Langkah kaki bersambut, seperti dayung yang akan menuai tepi saat tangan tak berhenti bergerak. Wajah Pak Kamal sangat sengit, matanya melotot tepat beradu dengan pandangan Bowo. Hatinya seolah terbakar amarah, diingatnya kembali kejadian beberapa bulan lalu. Anak semata wayangnya sangat mencintai Bowo, tapi hubungan yang teramat serius itu seperti benang yang putus tanpa bekas. Hal itu membuat kekecewaan yang begitu mendalam di hati pak Kamal. “Untuk apa kamu kesini!! Rina sudah tak membutuhkanmu lagi!” kata Pak Kamal dengan nada tinggi. Bowo masih bersiap untuk menyusun kata, pandangannya masih saja tak lepas dari pak Kamal. Matanya teramat serius menatap satu arah. Diulurkanya tangan kanan Bowo kepada pak Kamal, akan tetapi apa yang Bowo lakukan sia-sia,