Bab 8. Dia itu istrimu!

1083 Kata
Lagi-lagi Mike meninggalkan Yasmin setelah dirinya merasa terpuaskan oleh tubuh mungil itu. Yasmin kembali terisak menangisi nasibnya. Ingin sekali Yasmin berteriak mengatakan pada dunia jika dirinya tidak sanggup akan perlakuan dari Mike. "Hiks! Bang Iwan, aku merindukanmu." Yasmin kembali merindukan sosok pria yang selama ini menjadi teman hidupnya. Teman suka dukanya dalam kesederhanaan. Sayangnya, kini kebersamaan mereka harus terenggut karena keadaan yang mengharuskan Yasmin menikah dengan pria kejam bernama Mike Lewis itu. "Yasmin," gumam pria muda seumuran Yasmin saat dirinya begitu merindukan wanita pujaannya. "Abang rindu kamu, Yasmin." Iwan meremas dadanya karena rindu itu terlalu menyiksa. "Abang janji akan melepaskanmu dari pria itu, Yasmin. Abang mohon tunggu Abang." Iwan Irwandi, pria berusia 22 tahun yang mana statusnya kini adalah mantan kekasih Yasmin. Lebih tepatnya mantan yang dipisahkan. Sebab, saat itu status mereka masih sebagai kekasih yang mana Iwan belum bisa membantu membayar hutang ayah Yasmin pada rentenir yang ternyata di ketuai oleh Mike. "Abang akan bekerja keras untuk membawamu keluar dari genggaman pria itu, Yasmin. Abang mohon untuk tetap kuat." Tentunya Iwan tahu siapa Mike. Pria iblis yang mana tidak akan segan-segan menyakiti orang yang tidak bisa membayar hutang padanya. Bahkan kini Iwan sangatlah khawatir pada keadaan Yasmin yang harus menjadi istri pria kejam itu. "Semoga Allah selalu melindungimu, Yasmin." *** Shubuh kembali tiba. Yasmin mengerjapkan matanya mendengar panggilan yang Maha Kuasa. Gadis itu tertegun melihat tangan Mike melingkar di perutnya. Sejenak Yasmin berpikir, bagaimana sebenarnya sikap Mike kepada Yasmin? Tak ingin terlalu banyak berpikir karena menurutnya itu terlalu tabu untuk dipikirkan. Yasmin pun memilih segera beranjak untuk membersihkan diri. Namun, Mike malah semakin memeluknya. Yasmin menatap wajah suami kejamnya dengan penuh tanda tanya besar. "Seandainya kamu bisa sedikit lembut seperti malam itu, Bang." Yasmin terus menatap wajah Mike yang memang tampan. Tidak Yasmin pungkiri. Di usia Mike yang melewati kepala tiga, pria itu masih sangat terlihat tampan. Bahkan begitu gagah ketika menggauli istrinya. Yasmin hanya menyayangkan sikap Mike yang tidak bisa lembut padanya. "Semoga suatu saat kamu bisa menerima pernikahan ini dengan baik, Bang," gumam Yasmin dalam hatinya karena tak berani jika harus mengeluarkan suaranya. Dengan pelan dan hati-hati, Yasmin menyingkirkan tangan Mike dari pinggangnya. Lalu segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, Yasmin membentangkan sajadahnya menghadap pada sang Maha Pencipta dan meminta hati suaminya pasa sang pemilik hati. Seperti biasa, setelah selesai urusannya dengan sang pemilik raga, Yasmin akan menyiapkan semua keperluan Mike di pagi hari. Walau sebenarnya Yasmin masih marah karena Mike tidak bisa memperlakukannya dengan lembut. Namun, wanita muda itu memiliki mindset jika kejahatan tidaklah harus di bayar dengan kejahatan pula. "Selamat pagi, Nyonya. Ini masih pagi, kenapa Anda sudah ke dapur?" ujar Jumi saat Yasmin sudah menghampirinya di pagi hari. "Aku kan seorang istri, Bi. Jadi, pagi-pagi harus sudah siap untuk urusan keluarga, he he." Yasmin menoleh pada arah pintu kamar Lewis yang sudah terbuka. "Apa kakek sudah bangun, Bi?" "Sudah, Nyonya. Ini beliau ingin teh." Yasmin baru sadar jika saat ini Jumi tengah membuat teh. "Ooh, boleh aku yang anterin, Bi?" Jumi tersenyum tipis. "Sangat boleh, Nyonya. Tuan pasti sangat senang." Yasmin mengambil teh yang sudah Jumi siapkan. "Terima kasih, Bi." Yasmin pun berjalan menuju kamar Lewis yang kebetulan tidak di tutup, diketuknya pintu itu walau tidak ditutup. "Kek, Apa aku boleh masuk?" Lewis menoleh pada arah Yasmin yang membawa secangkir teh. "Yasmin, Kamu sudah bangun, Nak? Sini masuk!" Yasmin begitu senang karena Lewis memperlakukannya dengan baik dan lembut tidak seperti Mike. "Ini teh nya, Kek. Bibi yang bikin sih, aku cuma bawain aja ke sini, he he." Lewis tersenyum senang melihat Yasmin dengan karakternya yang sederhana dan ceria. "Terima kasih. Apa tadi malam suamimu memperlakukanmu dengan baik?" Deg! Seketika jantung Yasmin berdetak kencang. Ingin sekali Yasmin mengatakan yang sebenarnya jika Mike belum bisa memperlakukannya dengan baik. Namun, menurut ilmu pengetahuan agama yang Yasmin ketahui, tidak boleh mengumbar aib rumah tangga mereka apalagi masalah ranjang. "Iya, Kek. Bang Mike baik, kok." Lewis menatap Yasmin dengan senyum tipisnya. Tentu pria sepuh itu tahu jika Yasmin saat ini tengah berbohong. Entah mengapa, justru karena kepolosan dan kesederhanaan gadis itu pula lah, Lewis semakin menyayanginya. Lewis juga yakin jika Yasmin bisa meluluhkan Mike. "Kek, aku ke atas sebentar ya. Oh iya, apa Kakek ingin aku masakin? Eh, tapi takut gak enak deh, aku belum pintar masak soalnya." Lagi-lagi Lewis sangat terkesan dengan sikap Yasmin yang begitu sederhana. "Terima kasih, Nak. Tapi, kamu ini bukan pelayan Kakek. Jadi kamu tidak perlu repot-repot masak, cukup temenin Kakek dan luluhkan hati suamimu. Jika dia masih saja tidak bisa memperlakukanmu dengan baik, tinggalkan saja dia, Yasmin." Yasmin menatap Lewis yang saat ini tengah menatapnya begitu serius. Yasmin yakin ada hal yang belum Yasmin ketahui tentang seorang Mike. Apa alasan Mike tidak bisa memperlakukannya dengan baik. "Kalau begitu, aku ke atas dulu, Kek." Yasmin melangkahkan kakinya menuju ke kamar dengan berbagai pikiran penasaran akan siapa Mike. Brugh!! "Astaghfirullah." Yasmin terkejut karena nyatanya Mike sudah berada di depan pintu, dan karena Yasmin tengah terfokus pada pikirannya tadi, gadis itu sampai menabrak Mike yang berada di depannya. "Bang Mike." Mike menatap Yasmin datar seperti biasa. "Jalan itu pake mata." Sakit, teramat sakit karena ucapan demi ucapan yang Mike keluarkan dari mulutnya selalu saja menyakiti hati Yasmin. "Maaf, Bang." Tanpa mengatakan hal lain lagi, Mike pergi meninggalkan Yasmin. Sedikitpun tak ada iba-ibanya pada gadis itu. Yasmin menyenderkan tubuhnya di sisi tembok dengan helaan napas panjang. "Sampai kapan aku bisa bertahan?" Yasmin menyeka air matanya yang selalu menetes begitu saja. "Ini terlalu berat, Ayah, Ibu, hiks!" *** "Yasmin, kakek pergi dulu. Kamu tidak perlu khawatir dengan sikap suamimu yang sedikit gila. Kakek harap kamu bisa bertahan." Lewis memeluk Yasmin dengan erat. "Kabarin Kakek jika di sini sudah ada kehidupan." Yasmin menarik napasnya dalam saat Lewis meraba perutnya dengan harapan Yasmin hamil. "Iya, Kek. Kakek hati-hati." Mike masuk ke mobil terlebih dahulu tanpa ingin mengatakan apapun pada Yasmin. Lewis yang sudah sangat hafal akan sikap itu pun menghentikan langkah Mike. Mike di minta mengecup kening Yasmin, tentu saja membuat pria itu tak senang. "Untuk apa aku melakukannya, Kek?" Lewis memalingkan wajahnya. "Bodoh! Dia itu istrimu, jangan lupa kamu lah yang sudah membawanya ke rumah ini. Jadi perlakukan dia sebagai istrimu karena sampai kapanpun tidak akan ada Nyonya kedua. Hanya Yasmin yang akan menjadi Nyonya Mike dan ibu dari anak-anakmu!" Tangan Mike kembali mengepal mendengar penuturan penuh penegasan sang kakek. Anehnya, Mike selalu saja marah pada Yasmin dan menumpahkan semua amarahnya hanya pada gadis muda itu. Dan tentunya Yasmin pun mengerti akan tatapan tajam dari Mike saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN