Kini di samping kananku kulihat orang yang tampak tak asing. Sontak aku tersenyum lebar menatapnya. “Mas Radit,” sapaku senang. Ah, kenapa tadi aku gak pegang tangan Mas Radit saja, sih? Kan lebih enak mengakuinya sebagai pacar bohongan karena aku sudah mengenalkan. Kini aku menunduk, menatap tanganku yang sedang menggenggam tangan orang yang kutak tahu siapa. Omong-omong kenapa orang ini diam saja, sih? Kenapa dia tidak bereaksi sama sekali. Takut-takut aku mengangkat kepalaku untuk melihat wajah ‘pacar bohonganku’. Dan betapa kagetnya aku ketika pemilik tangan yang kugenggam adalah orang yang pernah menemaniku nonton. “Mas Natan,” sapaku bingung. Mas Natan kini sedang memandangiku dengan kernyitan di dahi. Dia tampak kebingungan. Kudengar suara orang berde