5. Reza Arabian ?

1042 Kata
Gween melirik ponselnya dengan tak sabaran, ia sudah menunggu hampir setengah jam di sini tapi pria itu tak juga muncul. Hingga suara klakson mobil yang sangat Gween kenali terdengar di gendang telinganya. Benar sekali, bahkan nada klakson pria iblis itu tak pernah terdengar bersahabat. "Masuk!" perintahnya saat kaca mobil yang hitam mengkilap itu diturunkan. Gween menggeleng lalu menjawab, "aku ada urusan sebentar, nanti aku akan ke apartemenmu," ujarnya. Jero menyipitkan mata, kemudian menoleh saat terdengar suara motor sport berbodi besar dengan warna Silver Blue Carbon yang berhenti di depannya. Pria yang tak lain adalah Reza itu turun dari motornya dan menghampiri Gween setelah melepas helm. "Sorry buat kamu nunggu, kebetulan tadi ada masalah sedikit di resto." Gween memang hari ini sedang menikmati jatah liburnya sehingga tidak tahu menahu tentang masalah itu. Kemudian Reza menyadari ada seseorang yang memperhatikan mereka dari balik kaca Porche hitam mengkilap itu. "Kamu kenal?" tanya Reza bingung, karena jelas saja ia mengerti kasta pria itu jauh di atas mereka tanpa perlu mencari tahu siapa orang di balik kemudinya. Gween gelagapan dan bingung harus memberikan penjelasan apa pada bosnya itu. "Ehmm ... dia bertanya soal jalan," sahutnya yang membuat Jero mendengkus dari dalam. Pria itu kemudian menaikkan kaca mobil dan menjalankan Porche hitamnya dengan kecepatan tinggi seolah menunjukkan performa mobilnya yang tak bisa disaingi oleh motor sport berbodi bongsor milik Reza. "Ada apa dengannya?" tanya Reza bingung. "Jangan dihiraukan. Pria kaya tak punya aturan!" gerutu wanita itu. Reza melirik Gween yang sudah lebih dulu berjalan menuju motornya. "Kamu beneran nggak kenal dia?" Wanita itu menoleh dan menghembuskan napas panjang. "Kami hanya bertemu beberapa kali, dan memang tidak saling mengenal." Reza mengangguk pelan dan memakai helm. "Yuk, kita jalan," ujarnya yang disetujui Gween. Mereka melesat menuju sebuah tempat yang sudah direncanakan Reza untuk menghabiskan waktu bersantai mereka di sore hari sebelum makan malam di sebuah restoran yang saat ini sedang hits di kalangan anak muda. Reza ingin tahu rasa masakan mereka dan juga penarik apa yang ada di sana sehingga membuat restoran ini selalu ramai di cabang manapun. Selain itu, ia juga sudah memboking salah satu room dimana nantinya akan menyatakan perasaannya pada Gween. "Uuhh... danau ini selalu indah," puji Gween saat mereka tiba di tepi danau pinggiran kota. Reza ikut duduk di samping wanita itu yang membuka tasnya dan mengeluarkan air mineral. "Terima kasih sudah menunjukkan tempat sebagus ini," ucap Reza dengan senyum tipis yang mengembang di bibirnya. Gween tertawa kecil sembari mengikat rambutnya yang tertiup angin sepoi-sepoi. "Sejak kecil, aku sering datang ke sini bersama Ayah. Apalagi saat ibu memarahiku," ujarnya sembari mengenang sang ayah yang sudah lama pergi untuk selamanya. Reza dapat melihat raut kesedihan di mata wanita itu. "Sorry," ucap pria itu pelan. Gween menoleh dan menunjukkan senyum terbaiknya. "Nggak masalah," sahutnya. "Bagaimana keadaan adik kamu?" tanya pria itu lagi. "Sudah cukup membaik, operasinya berjalan lancar. Hanya saja dia perlu beberapa kali terapi lagi agar bisa sembuh total dan bisa berjalan seperti semula." "Lalu ... Kekasihnya?" Gween menghembuskan napas panjang dengan tatapan jauh menerawang. "Orang tuanya membawa laki-laki itu ke luar negeri untuk pengobatan yang lebih memadai." Reza menggangguk paham. Yang ia dengar kecelakaan itu melibatkan dua orang yaitu Geisya dan kekasihnya yang saat itu diduga sedang bertengkar setelah keluar dari klub malam dan laki-laki itu mengendara dengan ugal-ugalan. Padahal saat itu mereka baru saja mengkonsumsi minuman beralkohol sehingga terjadilah kecelakaan tunggal karena mereka menabrak pembatas jalan. Untung saja nyawa mereka masih bisa terselamatkan meski dengan luka yang cukup parah. Sebenarnya Gween sangat menyayangkan sikap keluarga dari Dandi yang sekalipun tak pernah menanyakan kabar Geisya yang notabennya juga sebagai korban dari sikap ugal-ugalan anak mereka meski dalam penyelidikan polisi keduanya memang sama-sama mabuk dan bertengkar. Tapi Gween berharap setidaknya mereka sedikit berempati untuk menanyakan kabar dari adiknya itu. Tapi semuanya nihil, bahkan saat itu media sempat membuat berita yang menyudutkan Geisya hingga netizen ikut berbondong-bondong untuk menghujat wanita itu. Tapi entah mengapa, Talia dan juga Geisya selalu saja marah ketika Gween membahas hal itu. Mereka yakin keluarga Dandi memiliki alasan tersendiri dan nantinya pasti datang untuk menemui Geisya dan membawanya ke luar negeri untuk menemani Dandi. Gween hanya bisa menghela nafas panjang mendengar penuturan keduanya yang selalu saja membangga-banggakan anak pemilik usaha batubara itu. Bahkan ketika Gween mengatakan bahwa dirinya meminjam uang sang bos untuk membayar pengobatan Geisya, mereka hanya menanggapi biasa saja dan mengatakan bahwa uang itu akan diganti oleh Dandi nantinya. Padahal Gween bukan ingin itu, ia hanya berharap pelukan hangat dan dihargai oleh Mama dan adiknya itu. Tapi sejak dulu dirinya memang selalu diremehkan oleh sang Mama sehingga itu menular juga ke Geisya yang selalu merasa lebih tinggi dari Gween. "Matahari sudah benar-benar tenggelam. Kamu masih ingin di sini atau kita cari tempat makan?" Reza bersuara dan membuyarkan lamunan Gween. Wanita itu baru menyadari hari sudah gelap dan kelap-kelip lampu di pinggiran danau itu terlihat sangat cantik. "Mas Reza nggak mau keliling-keliling dulu? Katanya biar lebih hafal jalanan sini." Pria itu menggeleng dan memegang perutnya sambil berbicara. "Saya udah mulai laper soalnya," keluh pria itu. "Oh, yaudah kalau gitu kita makan dulu," ucap Gween yang membereskan tasnya sebelum berdiri. Reza ikut bangkit berdiri dan meraih helmnya. Tapi belum sempat pria itu memakai helm tersebut, ia mendapat telepon dari pihak resto tempat pria itu melakukan reservasi malam ini dan mengabarkan bahwa reservasi harus dibatalkan karena terjadi insiden yang mengharuskan mereka untuk tutup saat ini juga. Seolah semesta tak pernah mendukungnya, kali ini pun Reza harus mengundur lagi niatnya untuk menjadikan Gween sebagai kekasih hatinya. Pihak resto memberitahu bahwa ada tawuran antar mahasiswa yang terjadi di sana dan membuat keadaan sangat kacau hingga polisi datang dan mengevakuasi tempat tersebut sehingga mereka terpaksa harus menutup restoran saat itu juga. Reza harus merasa legowo dan akhirnya bertanya pada Gwen untuk tempat makan malam mereka kali ini. Tentu saja wanita itu memilih makan di pinggir jalan atau angkringan yang menyajikan berbagai macam jenis makanan tradisional. Pukul sebelas malam akhirnya Gween tiba di apartemen Jero karena ia harus memesan ojek online lagi dari rumahnya setelah diantar oleh Reza. Dan ia disambut oleh wajah datar Jero yang bertingkah menjengkelkan sepanjang malam itu. Yang tidak Gween tahu, Jero tersenyum puas saat membaca laporan dan lengkap dengan gambar kerusakan bangunan sebuah resto yang dikirimkan oleh orang kepercayaannya malam ini. To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN