chapter : 5

1695 Kata
Risa menoleh bergantian antara komputer dan berkas didepannya. "Ris, si bos kita aneh ya," celetuk Hana. "Kenapa?" Tanya Risa tanpa menoleh. "Ya itu, dia tiba-tiba menghilang begitu saja." "Itu terserah dia Han. Dia mau pergi tanpa memberitahu. Perusahaan punya dia." Hana manggut-manggut. Berita kepergian Javier ke Jepang jadi hot topic saat mereka sampai di kantor tadi pagi. Memang ajaib bos mereka itu. Risa justru senang. Meski dia yakin Javier punya cara sendiri mengawasi kinerjanya. Tapi dengan tidak adanya Javier disekitarnya, membuatnya menghembuskan nafas lega. Setidaknya si terkutuk tampan itu tidak akan ada dalam waktu dua hari ini. Ah, betapa indahnya dunia ini tanpa Javier. "Kamu sedang puasa ya Ris?" Risa mengangguk. "Iya menebus hutang." Ia terkekeh. "Yasudah. Aku makan siang dulu ya." "Ya. Jangan sampai tersangkut di kantin." Hana menghadiahi Risa sebuah pelototan. ... Mencubit pipi Risa adalah hal yang dilakukan Kayhan jika Bundanya itu sudah melamun. "Bunda kenapa? Mikirin om kafe ya? Dia kan sudah maafin Bunda," celetuk bocah kecil itu. Risa memelotokan matanya. Bagaimana Kayhan bisa tau kalau dia lagi memikirkan Javier. Diangkatnya Kayhan kedalam pelukannya. Kemudian diciuminya pipi chabi Kayhan. "Apa menurut Kay om kafe sudah memaafkan Bunda?" Kayhan mengangguk mantap. "Sudah dong. Kenapa belum? Bunda kan sudah minta maaf," jawabnya polos. Risa tersenyum kecut. Terkadang beberapa hal tidak bisa diselesaikan dengan kata maaf. Memang terlihat gampang. Tapi hidup tidak semudah itu. "Pintarnya anak Bunda." Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Risa lalu menurunkan Kayhan dan beranjak kedekat jendela. Sesekali ia menoleh kearah putranya yang sedang asyik main lego itu. "Kayhan mau makan nak?" Tanyanya begitu selesai menelfon. Kayhan mengangguk. Risa mengangkat Kayhan dan memindahkannya kedepan TV. Kemudian dia beranjak kedapur untuk membuatkan Kayhan makanan sementara bocah itu menonton film kartun. Risa masih berfikir tentang apa yang dikatakan Javier juga Kayhan. Kenapa dia merasa Javier sedang merencanakan sesuatu? Justru kemungkinan dia akan dipecat bukan jadi apa yang dicemaskannya. Dia mencemaskan hal lain yang entah apa. Javier? Kenapa dia tidak bisa menghilangkan Javier dari fikirannya? Beribu-ribu mil dari sana. Disuatu tempat. Seorang pria yang berpakaian rapi baru saja selesai makan bersama beberapa orang Jepang. "Terimakasih Mr. Gomez. Untuk memberiku kesempatan berkerjasama denganmu," ucap si pria dengan bahasa Jepang. "Sama-sama Mr. Takehiro. Saya harap kerjasama kita memberikan untung dan kesuksesan untuk perusahaan kita," balas Javier dalam bahasa Jepang. Diiringi seulas senyum.  Pria itu manggut-manggut. "Apa anda mau datang kerumah saya? Kami sedang mengadakan pesta. Akan jadi suatu kehormatan untuk kami," tawarnya. Javier seperti menimbang. Akhirnya anggukan Vier membuat Mr. Takehiro tersenyum senang. ... Risa tidak tau apa dia sedang halusinasi atau Vier memang sudah kembali. Jika iya, kenapa cepat sekali? Seharusnya Vier baru kembali besok dan mereka akan bertemu lagi hari senin. Tapi sosok Javier yang tadi lewat didepannya dengan  sangat angkuh membuatnya sesak nafas. "Pada heboh deh tuh," celetuk Hana. "Kenapa?" "Karyawan wanita pada kesemsem. Katanya bos jadi bertambah tampan selama satu hari di Jepang." Risa mengerutkan keningnya. Dasar ada-ada saja. "Kamu tidak penasaran melihat wajah baru bos?" "Untuk apa? Memang dia akan berubah jadi apa? Ninja Hatori atau Doraemon?" ucap Risa asal.  Hana membulatkan matanya. "Ih Risa, kenapa jahat pada bos?" Ia tergelak. Risa malah pasang wajah polos. Kemudian dia memaksa Hana untuk fokus kerja dan tidak mengobrol lagi. Karena Javier sudah datang itu pertanda kalau malaikat mautnya sudah kembali. ... Risa celingak-celinguk mencari Amel. Di ruangannya tidak ada. Dia akhirnya menemukan wanita itu sedang membuat kopi. Mereka sempat saling sapa. Risa kemudian menyerahkan dokumen yang dibawanya. "Mbak Risa boleh bertanya?" Amel  mengangguk. "Ya, apa?" "Mbak sudah lumayan lama kerja disini kan? Tahu tidak kenapa ruangan di lantai 9 tidak pernah dipake lagi?" Tanya Risa. Amel tampak tidak terkejut dengan pertanyaan itu. "Yang pintunya warna emas itu ya?" tanyanya balik. Risa mengangguk. "Itu sebenarnya penthouse. Dulu, sebelum Pak Javier yang jadi CEO, juga sebelum Pak Abraham, yang jadi CEO adalah Pak Sean. Nah, itu adalah kediaman Pak Sean. I mean, dia tinggalnya disitu." "Pak Sean?" "Iya. Sean Luca Gomez. Adik Pak Javier. Tapi sudah meninggal." Risa manggut-manggut. Oh, jadi adik yang itu? "Hai Ris,” sapa sebuah suara yang tak lain adalah Doni. Risa dan Amel sama-sama menoleh. Risa menelan ludahnya. Dia harus segera pergi. Ini adalah alarm bahaya. Amel permisi kembali ke ruangannya. Membuat Risa mati kutu. Karena dikantor siapapun tau bagaimana Doni terhadap Risa. "Permisi mas. Maaf saya mau balik kerja. Banyak pekerjaan menunggu," ucapnya sopan. "Eh tunggu dulu dong Ris. Kenapa buru-buru? Kita kan sudah lama tidak ngobrol." Risa menghela nafas cepat. Nih orang dah. Dibilang banyak kerjaan juga, Risa membatin kesal. "Bagaimana kabar Kayhan? Lain kali ajak dia jalan-jalan. Mas ingin bertemu." "Lain kali aja mas. Tidak enak sama yang lain. Saya balik dulu. Permisi." Langkah Risa lagi-lagi tertahan. Bahkan Doni sudah berani kurang ajar dengan memegang tanganya. Itu membuat Risa tidak suka. "Jangan begitu dong Ris." Risa menarik tangannya. Sebuah deheman akhirnya membuat Bram melepaskan tangan Risa. Keduanya kaget. Tapi tidak ada yang sekaget Risa. Apa yang dilakukan Vier disini? Sejak kapan dia disana? "Risa. Ikut saya," ucapnya datar. Perasaan Risa jadi tidak enak. Dengan langkah gontai diikutinya Vier. Risa merasa jantungnya berdegup tiga kali lebih cepat. Jantungnya serasa mau meloncat keluar. Kalau dia dipecat mau dikasih makan apa Kayhan? Tapi dia tidak membuat salah apa-apa kan? "Kita mau kemana Pak?" Tanya Risa memberanikan diri karena Javier menekan tombol angka 9. Mau apa ke lantai 9? Pertanyaannya sederhana. Tapi siapa sangka menjadi pemicu meledaknya Javier. Didorongnya Risa ke dinding lift. Membuat wanita itu terkesiap kaget. Javier menguncinya dalam kurungan. Risa mengerjapkan matanya. "Pak, apa yang bapak lakukan?" "Aku sudah bilang kan, jangan melanggar peraturan?!" Bentak Vier langsung. Risa jelas saja kaget dibentak tiba-tiba. Apa yang aku lakukan? panggilan yang berubah dari saya menjadi aku juga mengejutkan Risa. "Apa maksud bapak? Saya tidak melanggar apapun." "Kamu melanggarnya Risa. Kamu melanggar satu hal yang penting! Saya tidak izinkan seorangpun menyentuh kamu!" Kedua mata Risa membesar. Apa yang sebenarnya sedang dikatakan Vier? Apa maksudnya Doni barusan? "Tidak ada yang menyentuh saya. Kalau maksud bapak Doni barusan, saya dan dia tidak ada apa-apa." Risa menegaskan. Dia sebenarnya merasa tidak perlu menjelaskan hal itu pada Vier. Hanya feeling-nya atau memang ada kilat dimata Javier. Risa merasa tidak mengenali bos-nya ini. Apa dia hilang akal setelah party bersama gadis-gadis 'kawaii'? "Kamu pikir saya tidak tau. Saya tau kalau dia mengejar kamu!" kata Vier lagi. Membuat Risa menghela nafas. Memangnya apa hak Vier melarangnya? Dia wanita single. Jadi terserah dia mau dikejar atau mengejar siapa kan? Juga terserah dia mau dekat dengan siapa. Risa hendak protes saat mulutnya lebih dulu dibungkam Vier. Risa sadar dengan cepat. Apa yang dilakukan Vier? Javier menciumnya? Kedua matanya membulat. Dia memberontak, tapi Vier tidak membiarkannya. "Aku tidak akan melepaskanmu dengan msudah Risa," bisiknya. Jaraknya dan Risa hanya satu sentimeter. Risa memang mengalihkan wajahnya. Ditatapnya mata wanita itu. “Kamu memang sial karena bertemu aku Risa. Tapi aku tidak akan pernah melepaskan kamu. Setidaknya dalam waktu dekat.” Pintu lift terbuka dan ditariknya Risa keluar. Kemana Vier akan membawanya? Kenapa ke rumah ini? Rumah Pak Sean? Pintu emas itu terbuka. Javier memaksa Risa masuk. Kemudian menutup pintu dan mendorong Risa ke pintu. Wanita itu membulatkan matanya. Berapa kali Vier akan mendorongnya? Tapi dia tidak sempat protes karena pandangan matanya menangkap sesuatu. Foto pernikahan. Apa itu Javier? Wajahnya sangat mirip meski dalam versi lebih muda. Tapi kenapa wajah wanitanya dirobek? "Aku ingatkan sekali lagi. Aku tidak suka kamu disentuh laki-laki lain!!" Bentakan Vier membuat Risa sadar. "Tidak ada laki-laki yang menyentuhku!" Balas Risa. "Aku benar-benar tidak ngerti apa yang kamu katakan." Entah Javier atau dia yang hilang akal. Hingga merubah saya─bapak menjadi aku─kamu. Tapi apa yang dikatakan Vier membuatnya tidak bisa berfikir jernih. "Jangan memancing amarahku Risa. Aku sudah bilang kan untuk tidak melanggar peraturan. Tapi kamu berdua-duaan dengan laki-laki lain!" Sepertinya Javier benar-benar sudah eror. Bisakah seseorang menjelaskan pada pria ini? "Memang apa hakmu melarangku?" Tanyanya ketus. Dia mulai habis kesabaran. "Aku-bos-mu!" Ucap Javier tepat didepan bibir wanita itu. Membuat darahnya bergejolak. Sesuatu langsung menyebar kedada dan sekujur tubuhnya. Gelenyar aneh apa ini? "Jadi aku berhak atasmu!" Risa merasa nafasnya tertahan dikerongkongan. Dia butuh nafas buatan. Cup. Javier mencium bibir Risa. Hanya sekilas. Membuat wanita itu mematung dan beku. Jika saja Javier tidak mencengkram tangannya sudah pasti tamparan mendarat diwajah pria itu. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit dia sudah menciumnya dua kali. Menciumnya! "Jangan menentangku, dan ikuti saja apa keinginanku," ucap Javier sedikit lembut. Entah kenapa Risa tidak bisa menahan air matanya. "Jangan menangis. Air mata wanita tidak akan mempengaruhiku." Risa menatap Javier tajam. Seperti ingin menelannya. Firasatnya benar kan? Javier menganggapnya seperti domba. Seperti cerita serigala yang pura-pura baik sebelum menerkam domba. Itulah yang dilakukan Javier. Tapi kenapa dia? banyak wanita cantik dan seksi diluar sana? "Percayalah. Jangan membantahku." Javier mendekatkan wajahnya. Kemudian bibirnya sudah melumat bibir Risa. Karena tak ada perlawanan dia melakukannya lebih lembut. Entah kenapa fakta bahwa Risa tidak terpancing dan tidak membalas ciumannya membuat Javier senang. Dan sialnya bibir Risa sangat-sangat manis. Terlalu manis untuk ukuran janda. ... Risa menghela nafas berat. Diusapnya wajahnya dengan tangan. Setidaknya tidak ada Hana yang akan sewot bertanya padanya karena semua orang itu sedang makan siang. Javier sialan. Batal sudah puasa yang ditahannya sejak pagi tadi. Apa yang sedang direncanakan Javier? Apa ada yang bisa menjelaskannya? Risa benar-benar bingung saat ini. Diambilnya ponsel dan dihubunginya nomor guru TK Kayhan. Dia tiba-tiba merindukan anaknya itu. Setidaknya suara Kayhan bisa mengalihkan fikirannya sebentar. Javier duduk dengan kepala menunduk di depan sebuah foto sejak dia membiarkan Risa pergi beberapa menit lalu. "Apa kamu senang Sean? Apa kamu senang melihat aku seperti ini?" Ia tersenyum kecut. Sebenarnya tadi dia hanya ingin melihat Risa sebentar. Tapi apa yang dikatakan detektif yang ia suruh menyelidiki Risa membuatnya bergejolak seketika. Ditambah lagi melihat Risa disentuh laki-laki lain. Memang tidak selebay itu. Tapi dia benci jika sesuatu yang membuatnya tertarik disentuh orang lain. "Wanita yang Tuan suruh selidiki itu tinggal disebuah apartemen kecil di **** bersama putranya yang saat ini sekolah disebuah TK Kasih Bunda. Umurnya lima tahun dan namanya Kayhan. Risa adalah adik Riana Lestari, mantan istri almarhum Tuan Sean." Risa adalah adik Riana Lestari. Satu kalimat yang membuat d**a Javier bergemuruh. Awan hitam seperti mengelilinginya. Anggap saja kau sedang sial Risa. Kedepannya aku akan membalaskan semua sakit hati karena kakakmu ini kepadamu. Katakan saja aku b******n karena membalas pada orang yang tidak tau menahu. Tapi aku memang b******n. Selamat datang di neraka Risa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN