Kaki jenjang Rhea bergerak dengan anggun memasuki hingar bingar dunia malam. Tidak akan ada yang menghentikan langkahnya karena hampir semua orang di ruangan ini mengerti, Rhea tidak bisa diganggu ataupun digoda oleh sembarang orang. Hanya penguasa tertinggi, Lina. Hanya dia yang bisa mengatur dengan siapa Rhea akan menghabiskan malamnya.
Rhea terus tersenyum ketika harus melewati lorong-lorong sempit tempat beberapa kamar di rumah ini berada.
Sudah lama Rhea tidak melayani pelanggan di kamar itu. Berkat bakat yang dia miliki, Rhea tidak lagi melayani sembarang pelanggan. Ada aturan khusus yang meskipun menyebalkan, Rhea tetap menyukainya. Dia tidak perlu terus merasa jijik pada dirinya sendiri karena dalam semalam, seorang p*****r di rumah ini bisa melayani lebih dari empat pelanggan. Oh, masa itu sudah berlalu. Sekarang yang Rhea lakukan sedikit lebih baik karena dia tidak perlu terlalu sering berganti melayani orang yang berbeda.
Hanya saja bukan berarti dia bebas dari dunia gelap ini. Yang Rhea lakukan justru semakin membuat dirinya berada di dalam kegelapan yang semakin pekat. Bahkan tanpa sadar, kegelapan itu yang akan menyeretnya lebih dalam. Menenggelamkan dirinya dalam lautan penuh dengan dosa.
Kakinya berhenti melangkah begitu berada di depan sebuah pintu besar. Tempat paling terlarang untuk dimasuki para p*****r biasa. Rhea mendapat akses khusus sehingga bisa berada di ruangan ini kapanpun dia mau.
Tanpa mengetuk terlebih dahulu, Rhea mendorong pintu itu. Menampakkan dua orang yang sedang b******u di sofa besar yang ada di dalam ruangan itu.
Dengan senyum yang tercetak di bibirnya, Rhea berjalan untuk masuk. Pemandangan ini bukan sekali dua kali dia lihat. Sudah terlalu sering sehingga dia tidak merasa terkejut sedikitpun.
Hanya dengan mendengar suara langkah kaki itu, pasangan tadi menghentikan kegiatan mereka.
Rhea tidak ingin mengambil pusing. Wanita itu berjalan pelan untuk duduk di seberang ruangan. Menunggu hingga Lina selesai memperbaiki penampilannya.
“Pergilah Rohan.. aku akan memanggilmu nanti”
Rhea tersenyum geli mendengar suara Lina. Mengusir laki-laki yang tadi b******u dengannya.
“Aku sama sekali tidak keberatan jika kamu meneruskan apa yang kamu kerjakan, Lina” Rhea berucap pelan. Tangannya bergerak untuk merogoh ponsel yang berada di dalam tas mahal miliknya.
“Kamu semakin tidak sopan, Rhea. Bagaimana mungkin kamu terus masuk ke dalam ruanganku dan menggangguku seperti tadi?”
Rhea kembali tersenyum ketika mendengar kalimat itu. Benar sekali, sudah bertahun-tahun dia memutuskan untuk berhenti mengetuk pintu Lina. Wanita tua itu benar-benar sangat menyenangkan untuk dibuat terkejut.
“Apa? Aku tidak sopan?” Rhea mengeluarkan beberapa dokumen penting yang tadi dia dapatkan. Wanita itu melemparkannya ke meja, tepat di depan Lina. Membuat wanita yang awalnya terlihat kesal sekarang sedang tersenyum lebar. Rhea tahu apa yang selalu bisa membuat wanita itu tertawa.
“Tidak aku sangka jika kamu secepat ini, Rhea. Aku memang menemukan sebuah berlian di dalam dirimu”
Rhea berhenti tersenyum. Saat ini, semua yang dia miliki ada di bawah kekuasaan Lina. Entah dosa apa yang pernah di buat di masa lalu sehingga harus menghabiskan waktunya di tempat yang hina dan melakukan pekerjaan yang kotor ini. karena memang sekarang dia hidup karena dosa kotor itu.
Untuk sesaat Rhea memejamkan matanya. Apa yang sudah dia lakukan hari ini terulang dalam pikirannya. Bagaimana dia membuat seorang pria hilang kesadaran lalu memanfaatkannya dengan sangat baik. Dan yang terakhir.. membuat pria itu kehilangan nyawanya.
“Bernapaslah sejenak, Rhea.. aku sudah mendapatkan pekerjaan baru untukmu. Yang satu ini mungkin akan sangat menguntungkan kita berdua..”
Rhea menghela napas. Tangannya bahkan masih tercium aroma darah karena dia belum mencuci tangan dengan baik. Tapi.. bagaimana mungkin wanita tua ini sudah menyiapkan pekerjaan kotor lainnya?
“Dari mana kamu mendapatkan lelaki muda yang tadi, Lina?”
Rhea lebih memilih untuk mengganti topik pembicaraan.
Masih dengan melihat dokumen yang Rhea bawa, Lina menjawab dengan santai.
“Dia salah satu budakku sekarang”
Huh, bagaimana mungkin wanita tua berusia 50 tahun berbuat seperti itu? Mencari b***k hanya untuk memuaskan nafsunya? Oh sial! Padahal menurut Rhea, lelaki tadi sedikit lebih muda dari dirinya. Kenapa Lina selalu menyukai lelaki muda?
“Dengar Rhea, sesuai dengan kesepakatan yang kita buat.. kamu harus selalu menuruti perkataanku..”
Rhea menundukkan kepalanya. Mengingat bagaimana masa lalu kelam yang dia jalani. Huh, keadaannya memang tidak berbeda jauh dari yang sekarang.
Rhea menghela napas pelan, dia bahkan sudah tidak ingat ada berapa tangan yang sudah menjamah tubuhnya. Dia tidak mengingat ada berapa ratus orang berbeda yang dia lihat setiap matanya terbuka di pagi hari. Semua itu sangat menjijikkan. Hanya saja.. Rhea tidak memiliki pilihan lain. Lina membawa kunci penting dalam kehidupannya sehingga Rhea tidak pernah bisa menolak perintah wanita tua itu.
“Katakan padaku apa yang kamu mau?” Tanya Rhea sambil menatap tajam wanita itu.
“Namanya Darel Aldebaran. Dia pengusaha sukses di negeri ini..”
Rhea menghela napas pelan. Mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Dia memang tidak bisa menolak permintaan Lina. Tidak, tidak bisa. Wanita licik itu akan melakukan segala cara untuk membuat Rhea menuruti apa yang dia mau.
Huh, apakah memang harus sekarang? Kenapa tidak memberi waktu terlebih dahulu? Rhea baru menyelesaikan tugasnya beberapa jam yang lalu. Mayat pria itu bahkan baru saja tertimbun di dalam tanah.
“Aku mau hartanya ada di tanganku dalam waktu tidak lebih dari 2 bulan”
Rhea tahu, setelah kalimat itu di ucapkan, tidak akan ada kesempatan untuk mendebatnya. Lina akan mendapatkan apapun yang dia mau. Rhea tidak akan bisa melawan wanita licik itu.
“Apa yang akan aku dapatkan jika aku berhasil?” Rhea bertanya dengan tenang.
Melakukan negosiasi dengan Lina adalah hal yang tidak mudah. Wanita tua itu licik, terlalu licik sehingga dia bisa memanipulasi apapun yang dia mau. Rhea tidak mau kembali tertipu dengan muslihat wanita ini.
“Kamu mau uang bukan?”
Hanya uang? Astaga, bukankah hidup tidak hanya soal uang? Wanita tua ini hanya memikirkan uang sepanjang hidupnya.
Jika bisa, Rhea ingin menancapkan pisau miliknya ke arah jantung wanita ini. hanya satu tusukan saja mungkin sudah bisa membuat dia tumbang. Wanita ini terlalu tua untuk bisa menahan luka.
Hanya saja dia tidak berani. Dia tidak berani melawan Lina karena kalau sampai tahu pimpinan mereka terluka atau bahkan mati di tangan Rhea, semua preman yang menjadi pelindung Lina tidak akan membiarkan dia keluar dari tempat ini hidup-hidup. Lagi pula, ada seseorang yang harus selalu Rhea lindungi. Rhea tidak akan melakukan sesuatu yang bisa membahayakan orang itu. Dia kunci penting dalam hidup Rhea yang berada di dalam peraturan Lina.
“Aku ingin berhenti dari semua ini”
Terdengar suara tawa yang membuat Rhea kembali mengangkat kepalanya. Menatap Lina yang saaat ini melemparkan tatapan mengejek.
“Jangan harap kamu mendapatkan itu, Rhea. Aku tidak akan membiarkan dirimu keluar drai tempat ini dengan mudah.. lagi pula apa kamu tidak ingat dengan—“
“Aku akan melakukan apapun yang kamu mau. Jangan mengganggunya!”
Rhea tahu, dia kembali membuat perjanjian kotor dengan seorang iblis. Tapi, memang hanya itu yang dia bisa lakukan. Menuruti apapun yang lina inginkan.
“Aku ingin kekayaan Darel Aldebaran!”
“Akan aku berikan kepadamu”
***