13. Teguran Tanpa Perasaan

1169 Kata

Malia memberanikan diri mengetuk pintu kamar Alex. Ia tahu Alex ada di dalam. Namun, Alex tidak merespons. Selama beberapa menit Malia terpaku di sana sambil terus menangis. Hingga akhirnya pintu berwarna broken white yang mengkilat itu terbuka, Malia berusaha keras menghentikan tangisnya. “Kenapa kamu menangis?” Suara Alex terdengar sedikit parau. “Saya minta izin untuk keluar, Tuan. S-saya janji saya akan kembali ke sini. Saya ... saya hanya akan keluar sebentar saja.” Malia mengatakan dengan gugup sekaligus panik. Dahi Alex mengernyit. Tatapan penuh selidik dari matanya yang terlihat sedikit merah efek belum tidur terarah persis ke mata berair Malia. “Untuk apa kamu keluar?” “Teman saya meninggal dunia semalam, Tuan. Saya ingin datang ke pemakamannya.” “Temanmu?” Alex masih menata

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN