, nanti saya sampaikan."
Tak lama atasanku berjalan, melewati meja kerjaku yang letaknya memang sebelah pak Joko, atasanku hanya melirik sebentar lalu kembali berjalan. Rambut dan pakaiannya sudah lebih rapi, saat aku mengantar minuman, rambutnya acak - acakan dan kancing kemejanya juga terlepas dua bagian atas, atasanku terlihat sangat kacau.
"Kamu bikin salah apa sama pak Vino?" Tanya pal Joko saat atasanku itu sudah menghilang di balik lift.
Aku menggeleng, " Nggak pak."
"Kenapa pak Vino nggak bicara langsung ke kamu? Sepertinya sedang marah."
"Kenapa tadi nggak bapak tanya saja?"
"Saya kenal pak Vino, saat ini sedang badmood, nggak berani tanya - tanya nggak penting begitu."
"Dari pada bapak penasaran."
"Mending penasaran, dari pada kena semprotnya, sudah lanjut kerja dan jangan lupa nanti sore laporan kamu kirim via email."
Aku mengangguk dan mulai kembali bekerja kembali.
***
Tak terasa sudah jam lima sore, sudah waktunya untuk pulang, pak Joko sedang bertemu klien, aku segera membereskan mejaku.
Drrrttt drrttt
Aku menatap ponsel, ada pesan masuk.
08xxx
Ke caffe sekarang
Caffe? Siapa sih ini orang, salah kirim mungkin, biarkan saja lah.
Drrrttt drrrttt
08xxx
Bisa kali di balas, jangan di R doang. Saya tunggu, 15 menit harus sudah sampai.
Siapa sih ini, bikin penasaran saja, mana PP-nya nggak ada lagi, coba balas deh.
Me
Siapa? Mungkin salah sambung, Jangan SKSD!
08xxx
Pria tampan di seluruh alam semesta.
Pria tampan? Siapa sih ini.
Me
Nggak usah halu, saya nggak kenal situ!
08xxx

Tampan 'kan?
Aku benar - benar terkejut, ternyata yang mengirim pesan atasanku yang super ngeselin dan dengan percaya dirinya mengirim foto. Tapi tetap saja aku tersenyum melihat fotonya, desiran aneh dalam d**a kembali aku rasakan, dia memang tampan, wanita manapun mungkin akan merasakan hal yang sama denganku, seumur hidupku baru kali ini bertemu pria setampan dia.
Drrrttt drrrttt
08xxx
Nggak usah ngiler lihat foto saya, saya memang tampan, wajah tampan saya bisa membuat wanita manapun ileran, termasuk you.
Buruan! GPL, caffe ONIV sekarang juga!
Aku kembali kesal membaca pesan balasan darinya, seenaknya saja bilang aku ngiler, untung tampan, untung atasanku, kalau bukan sudah aku lempar ke kutub utara biar ketemu sama kembarannya.
Aku tak membalas pesannya, tapi tetap juga melangkahkan kaki menuju caffe Oniv di mana aku juga bekerja di sana, caffe yang sayangnya lagi - lagi milik atasanku itu, dunia benar - benar sempit, aku yang dulu kerja dengan nyaman, damai dan sentosa langsung berubah saat bertemu dengannya.
Aku sampai di caffe, atasanku keluar dari caffe. Coba itu, dia memintaku ke sini tapi malah keluar caffe dan langsung menatapku, berjalan mendekatiku.
"Lama banget sih! Ayo ikut!" Katanya sambil menarik tanganku, membawaku menuju mobilnya.
"Ini apaan sih pak? Kita mau kemana?"
"Temani saya belanja."
"Belanja?"
Dia mengangguk, "Iya, buruan masuk! Jangan banyak tanya!" Lanjutnya lagi, sambil berjalan memasuki pintu mobil satunya, aku benar - benar kesal, tapi mau bagaimana lagi, aku harus menurutinya, dengan amat sangat terpaksa aku memasuki mobil, duduk di belakang.
"Kenapa di situ? Kamu pikir saya ini sopir?" Katanya lagi, melirik ke belakang.
"Terus saya di mana?"
Atasanku berdecak, "Di depan lah, begitu saja mesti tanya!"
"Bicara baik - baik bisa kali." Kataku kesal, sambil membuka pintu untuk pindah di kursi depan.
Mobil mulai melaju entah kemana, katanya mau belanja tapi belanja apa aku tak tahu, aku malas bertanya. Mobil memasuki mall, mencari tempat parkir, ternyata tujuannya mall.
"Turun!" Perintahnya, aku menatapnya yang keluar duluan dari mobil, ini orang benar - benar nggak ada manis - manisnya sedikitpun, anyep banget jadi lelaki.
Aku turun dari mobil, mengikuti langkahnya memasuki mall, namun baru beberapa langkah dia berhenti dan membalikkan badannya, lalu menatapku.
"Bisa nggak sih, jalannya jangan di belakang!"
Aku tak menjawab, langsung saja berjalan di depannya, tapi ...
"Nggak di depan juga kali, memangnya saya bodyguard kamu!"
Ya ampun, rasanya geregetan sekali sama manusia satu ini.
"Saya harus di mana? Salah mulu deh!" Kataku kesal.
"Di samping saya, buruan! Keburu malam." Katanya sambil menarik ujung bawah kemejaku, rasanya seperti kucing yang di bawa pemiliknya deh.
Aku diam saja, menurutinya berjalan di sampingnya, atasanku ini membawaku ke market, entah mau belanja apa, mendorong troly memasuki display sabun dan kebutuhan pria lainnya. Aku diam saja, karena memang nggak tahu harus ngapain.
"Saya ajak kamu bukan untuk jadi patung, tapi bantu saya belanja bulanan buat di apartemen."
"Saya 'kan nggak tahu, produk mana saja yang bapak pakai."
Dia mendengus, "Kamu tahunya apa sih! Semua serba nggak tahu!"
Sumpah ya, ini orang benar - benar ngeselin! Wajarlah aku nggak tahu, memangnya aku ini keluarganya? istrinya? Atau ART-nya? Tunggu, ART? Ini aku sekretaris apa babunya sih! Kesal banget rasanya.
"Nggak usah ngebatin, ambil shampoo itu!, ingat - ingat semua yang saya beli, karena mulai bulan depan jadi deksjob tambahan kamu, belanja keperluan saya." Aku menatapnya, apa dia bilang? Mulai bulan depan aku belanja kebutuhan bulanannya? Nggak salah? Ini benar - benar aku jadi babunya juga ya? Arrghh, dengan kesal aku tetap saja menuruti setiap perintahnya, apalah aku ini.
"Mas Vino."
Aku menoleh ke belakang, karena ada suara lembut yang menyapa atasanku ini, dan ...
Wow, ini serius yang di depanku panggil mas dengan amat sangat lembut pada atasanku yang super nyebelin? Ciyus? Benar - benar amazing bigbos.
***
Terima kasih
Yang sudah memberi Votement
??
.
.
Bagaimana part kali ini?
.
.
Jika suka karyaku jangan lupa tambhkan ke library + follow my Acc